Mengakhiri

1.7K 98 7
                                    

Aku pernah mengalah,
Tapi kali ini aku benar-benar sudah lelah


***

"Ta, gue salah ngomong ya? huu maaf" ucap Davina merasa bersalah

Aretha mengusap air matanya kasar "gue masuk ke tenda duluan ya, kalian lanjut makan-makan aja"

"ga mau ikut ngeliwet dulu?" tanya Beni

"gue ga laper, kalian aja"

Aretha beranjak meninggalkan teman-teman nya.

***

Davina mengikuti Aretha dari belakang. Berdasarkan keputusan Azriel, Aretha dan Davina mendapatkan tenda yang kecil, tenda mereka bersebelahan dengan Beni dan Gilang.

Aretha berbaring didalam tenda menghadap ke samping membelakangi Davina

"Ta, marah ya?"

"enggak Vin, gue lagi mau sendiri aja"

"lo jangan terlalu mikirin si Alvaro yang brengsek itu ya Ta, gue gak bisa liat lo sedih terus. Apalagi kan sekarang kita lagi have fun buat menghadapi ujian biar gak mumet-mumet amat ni otak.
Gue yakin hubungan kalian pasti ada jalan keluarnya" ujar Davina mengelus rambut Aretha.

Aretha hanya bisa menangis mendengar apa yang telah di katakan sahabatnya

"yaudah gue keluar ya. Kalo lo butuh gue panggil aja" ucap Davina meninggalkan tendanya

Davina pun beranjak mencari Alvaro kesana-kemari, ia harus berbicara dengan Alvaro.

Tak lama kemudian Davina mendapatkan Alvaro lagi-lagi bersama Dinda.

See, Alvaro seperti tidak punya teman laki-laki, hidupnya penuh dengan Dinda, Dinda, dan Dinda!

Sekarang mereka berdua sedang bermain gitar sambil bertatapan. Sangat menjijikan menurut Davina.

"masih sempet aja di hutan begini romantis-romantisan" gumam Davina berlari menghampiri mereka berdua

Davina berdiri menantang di hadapan mereka berdua "Alvaro!"

Alvaro dan Dinda langsung berdiri melihat kedatangan Davina

Davina tersenyum miring,
"

berani-beraninya lo berduaan ditengah hutan gini!"

"maksud lo apa?" kata Alvaro

"mikir! cewe lo disana lagi nangisin lo, mikirin kesadaran lo yang gak pernah berubah!" ucap Davina emosi sambil menujuk ke arah otaknya

"kenapa jadi lo yang ikut campur? lo bilang ke sahabat lo ya Vin, ga usah ngarepin gue lagi, gue udah cape, gue mati rasa" dengan segala kefrontalan Alvaro membuat emosi Davina semakin meronta-rontaa

"bener-bener kelewatan ya lo, brengsek!!"

dengan cepat Davina mendaratkan tangannya menuju pipi Alvaro, tetapi hasilnya nihil. Dinda lebih dulu menepisnya.

Dinda mencengkram tangan Davina lalu menatap Davina tajam
"lepasin, jalang!! lo itu udah cuci otak pacar sahabat gue! lo gak punya malu udah ngerebut kebahagiaan orang? hah!? apa emang lo gak laku sampe godain pacar orang??" Davina melepaskan tangan Dinda kasar

ARETHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang