CHAPTER II

5K 348 15
                                    


Ia mendengar langkah seseorang mendekatinya dari kejauhan, "Claudia? Kau di sana?" tanyanya. Kemudian wajah dari pemilik suara berada di depannya dan memberikan senyuman. Tia Darenheit, rekan kerjanya di The New York Society Library menghampirinya. "Sudah pukul 5, saatnya pulang, apakah kau tidak ingin sejenak melupakan bukumu dan bersenang-senang di Jum'at malam?"

"Red Deer lagi?" tanya Claudia, menutup buku yang sedang ia baca dan berjalan berdampingan dengan Tia.

"Yap! Kau tahu aku tidak cocok dengan bar kelas atas di daerah sini. Lagipula, aku berjanji bertemu dengan Mike di sana dan dia akan membawa teman-temannya! Siapa tahu ada yang cocok untukmu!" serunya dengan kerlingan mata.

"Mike? Yang bertemu denganmu di sana minggu lalu? Apa kau bisa percaya dengan pria yang kau temui di bar?"

"Terkadang aku bingung kenapa wanita semenarik dan secerdas dirimu bisa punya pikiran yang sangat kolot," ujar Tia, memutar bola matanya.

Claudia hanya bisa terkekeh ketika mendengar ucapan itu. Sebut dia kolot, tetapi ia benar-benar tidak pernah bertemu dengan pria baik di bar. Semuanya berakhir dengan one night stand dan mereka benar-benar berpisah di pagi hari. Lagipula, dia memang tidak pernah berniat mencari pria untuk berhubungan secara emosional. Itu hanya akan memperumit keadaan.

Kedua wanita itu membereskan barang, berpamitan dengan rekan-rekan kerja mereka dan pergi keluar perpustakaan. Merasakan udara awal musim gugur New York yang sejuk.

"Okay, babe. See you at Red Deer!" serunya dengan langkah ringan.

Setelah Tia berlalu pergi, ia mengenakan ear set-nya dan berjalan menyusuri trotoar menuju apartemennya yang terletak hanya beberapa blok dari sana.

Ia ingat suatu hari saat Tia tahu di mana ia tinggal, Tia pernah bertanya kenapa dengan semua uang yang dia punya, Claudia malah bekerja di perpustakaan. Sementara, Tia bekerja di perpustakaan karena terpaksa, sebelum ia bisa mendapatkan pekerjaan yang ia mau di salah satu butik mahal di Upper East Side. Claudia menjawab, justru karena ia memiliki segalanya, ia bisa memilih untuk bekerja di tempat yang ia sukai.

Alasan itu tidak sepenuhnya salah, Claudia memang menyukai membaca buku dan selalu tertawa ketika membaca buku sejarah yang isinya terkadang salah. Namun yang terpenting, perpustakaan adalah tempat yang bagus untuk menyembunyikan identitasnya.

***

Pembunuhan keempat membuat NYPD memanggil FBI. Setidaknya itu yang Jared ketahui dari melihat headline di portal berita. Memang sudah waktunya dan Jared memang sudah merencanakan untuk mencari mangsa di tempat baru sehingga Necktie tidak akan dicurigai sebagai persamaan antara para korban. Variabel baru akan membuat para penyidik itu bingung.

Sebenarnya, ia tidak pernah merencanakan akan melakukan ini semua. Namun, setelah ia membunuh kakaknya karena amarahnya yang meledak, ia merasakan suatu sensasi aneh yang menjalar di tubuhnya.

Bisa dibilang itu adrenalin yang terpacu atau apapun para psikolog itu menyebutnya, tetapi itu memulai semuanya. Seolah-olah kematian kakaknya memberikannya kesenangan baru.

Kesenangan yang ia ingin terus rasakan lagi dan lagi.

Dalam waktu 3 bulan ia mempelajari semuanya. Jika ia ingin melakukan ini ia harus melakukannya dengan bersih. Ia tidak mau tertangkap polisi hanya karena ingin bersenang-senang. Pembunuh berantai lain tertangkap karena kecerobohan mereka sendiri. Mulai dari tipe korban yang sama sampai menyimpan souvenir dan bahkan karena tiket parkir.

Semua informasi mengenai pembunuh berantai yang ada di internet membantu untuk merencanakan langkah-langkahnya dan mengetahui cara kerja para penegak hukum itu.

At A Plain SightWhere stories live. Discover now