CHAPTER XIV

2K 233 7
                                    

Suara hujan terdengar menderu di luar sana, seolah menjadi musik latar belakang suasana menegangkan antara Claudia dan Jared. Mata mereka bertatapan dan Jared bisa melihat kepanikan di wajah Claudia ketika ia menjatuhkan pertanyaan itu. Jika saja, jika saja ia tadi tidak melihat apa yang dilakukan Claudia kepada para polisi itu, Jared akan menarik wanita itu ke dalam pelukannya, mengecupnya dan melumat bibirnya, kemudian menyatukan tubuh mereka hingga langit berubah terang.

Tetapi, ingatan akan kejadian tersebut menahannya. Ingatan itu membuat jantungnya berdetak dengan kencang dan titik-titik keringat muncul satu persatu di tengkuknya.

"Aku bisa mendengar detak jantungmu dengan jelas, Jared," ucap Claudia, ia berjalan satu langkah dan refleks Jared mundur satu langkah. "Dan, aku bisa merasakan rasa takutmu. Kau harus mengendalikannya atau aku yang tidak akan bisa mengendalikan diriku," lanjutnya, tetap berjalan mendekati Jared meski tahu tubuh pria itu menegang.

Akhirnya, Jared tahu dan mengakui bahwa yang ia rasakan sekarang adalah rasa takut.

Ia merasa takut kepada Claudia.

Wanita yang selama sebulan ini membuatnya merasa ingin mati saja karena tidak bisa melihat mata hijaunya yang bercahaya. Wanita yang mengisi mimpi-mimpinya dengan senyuman. Wanita yang ia damba sentuhannya.

"Fuck, Claudia. Apa reaksi yang kau harapkan dariku setelah melihatmu melakukan... melakukan... semua itu?!?" raung Jared, ia terduduk di lantai dengan wajah tertunduk. Bayangan Claudia merobek leher detektif itu berkelebat di matanya yang terpejam. Ia terus mengumpat. Terlalu banyak yang terjadi malam ini hingga rasanya ia ingin meledak.

"Jared..." suara Claudia mengalun memasuki indra pendengarannya. Begitu mendongak, Jared melihat Claudia sudah duduk bersila di depannya. Mata mereka saling bertatapan. Terlepas dari apa yang ia lihat malam ini, Claudia masih terlihat begitu cantik dan bersinar di matanya. "Aku hanya berharap kau tidak berpikir bahwa aku sanggup membunuhmu," ucap Claudia, jemari mungilnya berada di samping wajah Jared, namun tidak menyentuhnya, seolah ia takut akan reaksi Jared jika kulit mereka bersentuhan.

Lalu, mereka terdiam dalam satu keheningan yang berputar, hanya terdengar suara nafas Jared yang sedikit memburu. Rasa takut dan gelisah itu masih melingkupi, tetapi anehnya mereka berdua merasa nyaman dan tenang.

"Jared... aku adalah vampir..." ucap Claudia, matanya tidak melepaskan mata Jared, memperhatikan pupil pria itu yang membesar, alis tebal-nya yang berkerut dan mendengar suara detak jantungnya yang semakin cepat.

"Vampir?" Jared terlihat tidak percaya. Namun, yang selanjutnya terjadi benar-benar berada di luar apapun yang pernah dibayangkan akan dilihatnya selama ia hidup di dunia ini. Claudia tersenyum, ia membuka bibirnya dan memperlihatkan gigi taring-nya yang memanjang. Selanjutnya, bagian putih mata Claudia berubah hitam dan bola mata hijau cemerlangnya berubah menjadi merah. Itu semua hanya terjadi sangat cepat, begitu cepat hingga Jared rasanya tidak merasakan jantungnya berdetak selama seperkian detik.

Hingga wajah Claudia kembali seperti semula dan ia tersenyum kepada Jared. "Aku tahu pikiranmu saat ini sangat penuh dengan segala kejutan ini, tapi apakah kau sudah memikirkan bahwa aku membunuh polisi-polisi itu karena..."

Seketika, semua runtutan kejadian malam itu kembali melintas. Necktie. Pisaunya yang menorehkan garis lurus di leher seorang wanita bernama Bella Leroy. Darah yang mengalir dengan cantik dan membasahi tanah semen yang dingin.

Claudia mengetahuinya? Claudia mengetahui dirinya adalah seorang pembunuh?

Nafas Jared tersengal, ia menjauhi Claudia. Seluruh masa lalu-nya tiba-tiba menyeruak, umpatan kebencian orang-orang di sekitarnya. Penyiksaan orang tua-nya. Kata-kata kejam kakaknya.

At A Plain SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang