12. Someone You Loved

Start from the beginning
                                    

Bara mendadak berbalik, membuat Chelsea tersentak hingga menubruk dada lelaki itu. Kemudian dengan gesitnya Bara menarik Chelsea masuk ke dalam mobil, memasangkan sabuk pengaman lalu menutup kembali pintu mobil tanpa sepatah katapun. Hal itu membuat Chelsea menutup mulutnya rapat-rapat.

Chelsea tidak bodoh, ia tentu tahu apa alasan mengapa Bara menjadi tidak banyak bicara dan tiba-tiba aneh menuruti permintaan konyolnya. Pasti lelaki berperawakan tinggi itu sudah melihat undangan pernikahannya dengan Jerome.

Bara adalah orang yang paling menentang pernikahan ini. Dan sayangnya Chelsea tidak bisa menuruti permintaan Bara untuk membatalkan pernikahannya.

Setelah sampai di tempat tujuan dan memasuki tempat bermain itu Bara tak kunjung membuka suaranya, hingga Chelsea pun juga ikut menutup mulutnya. Ia takut salah bicara dan malah membuat Bara marah seperti kemarin. Dan juga Chelsea merasa ini adalah satu hal terakhir yang bisa ia lakukan dengan Bara sebelum mendapat gelar sebagai istri Jerome. Yang pasti, sesudah menikah ia tentu tidak dapat lagi bersenang-senang bebas dengan lelaki lain. Apalagi perutnya juga pasti akan semakin membuncit beberapa bulan lagi.

Dufan. Satu tempat bersejarah dan menyimpan banyak kenangan indahnya bersama Bara. Dulu di sinilah pertama kali mereka bertemu dan di sinilah awal tumbuhnya perasaan Chelsea terhadap Bara. Bara kecil yang belum mengenal apa itu klub malam, alkohol, rokok, dan wanita-wanita berpakaian minim itu. Bara yang hobi tersenyum, banyak omong, dan juga melindunginya. Ya, kala itu Bara benar-benar membuat Chelsea jatuh pada sosoknya. Entah sudah berapa lama perasaan itu tumbuh dan semakin membesar secara diam-diam, yang pasti Chelsea adalah orang terpintar yang dapat menyembunyikan perasaannya.

"Anjir sih ini. Ngapain coba cuma duduk doang liat-liat boneka kayak gitu? Lo kalau mau boneka bisa gue beliin setokonya."

Chelsea terkekeh geli mendengar Bara mengomel di sebelahnya saat mereka berdua sudah masuk ke dalam istana boneka dan duduk di atas perahu dengan arus tenang.

"Ini perahunya gak bisa jalan cepet apa? Lelet amat udah dua jam!"

"Mana ada dua jam! Baru lima menit kita masuk sini!"

"Berasa dua jam!"

"Duh berisik lo!"

Sejujurnya Chelsea juga tidak pernah tertarik masuk ke dalam wahana kekanak-kanakan ini. Tapi gara-gara Bara, ia jadi bersemangat.

"Habis ini komedi putar ya?"

Bara melirik Chelsea, masih dengan muka ditekuk. "Gak ada yang lain? Cuma muter doang."

"Presiden Jokowi kemarin naik itu sama Jan Ethes!"

"Ya terus kenapa? Gak ada hubungannya."

"Katanya terserah gue mau naik apa aja tadi?"

Bara mendengus. Lalu menyeret kakinya melangkah mengikuti kemana Chelsea pergi setelah selesai di istana boneka.

"Kapan terakhir kita ke sini Bar?"

"Setahun yang lalu."

"Oh iya, yang lo adu mulut sama orang gara-gara nyerobot antrian terus lo nonjok hidungnya sampe berdarah. Gila!"

"Kalau si cowok sialan itu gak bentak lo, gak akan gue tonjok."

"Duh. Ngeri emosian."

"Ini berlaku juga untuk Jerome. Gue bakal bikin perhitungan sama dia kalau sampai berani bentak lo!"

Langkah Chelsea tiba-tiba terhenti. Kepalanya menoleh ke arah Bara yang sudah berada di sampingnya. Namun lelaki itu malah mengerutkan dahi dan menunjukkan kepalan tangannya. Seolah pertanda bahwa kepalan tangannya itu siap meninju siapapun.

Perfect Strangers (✔)Where stories live. Discover now