05 - His Father

3.6K 459 62
                                    

Menikmati senja memang menjadi hal yang disukai beberapa orang. Termasuk Taehyung, pemuda pemilik senyum kotak yang menyukai ketenangan. Jadi ketika Jimin datang merusak tenang yang sejak tadi ia jaga, Taehyung hanya bisa menatap kesal padanya.

Jimin berkebalikan dengannya, tak menyukai ketenangan. Anak itu benci sepi, dan tak suka sendiri. Sedangkan Taehyung lebih suka menyendiri, menikmati sepi yang menurutnya bisa menenangkan hati. Mungkin Taehyung terlalu lama berteman dengan sepi selama ini. Jadi dia mulai terbiasa dan lama-lama menyukainya. Walaupun kadang ia juga lelah terbelenggu sepi dan tak ingin terus sendiri.

"Tak bisakah kau kecilkan suaramu? Pendengaranku ini masih normal," ujar Taehyung kesal.

Jimin tiba-tiba datang dan memanggilnya dengan suara yang kelewat keras. Kemudian mulai mengoceh panjang lebar, entah apa Taehyung tak mendengarkan.

Jimin menyengir lebar, "Maaf, aku hanya kelewat semangat".

"Memangnya apa yang membuatmu terlalu bersemangat?" tanya Taehyung malas.

"Kau tak mendengarkan ucapanku? Aku sudah bicara panjang lebar tadi, tapi kau tak mendengarkan sama sekali?" kini giliran Jimin yang kesal.

"Maaf, aku tadi sedang melamun."

"Melamunkan apa?" Jimin mendadak penasaran dan khawatir.

"Apa yang membuatmu bersemangat? Kau mendapat sepatu baru? Ponsel baru? Atau uang sakumu bertambah?"

Taehyung mencoba mengalihkan topik pembicaraan. Lagi pula ia tak mungkin menjawab apa yang sedang ia lamunkan tadi. Karena pikirannya terlalu runyam, bahkan ia tak tahu mana yang harus ia pikirkan dan mana yang harus ia abaikan.

Jimin mendengus, terlalu paham dengan cara Taehyung mengalihkan pembicaraan.

"Menginaplah di rumahku, Tae. Appa ada pekerjaan di luar kota, sedangkan Eomma harus pergi ke rumah nenek selama dua hari. Jadi kau harus menemaniku di rumah," ujar Jimin penuh antusias.

Bahkan dia sudah merencanakan dan membayangkan hal-hal menyenangkan apa saja yang akan mereka berdua lakukan jika Taehyung benar-benar menginap.

"Astaga, Park Jimin. Kau itu bukan anak berusia lima tahun yang harus ditemani ketika di rumah sendiri."

"Tapi aku pasti akan bosan karena di rumah sendirian, Tae. Kau tak kasihan padaku?" tanya Jimin memelas.

"Memangnya selama ini kau sering berada di rumah? Kau bahkan pulang hanya untuk menumpang makan dan tidur. Selebihnya kau habiskan hidupmu di studio," sindir Taehyung.

Jimin terkekeh, membenarkan perkataan sang sahabat. "Aku sedang malas berlatih. Jadi aku ingin kita menghabiskan waktu bersama di rumahku."

"Oh, tidak! Terima kasih, Jim. Aku masih normal," tolak Taehyung karena ucapan Jimin yang terdengar ambigu.

Jimin tertawa keras, "Sialan, kau! Jangan memikirkan yang tidak-tidak, bodoh!"

Taehyung hanya balas tertawa.

"Kau 'kan sudah sangat jarang main ke rumahku. Kita juga jarang bertemu karena aku sibuk sekolah dan kau sibuk bekerja. Jadi aku ingin kita menghabiskan waktu seperti dulu saat kita masih satu sekolah. Apa kau tak merindukan game console milikku dan nasi goreng kimchi buatan Bibi Lee?"

"Tapi aku harus bekerja, Jim."

"Ayolah, Tae. Sesekali bolos bekerja 'kan tak masalah. Kumohon, Tae."

Taehyung tak bisa beralasan ataupun menolak lagi jika Jimin sudah memohon. Padahal dia punya alasan kenapa akhir-akhir ini tak pernah datang ke rumah Jimin lagi.

Without Me ✔Where stories live. Discover now