Bahagia

4.1K 326 24
                                    

Jika kamu tak mendapatkan kebahagian, maka ciptakanlah sendiri kebahagianmu.

-Levin-

Cerita ini bisa dilanjut di versi cetak, atau baca di aplikasi : KBM, Innovel/Dreame, GoodNovel, Hinovel. (Cari sesuai judul, cover sama. Atau cari pakai penname Butiran Rinso)

"Kalo lo merasa gak dapet kebahagian, kenapa gak lo ciptain sendiri?"

"Hidup itu sulit gak perlu ditambah rumit. Asal lo bahagia, kenapa lo harus peduli dengan apa kata orang. Mereka saja belum tentu peduli sama lo."

"Lakukan apa pun yang  membuat lo bahagia."

Ucapan Levin terus terngiang di pikiran Vio, membangkitkan tekadnya yang telah lama mati suri. Vio memandang Levin yang tengah berjoged bersama badut mampang, tingkah lucunya membuat Vio tanpa sadar ikut tertawa.

Jika sedang tertawa lepas seperti itu, Levin tak terlihat menyeramkan, ia malah terlihat sangat tampan dan menggemaskan. Lihat saja, tanpa merasa malu Levin menggoyangkan pantatnya mengikuti goyangan badut mampang.

"Makasih, Bang." Levin melambaikan tangannya pada badut mampang setelah memberikan selembar uang seratus ribu. Ia menoleh pada Vio yang masih tertawa.

Levin terdiam, ia terpesona oleh tawa Vio. Matanya yang menyipit dengan pipi terangkat ke atas. Vio terlihat dua kali lipat lebih cantik.

"Cantik," gumam Levin.

"Ya?" Vio berhenti tertawa, menatap bingung Levin.

Levin yang sadar dari lamunannya, seketika menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia terlihat salting, tapi dengan cepat Levin merubah sikapnya jadi seperti biasa. Ia duduk di samping Vio, memalingkan wajahnya menatap Vio.

"Gue baru tahu kalo lo bisa ketawa juga," kata Levin.

"Apa?" Vio berdehem, memalingkan wajahnya. Entah kenapa ia kembali merasa terintimidasi dengan tatapan Levin. Padahal cowok itu tidak menatapnya dengan tajam. "Bisalah, emangnya gue Limbad gak pernah ketawa."

Levin mendengus geli, merebahkan tubuhnya di atas rumput memandang langit yang penuh bintang. "Laper gak?" tanya Levin.

Vio menoleh, matanya terpaku pada wajah Levin yang terkena sinar lampu. Tentu saja Vio tidak menampik jika Levin tampan, tapi saat tenang seperti ini Levin terlihat jauh lebih tampan.

"Laper gak?"

Vio tersentak, matanya melotot karena Levin kini memiringkan tubuhnya. Menyangga kepalanya dengan sebelah tangan, cowok itu menatap Vio dengan ekspresi tak terbaca.

Vio merutuki dirinya sendiri, bisa-bisanya ia terpesona pada Levin dan sialnya malah kepergok. Bagaimana jika Levin berpikiran yang tidak-tidak? Bisa besar kepala dia?

"Laper gak?" ulang Levin, karena Viona tak kunjung memberikan jawaban.

Belum sempat Vio menjawab, perutnya lebih dulu bereaksi. Vio memejamkan matanya karena malu, sementara Levin mendengus geli. Pasti cowok itu tengah menahan tawa akibat suara perut Vio yang meraung seperti macan kelaparan.

VIONA (Terbit)On viuen les histories. Descobreix ara