Prolog

121K 4.6K 216
                                    

ALLISON POV

Aku hanyalah seorang gadis berumur 18 tahun yang sangat membosankan, sangat suka membaca dan begitu mengagumi dia. Iya, dia. Dia yang entah sejak kapan mulai kucintai, dia yang entah sejak kapan menjadi seseorang yang paling penting di hidupku, dia juga yang entah sejak kapan menjadi alasan mengapa aku merasa bahagia dan alasan mengapa aku merasa sedih. Sungguh, aku sangat mencintai dia. Bahkan kalimat 'aku mencintaimu' saja tidak akan cukup untuk menggambarkan betapa besar rasa cinta yang kumiliki padanya.

Aku tahu ini salah. Tapi jika sudah terlanjur cinta apa yang bisa kulakukan? Memiliki nya? Tidak, aku sadar kemungkinannya sangat kecil. Yang bisa kulakukan hanyalah diam memendam semua perasaan ini dan tetap berada di sampingnya untuk memastikan dia selalu bahagia. Katakanlah aku bodoh, karena memang begitu kenyataannya. Dia adalah pusat duniaku. Dia adalah belahan jiwaku. Without her, I live like I have no life.

"Hey.."

Suara lembut itu menyapaku, membuat hatiku bergetar ketika mendengarnya. Begitu hebat efek kedatangan dirinya pada diriku, hingga aku dibuat menggigil seperti ini, ditambah lagi udara malam menerpa tubuhku yang hanya dibalut kaos lengan panjang berbahan tipis. By the way, aku sedang berada di taman Villa yang kami tempati.

Tidak, kami tidak hanya berdua. Ada delapan orang di Villa ini. Tiga temanku dan dua lainnya teman Kak Terra, gadis yang kucintai. Oh ya, dan yang satu lagi adalah kekasih Kak Terra, namanya Nick. Mereka sudah pacaran sekitar setengah tahun lamanya mungkin? Jangan tanya bagaimana perasaanku saat tahu kenyataan pahit itu, karena tentu saja hancur tak berbentuk lagi. Tapi aku adalah aku, kebahagiaan Kak Terra jauh lebih penting daripada kebahagiaanku sendiri.

Ngomong-ngomong soal Kak Terra. Namanya adalah Theresa, tapi sejak kecil aku memanggilnya Terra, tidak tahu kenapa. Umurku dan dia terpaut 3 tahun. Kami bertemu saat aku berumur 6 tahun, dia pindah dari LA ke Indonesia dan menjadi tetangga sekaligus sahabat pertamaku. Ah sepertinya dia bukan hanya sekedar sahabat, terkadang dia juga bisa menjadi kakakku, bundaku, bahkan ayahku. Orang tuaku sendiri heran mengapa aku lebih patuh pada ucapan Kak Terra daripada ucapan mereka.

"Kakak nyari kamu ke mana-mana taunya kamu ada di sini.. Kakak udah panik banget tadi," ucapnya sambil duduk di sampingku. Aku hanya tersenyum tipis menanggapi ucapannya tanpa menatapnya barang sedikit pun.

"Jangan tiba-tiba ngilang gini lagi, kakak takut kamu kenapa-napa. Atau seenggaknya kamu bawa handphone biar bisa dihubungi," Aku menoleh ke arahnya yang kini sedang menatapku dengan wajah khawatir. Terkadang inilah yang aku bingung kan, dia selalu bersikap hangat padaku, tidak pada yang lain bahkan Nick yang notabene adalah pacarnya sendiri tidak diperlakukan sebagaimana dia memperlakukan ku. Ini seperti dia seolah memberikan harapan padaku untuk lebih berani, tapi ya sudahlah. Biar semua mengalir dengan sendirinya.

"Maaf, aku lagi pengen sendiri aja," ujarku sambil menatapnya lembut, "ehm, Nick mana? Biasanya nempel mulu kaya anak ayam sama induknya"

"Dia lebih tua dari kamu, Ally. Sopan ya kalo kamu manggil dia gitu?"

Aku terkekeh. "Ya abis gimana? Enakan gitu"

Kak Terra menghela nafas. "Dia lagi main game sama Dino"

"Jadi kakak dikacangin sama Nick makanya nyari aku biar ga bo- aww!!" Aku mengaduh kesakitan saat tiba-tiba Kak Terra mencubit pinggangku sembari menatapku tajam, "Sakit, kak..." Aku merengek.

"Makanya kalo ngomong jangan sembarangan. Kakak nyari kamu karena kakak khawatir, bukan karena bosen or something else"

"Ya kan aku cuma bercanda"

"Mana yang sakit?" tanyanya tiba-tiba mengubah topik. Spontan aku menaruh tanganku di dada.

"Di sini," jawabku jujur apa adanya. Dadaku selalu merasa sesak setiap mengingat bahwa dia tak bisa kumiliki walaupun dia begitu dekat.

"Kakak nanya serius," Kak Terra memutar kedua bola matanya malas.

"Emang muka aku keliatan boong ya?" Aku tersenyum sedih.

"Kamu kenapa sih? Ada masalah?"

Oh tidak, aku kembali membuatnya khawatir.

"Nggak kok. Udah mau jam 10 nih, tidur yuk!" ajakku mencoba untuk mengalihkan rasa penasarannya, walaupun aku tahu tidak akan semudah itu. Nyatanya Kak Terra masih menatapku dalam saat ini.

"Ally nggak mau cerita sama Kakak?"

Ya Tuhan, aku tidak kuat jika dia mulai bicara begitu padaku.

Ku gigit pipi dalam ku lalu menghambur ke pelukannya. Tubuhku yang tadinya dingin mulai menghangat saat dia membalas pelukanku dengan erat.

"Aku gapapa, tapi aku pengen tidur sama kakak, boleh?" tanyaku sambil mendusel-nduselkan hidungku ke lehernya yang wangi. Ini adalah aroma favoritku, aroma ini bisa membuatku tenang hanya dengan menghirup baunya.

Kak Terra membelai lembut rambutku dan kurasakan dia mengangguk. "Kalo ada apa-apa harus cerita ke kakak. Ga boleh main rahasia-rahasiaan, ngerti?"

"Ay ay Captain!"

See? Bagaimana aku tidak jatuh cinta pada makhluk ciptaan Tuhan ini?















Tbc
Ini cerita pertama author, so, maaf bgt kalo masih berantakan.
Jangan lupa ninggalin jejak.
Ily🖤

Sorry, I Love You (GxG) ✔Where stories live. Discover now