Part 31

15 2 0
                                    

Suntec Singapore International Convention and Exhibition Centre menjelang siang hari itu dipenuhi oleh anak-anak muda dari negara-negara ASEAN yang ikut serta dalam berbagai lomba di ajang tahunan Youth Festival. Dengan mengenakan kemeja batik dan celana panjang model chino warna khaki Dion dengan bangga menerima penghargaan sebagai peraih juara kedua lomba melukis ditemani oleh Kepala Staff Kebudayaan dari Kedubes Indonesia untuk Singapura dan Papanya. Salah satu lukisannya yang memenangkan lomba akan dipamerkan di gedung convention tersebut selama sebulan sementara dua lainnya akan dikembalikan kepada Dion.

Acara dilanjutkan dengan ramah tamah dan makan siang. Papa Dion pamit duluan karena harus meeting dengan klien sedangkan Dion, setelah berbasa-basi dengan Kepala Staff Kebudayaan Kedubes RI untuk Singapura, menyelesaikan makan siangnya sendiri sambil berkeliling stan-stan negara ASEAN yang memamerkan kebudayaan serta cindera mata masing-masing negara. Kesempatan untuk sekalian mencari oleh-oleh untuk Opa dan Oma plus Aya.

Saat sedang asik mengamati tas-tas tote bag etnik di stan negara Thailand, seorang cewek sebaya Dion menghampirinya dan menyapa sambil tersenyum manis. Wajahnya cantik seperti Lisa salah satu personil Black Pink. Biasanya dulu kesempatan seperti ini tidak pernah Dion sia-siakan, tapi entah kenapa kali ini Dion menanggapi dengan biasa saat cewek itu mengajak berkenalan. Yang teringat justru wajah Aya. Dion lalu membeli dua buah tote bag, masing-masing untuk Oma dan Aya, dan sebuah ikat pinggang untuk Opanya. Saat akan meninggalkan stan tersebut tiba-tiba Dion melihat sebuah gelang cantik dihiasi dengan batu giok hijau berbentuk daun. Dion pun memutuskan membelinya sebuah untuk Aya. Semoga Aya suka.

Jadwal Dion hari itu benar-benar padat. Malamnya ia diundang makan malam oleh Pak Kedubes RI untuk Singapura di kediaman beliau. Di sana ia bertemu dengan Bu Linda yang sedang menjadi tamu Ibu Dubes. Sayang Papanya tidak bisa menemani Dion malam ini, kalau saja Papanya tahu pasti Papanya akan memaksakan datang meninggalkan meetingnya.

Dion sempat mengobrol sebentar dengan Bu Linda di antara acara makan malam itu. Bu Linda memberikan selamat atas prestasi Dion di ajang ASEAN Youth Festival dan mengaku kalau ia ikut ikut merasa bangga. Dion nyengir lebar sambil mengucapkan terimakasih.

"Salam untuk Papa ya," kata Bu Linda sebelum berpisah malam itu seusai acara makan malam.

Hehehe pasti Papanya senang sekali dapat salam dari Bu Linda. 

Aya gue balik dari Singapura sore ini, gue udah beliin elo oleh-oleh, besok gue ke rumah ya.

Aya tersenyum membaca pesan whatsapp dari Dion yang baru saja masuk. Ia pun segera menjawab singkat.

Oke. Gue tunggu.

"Senyum-senyum lagi," komentar Papanya yang sedari tadi duduk di sampingnya sambil menonton berita di TV.

Aya nyengir.

"Paling-paling dapat pesan dari Dion. Awas, jangan galak-galak."

Aya menjulurkan lidahnya. Malas digoda lagi oleh Papanya, Aya pun beranjak dari duduknya meninggalkan ruang TV, tapi baru saja ia masuk ke kamarnya, sebuah pesan whatssap masuk lagi di ponselnya. Berharap pesan dari Dion, Aya harus kecewa mendapati bahwa pesan tersebut justru datang dari mantan pacarnya, mau apa lagi sih dia? Tak urung Aya membaca pesan yang sudah terlanjur terbuka di layar ponselnya itu.

Aya, apa kabar? Gue lagi di Jakarta, bisa nggak besok gue ke rumah?

Aya memutar kedua bola matanya, aduh basi banget deh.

Mau ngapain?

Gue mau minta maaf Ya.

Gak perlu

Gue mau sekalian ngembaliin kamera yang pernah gue pinjem.

Kirim aja pakai ojek online.

Takut rusak Ya, ini kamera mahal.

Aya menghela napas kesal.

Ya udah, besok aja, tapi pagi-pagi soalnya gue udah ada janji.

Oke, makasih Ya.

Tanpa menjawab Aya langsung menutup aplikasinya. Huuuh, terpaksa dia besok harus menemui cowok itu. Kalau nggak inget-inget kamera itu hadah dari papanya saat ia lulus SMA sudah ia relakan dan lupakan itu kamera.

Playboy Versus Tomboyजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें