45 - A Sky Above The Sky

1.3K 107 7
                                    

Di sebuah tempat yang dikelilingi rerumputan hijau menjadi tempat bagi tiga sosok untuk duduk dan melepas rindu. Di bawah sebuah pohon rindang mereka berkumpul. Suasana benar- benar asri.

Buket bunga lily putih terletak di depan sebuah batu marmer yang berkilau bagaikan kristal.

"Sudah tujuh tahun dan tempat ini masih sama." Ucap sosok dengan senyuman secerah matahari.

"Tentu saja, Dokyeom-ah. Woozi selalu merawat tempat ini." Balas salah satu dari mereka.

Sosok yang paling pendek di antara mereka tersenyum lembut.

"Kau benar Shua hyung, aku selalu merawat tempat ini dengan sepenuh hatiku." Jawabnya.

Mereka duduk di sebelah marmer itu. Melontarkan candaan satu sama lain sembari menikmati hangatnya cuaca.

"Dimana Beannie, Kim, dan Boo? Bukankah kita harusnya berkumpul 15 menit lalu?" Tanya Dokyeom heran.

Kekehan kecil muncul dari Woozi.

"Kau tahu bahwa jarak negara mereka cukup jauh, Dokyeom-ah. Seorang penyanyi seperti Boo akan sulit untuk mencari jadwal. Apalagi koki restaurant bintang lima seperti Kim dan dosen seperti Beannie. Bersyukurlah agensimu memberikanmu libur, dasar kuda."

Dokyeom menghela nafasnya lalu tersenyum.

"Kau sendiri hyung, bagaimana pekerjaanmu? Apa lancar seperti bisnis alat musik milik Shua hyung?"

"Tentu saja. Malah rumah produksiku akan membuka cabang perusahaan baru di negaramu, Quartzea. Siap-siap saja aku yang akan membuatkanmu lagu di comebackmu berikutnya."

"Kalau Howoo dan Wooho apa kabar hyung? Ia sudah berumur 4 tahun bukan? Pasti sedang aktif-aktifnya." Kata Joshua.

Woozi hanya mengangguk mengiyakan ucapan Joshua. Punya anak seaktif Howoo dan Wooho memang benar-benar melelahkan walau menyenangkan.

Tak ada pembicaraan selanjutnya. Mereka lebih memilih diam menikmati suasana yang ada. Membiarkan rambut mereka tertiup angin yang berhembus pelan.

"Woozi hyung, Joshua hyung, Dokyeom hyung! Kami datang!"

Teriakan itu benar-benar menghancurkan suasana tentram yang ada.

Enam orang itu kini saling melempar senyum.

"Akhirnya kalian datang." Kata Dokyeom.

"Maaf maaf. Penerbanganku delay beberapa saat."

"Aku juga terjebak macet untuk kesini."

"Dan aku harus menunggu mereka."

Kekehan kecil muncul dari bibir mereka. Cukup untuk menyalurkan rasa rindu satu sama lain.

"Astaga... Sudah lama sekali tak bertemu." Kata sosok Boo kala melihat batu mamer tersebut.

Mereka yang baru datang, sama- sama berjongkok dan meletakan sebuah buket bunga. Menundukan kepala untuk memanjatkan doa sejenak.

"Kami merindukanmu. Sudah sekian reinkarnasi tak melihat wajahmu." Kata Beannie.

Kini sosok tegap Kim melirik ke belakang. Menatap sesosok yang seharusnya tak berada disana.

Tatapan tajam membunuh kini keenamnya berikan kepada satu sosok di belakang sana.

"Kau tahu? Jika kalian tak menyelamatkannya sekarang, maka ia akan tetap seperti itu di masa depan. Begitu seterusnya sampai seluruh dunia berakhir. Kau ingin kita terus terpisah? Camkan itu, Seungkwan -ah."

.

.

.

.

A Sky Above The SkyWhere stories live. Discover now