CHAPTER XII

2.4K 244 8
                                    

Sebulan kemudian...

Necktie penuh dengan orang malam ini, berpesta, minum, berdansa, dan bersorak dengan riang. Mereka seolah merayakan New York yang telah terbebas dari Nosedive selama sebulan ini. Kejahatan penembakan tetap menjadi berita sehari-sehari tapi tampaknya mereka menganggap pembunuh berantai lebih mengerikan daripada orang yang membawa AK-47 dan menembak orang-orang secara acak.

"Sering banget ngecek telepon akhir-akhir ini, menunggu sesuatu?" tanya salah satu rekannya kepada Jared ketika ia sedang istirahat di ruang belakang.

"Cuma lihat apakah ada pesan masuk ketika tadi aku sedang bekerja," jawab Jared dan rekannya itu mengangguk-ngangguk. "Sudah cukup rehatnya, aku ke depan..."

Sudah sebulan dan belum adanya kabar dari Claudia membuat Jared cemas. Terlebih ketika ia mendatangi perpustakaan tempat Claudia bekerja, ia mendapat kabar bahwa Claudia sudah berhenti dari pekerjaannya. Bahkan nomor telepon Claudia selalu tidak aktif. Jared ingin yakin bahwa Claudia baik-baik saja dan akan kembali, tetapi kalau dia menghilang tanpa kabar seperti ini bagaimana ia harus tetap yakin?

Apa yang Claudia sedang lakukan? Apakah ia meninggalkan New York? Apakah ia baik-baik saja di luar sana? Apa jangan-jangan Claudia menemukan pengganti dirinya? Apakah Claudia masih hidup? Kenapa ia harus menghilang seperti ini?

Seribu pernyataan yang ia takut tidak akan menemukan jawabannya.

Ia benar-benar merindukannya. Merindukan mata hijau emerald yang bersinar setiap kali ia tersenyum. Merindukan tangannya yang dingin namun menghangat ketika ia genggam. Merindukan kelembutan tubuhnya ketika mereka bercinta. Jared merindukan segalanya tentang Claudia sampai pada tahap dimana ia berpikir ia tidak ingin bangun pagi dan menghadapi dunia dimana Claudia tidak ada.

Jika ia mengeluh seperti ini, Jared tahu ia terlihat cengeng. Terkadang ia sendiri juga bertanya-tanya kenapa di waktu yang begitu singkat ia sudah mencintai seseorang seperti ini.

Ya, mencintai. Siapa yang menduga ia ternyata masih bisa mencintai seseorang setelah semua orang berpaling darinya.

Mungkin waktu keberadaan mereka singkat tetapi Claudia adalah orang pertama yang membuatnya membuka diri dan mendengarkannya. Wanita itu bahkan merengkuh dirinya tanpa menghakimi masa lalunya. Itu semua sudah lebih dari cukup untuk meyakinkan Jared akan perasaannya.

Sepeninggalan Claudia, di saat-saat tertentu ia meraung frustasi, terlebih karena ia takut bahwa ia tidak bisa menahan dirinya lagi. Alasan satu-satunya kenapa ia berhenti beraksi sebagai Nosedive adalah karena perhatiannya tercurah sepenuhnya kepada Claudia. Kini dengan menghilangnya Claudia, ia tidak tahu berapa lama ia bisa menahan untuk tidak merasakan sensasi itu.

Sensasi puas yang ia rasakan setiap kali mengoyak leher seseorang. Perasaan menggebu-gebu ketika melihat darah merembes membasahi leher seseorang. Ia ingin merasakan itu lagi.

Terutama karena banyak sekali mangsa potensial yang berlalu-lalang di hadapannya. Anak orang-orang kaya yang dengan seenaknya menggunakan privilege mereka untuk membuang-buang dana perwalian. Ia bertaruh darah yang mengucur dari leher mereka pasti akan sangat indah.

"Hai, babe," sapa seorang wanita dengan gaun berwarna perak yang memeluk tubuhnya dengan ketat, "Satu orange vodka untukku dan buatkan minuman sendiri untukmu. Put it on my tab," ucapnya manja sembari menggigit bibirnya. Terlihat sekali ia sengaja meletakkan lengannya sedemikian rupa di atas meja agar belahan payudaranya dapat terlihat dengan jelas.

Itu mungkin berhasil memikat pria-pria lain, namun jelas tidak berhasil untuk Jared.

"Thank you but no thanks," jawab Jared, tangannya mulai bekerja untuk membuatkan minuman yang diminta wanita itu.

At A Plain SightWhere stories live. Discover now