Four

38.9K 3.1K 161
                                    

ALLISON POV

Tuk.. Tuk.. Tuk..

Aku mengetuk-ngetukkan pulpen ke meja dengan tangan kanan, sedang tangan kiri kugunakan untuk menyangga kepalaku. Beberapa kali aku menguap karena bosan, lalu melamun menatapi wajah Wina yang tertidur pulas di sampingku. Dua jam pelajaran matematika namun gurunya tidak bisa hadir, jadi kelasku free tinggal menunggu waktu untuk pulang, dan itu masih satu jam lagi. Membosankan.

Aku menoleh ke belakang melihat Edwin dan Dino sedang menonton sesuatu di ponsel Dino dengan earphone satu di telinga Edwin dan satunya lagi di telinga Dino. Muka mereka mencurigakan, jangan-jangan mereka sedang nonton yang iya iya. Ckckck. Tidak mau mengganggu, aku pun kembali menatapi wajah Wina yang tenang dan lucu saat tertidur, biasanya dia terlihat sangar apalagi jika marah.

Ting!

Ponsel di saku bajuku berbunyi menandakan ada pesan yang masuk. Kuambil ponselku untuk melihat siapa yang mengiriminya.

Bunda

|Cepet pulang! Mendung!

Aku terbelalak kaget. Entah apa yang merasuki bunda hingga menyuruhku pulang tiba-tiba.


Nunggu bel bundaa|

|Bilang guru kamu, disuruh bunda pulang sekarang! Kalo nanti keburu hujan!

Emang kenapa kalo hujan?|

|Kamu mau sakit lagi?!

Astaga bunda ya nggaklah.. |
Nanti aku kan di jemput Kak Terra, pake mobil pula, masa iya kehujanan?|

|Ngeyel ya kamu! Mau jadi anak durhaka kaya malin kundang? Bunda kutuk jadi monyet!

Jangan lah bunda, bentar ya biar bel nya bunyi dulu|

|Oh kamu mau koleksi novel kamu bunda bakar?

NO! AKU PULANG DEH SEKARANG!|
JANGAN DIBAKAR!|


Aku menggeram kesal. Dasar bunda, untung sayang, untung cinta, untung orang tua. Coba kalau bukan? Sudah ku santet, eh jangan deng dosa.

Aku membereskan barang-barangku dan memasukkannya ke dalam tas, lalu kutarik rambut Wina pelan membuatnya terbangun.

"Apaan sih?! Ganggu aja!" Dia menatapku sebal sambil merapikan rambutnya yang agak berantakan.

"Gue mau balik, duluan ya. Bye!"

"HEH BELUM BEL YA TOLOL!!! ALLYYYYY!!!!"

Kuabaikan teriakan Wina yang membahana hingga kemungkinan sampai ke lantai bawah. Aku lari menuju pagar belakang sekolah dengan penuh hati-hati, takut terciduk guru. Tapi untungnya koridor sepi, jadi aku sampai di pagar belakang dengan aman, lalu dengan begitu mudahnya aku memanjat pagar itu dan mendarat mulus di di jalan. Ayolah, aku sudah berpengalaman.

Sekarang tinggal menghubungi Kak Terra, kukeluarkan ponselku dari saku baju untuk mengiriminya pesan.


Sorry, I Love You (GxG) ✔Where stories live. Discover now