Impression - 6

2.7K 220 55
                                    

6. Jas laboratorium.

Kalau saja Kevin disuruh memilih antara olahraga atau mengerjakan tiga soal matematika. Maka, cowok itu akan memilih berolahraga. Ntah kenapa, Kevin merasa mendadak bodoh saat ia berhadapan dengan matematika. Ntah pelajaran yang melibatkan angka itu yang terlalu sulit atau otak Kevin yang tidak memadai.

Sebenarnya, Kevin sendiri tidak masalah jika Ia tidak bisa dalam pelajaran matematika atau lebih tepatnya kurang paham. Namun, cowok itu terkadang memaksakan karena Ia sangat ingin mengerti dengan salah satu pelajaran yang kemungkinan tidak disukai pelajar.

Kevin mengetuk-ngetuk pulpennya ke kening cowok itu. Otaknya jadi kembali teringat pada pernjanjian Kevin dengan Natasya. Perjanjian yang berisi, jika Kevin menolong Natasya lebih dari 5 kali dalam waktu satu bulan, maka gadis itu harus mau menjadi guru les private Kevin.

Kevin menghela napasnya. Ini sudah hampir 3 Minggu setelah kejadian dirinya membuat perjanjian konyol itu. Dan artinya, jika satu Minggu lagi Kevin tidak menolong Natasya, maka ia tidak bisa menjadikan Natasya sebagai guru lesnya.

Apakah Natasya tidak sedang membutuhkan pertolongannya?

Tapi, apakah Kevin terlihat jahat jika cowok itu menginginkan Natasya membutuhkannya. Dan sama saja Kevin mendoakan Natasya mengalami kesulitan.

Cowok dengan balutan kaos abu-abu dan celana pendek itu lagi-lagi menghela napasnya berat. Ia memejamkan matanya. Berpikir sebentar.

"Apa gue harus sewa orang buat pura-pura jahatin Natasya, terus gue tolongin? Gitu?" tanya Kevin pada dirinya sendiri.

"Bodoh."

"Drama banget."

Kevin berdecak pelan. Mungkin saja Ia bisa mendekati Natasya tanpa membuat perempuan itu menjadi guru lesnya. Namun, Kevin memilih Natasya menjadi guru les dirinya agar proses pendekatannya bisa lebih cepat dan mudah.

Cih. Buat Natasya jadi gurunya saja susah. Apalagi mendekati gadis itu agar menjadi pacarnya.

--- IMPRESSION ---

Natasya berdecak kesal saat dirinya baru saja memasuki kelas, Ia sudah melihat Kevin yang tengah tersenyum lebar di tempat duduknya.

Natasya menghampiri cowok itu. Gadis itu menatap tajam Kevin yang tersenyum tak berdosa melihat Natasya.

"Lo ngapain di sini?" tanya Natasya.

"Ngapain, ya? Belajar, mungkin."

"Pergi." Kata Natasya. Tegas.

"Gue gak mau,"

"Kelas lo bukan di sini," balas Natasya. Gadis itu jengah dengan sikap cowok yang ada dihadapannya ini.

"Gue bisa aja minta supaya kelas gue jadi di sini,"

"Gak usah sok gitu jadi orang," kata Natasya. Tajam.

"Loh? Gue kan sultan, Sya,"

"Sultan yang selalu berhalusinasi, maksud lo?" Natasya mengangkat sebelah alisnya. Hal itu membuat Kevin mendesis kesal karena Natasya selalu saja bisa membalikkan perkataannya.

"Sya," panggil Kevin. Cowok itu berusaha mengalihkan topik.

"Apa?" jawab Natasya dengan sebelah alis yang terangkat. Nada suaranya terdengar malas untuk menjawab.

IMPRESSIONWhere stories live. Discover now