Duniaku 8

44.4K 860 8
                                    

Pagi harinya suasana rumah besar itu tampak tenang meski tak setenang biasanya, karena aura intimidasi Sarah pada Rania yang mana mereka tengah menyantap sarapan dimeja makan.

Ini adalah akhir pekan yang panjang dan mencekam bagi Rania, bagaimana tidak mencekam bila sepasang mata memandangnya tajam seolah mampu menusuknya hingga ketulangnya. Ingin rasanya ia bersembunyi dalam lubang terdalam dibumi bila saja seruan sang kepala keluarga tertua tak menyapanya.

"Bagaimana tidurmu nak?" tanya William yang tertuju padanya. Sontak semua mata memandang ke arahnya.

"Ehm, ba-baik Tuan. Tidur Saya cukup nyenyak." jawab Rania gugup setelah berjuang mengeluarkan suaranya ditengah kekakuan mereka.

"Baguslah, apakah Steven memperlakukanmu dengan baik? Dia tak berbuat kasar dan memaksamu kan?" tanya lagi William yang mendapat tatapan tak percaya dari istri dan juga putranya.

"Apa? Aku hanya bertanya yang sebenarnya." jawab William enteng setelah melihat reaksi mereka.

Rania hanya menggelengkan kepalanya namun tingkahnya itu membuat kesal sang Ibu Suri.

"Bila ada yang bertanya jawab dengan suaramu bukan gerakan kepala. Apakah kau kehilangan suaramu!?" tukas Sarah kesal padanya membuat Rania terkejut lalu menjawab kembali pertanyaan William dengan suaranya.

"Tidak, Steven sangat baik Tuan." cicitnya setelah mendapatkan "sentilan" dari Ibu Suri.

"Ma, tolong bersikap baiklah padanya. Bagaimanapun dia calon istri dan calon ibu dari anakku cucu Mama juga." seru Steven yang kesal dengan perlakuan ibunya pada Rania. Dengan cepat wanita itu menggenggam tangan Steven dan menggelengkan kepalanya memberi isyarat bahwa dirinya baik-baik saja.

"Apa yang kamu lihat dari wanita itu Steven!? Lihatlah belum apa-apa dia sudah membuatmu meninggikan suara pada Mama, ibu kandungmu sendiri." desis Sarah tak percaya bahwa putra kebanggaannya meninggikan suaranya hanya karena ia menegur sikap Rania.

"Sudah sudah, ini dimeja makan tidak baik kalau kita bertengkar karena hal kecil." lerai William pada mereka lalu berdiri dan meminta Steven menemuinya diruang kerjanya setelah sarapannya usai.

Rania sedang menemani Catherine dihalaman belakang sambil menyusui gadis kecil itu dalam pangkuannya.

Masih ingatkan bila Catherine masih meminum ASI diusianya yang telah 5 tahun, bila lupa lihat chap sebelumnya.

Bila saat pertama kali menyusuinya ia tak menghasilkan air susu, namun berbeda kali ini. Payudaranya telah menghasilkan air susu dikarenakan ia memang tengah mengandung dan jangan lupakan berkat siapa juga ia bisa menghasilkannya, tentu saja bayi besarnya yang saat ini tengah berbicara dengan sang Raja dari keluarga Alexander.

Rania menepuk pelan paha gadis kecil itu sambil duduk bersandar sesekali ia mengusap kepalanya dan memberikan kecupan sayang hingga sang gadis kecil terlelap dalam buaiannya dengan mulut masih menghisap puting Rania.

Sarah melihat interaksi keduanya dari jauh, hatinya menghangat dan yakin bahwa wanita muda itu memang tulus mencintai dan menyayangi putra juga cucunya namun ia terlalu gengsi mengakui mengingat sudah berapa kali ia berusaha menjodohkan putranya dengan anak dari teman sosialitanya maupun rekan bisnis suaminya, namun sang Pangeran Mahkota menolak semuanya dengan alasan ia masih ingin sendiri.

Ingin sendiri katanya? Hah!! Lihatlah yang katanya masih ingin sendiri setelah menghilang dua hari membuat keluarga cemas dan kini tiba-tiba ia pulang membawa seorang wanita, mengenalkannya sebagai calon istri dan kini sedang mengandung anaknya.

Apanya yang masih ingin sendiri!
Rasanya Sarah ingin memberikan sekilo cabe pada mulut anaknya itu bila mengingat kembali ucapannya tempo hari.

Sarah memutuskan menghampirinya setelah bertarung dengan bathinnya, dan semakin menghangat hatinya kala ia mendengar senandung lagu pengantar tidur Rania pada Cathy.

Dialah DuniakuWhere stories live. Discover now