Chapter 10

23 8 3
                                    


Mentari pagi menyambutku dari sela-sela gorden yang tidak tertutup rapat. Kemarin benar-benar hari yang buruk. Memori itu selalu saja terulang dalam kepalaku. Walaupun, sudah entah berapa lama kejadian itu terjadi.

Tok, tok, tok...

"Pangeran, sarapan sudah siap."

"Tolong bawa saja kemari..."

"Baiklah, pangeran."

Aku masih berbaring dikasurku. Sampai kapan aku harus terus melakukan ini? Berapa lama lagi hal ini akan berhenti?

Tak lama kemudian, seorang pelayan perempuan masuk ke dalam kamarku sesudah mengetuk pintu terlebih dahulu. Dia menaruh sepiring pancake yang dilengkapi dengan satu scoop ice cream dan berbagai buah-buahan. Lalu, dia meletakkan secangkir penuh susu di meja sebelah kasurku.

Ketika aku sedang makan, tiba-tiba suara ketukan pintu kembali terdengar. Aku belum sempat mengatakan apa-apa ketika pintu sudah terbuka lebar. Di sana sudah berdiri pamanku, pangeran Liam.

"Aiden, kenapa kau tidak datang sarapan tadi?" Katanya seraya berjalan dan duduk di sampingku.

"Tidak ada apa-apa..."

"Kamu sakit ya? Apa perlu aku panggilkan dokter untukmu?"

"Tidak..."

"Aiden..." dia terus-terusan membujukku.

"Hanya mimpi buruk saja. Tak apa..."

"Apa yang kau mimpikan?"

"Entahlah... aku sudah lupa...

Dia menghela napas, "baiklah... tapi kalau ada apa-apa, beri tau paman."

"Ya."

Dengan begitu dia pergi meniggalkan aku sendirian.

Apakah aku harus pergi bertemu dengan saudaraku hari ini? Jika aku tidak pergi akankah dia peduli? Mengapa aku sangat peduli dengannya, mungkin saja dia hanya mengingikan uangku saja....

~*~

Sekarang, aku kembali berada di perpustakaan, membaca buku. Sudah dua hari ini aku tidak membaca buku di sini. Perpustakaan, tempat semua kejadian yang kualami akhir-akhir ini berawal.

Hari ini labih baik aku beristirahat. Aku akan datang ke sana lagi besok. Tidak akan ada sesuatu terjadi bukan?

~*~

Matahari mulai tengelam. Langit diwarnai dengan warna jingga. Senja sudah hampir tiba. Aku sedang melangkah keluar dari perpustakaan, ketika pengeram Liam bersama beberapa prajurit lewat dan berjalan dengan agak terburu-buru. Aku mengikuti mereka dari belakang.
"Pangeran Liam, apa yang terjadi?"

"Aiden, beberapa prajurit yang sedang berjaga di desa berhasil menangkap seorang pencuri dan kata mereka ada sesuatu yang aneh darinya."

"Apa?"

Jangan bilang itu Adrian...

Tidak... tidak itu tidak mungkin.

Aku berlari untuk menyusul pangeran Liam menuju ruang takhta. Sesampainya di sana, pangeran Liam duduk di singgasana dan aku berdiri disampingnya. Aku mengunggu dengan gugup. Jika benar itu Adrian, apa yang harus aku lakukan untuk membantunya terbebas dari hukumannya.

Violet RosaKde žijí příběhy. Začni objevovat