Part 27

19 2 0
                                    

Tak lama setelah kunjungan dokter pagi yang mengkonfirmasi Aya boleh pulang dari rumah sakit hari itu, Dion dan teman-teman Aya yang lain datang. Mereka sangat gembira mendengar kabar Aya akan segera pulang. Aya juga sudah tidak merasa pusing lagi dan sudah bisa tertawa-tawa mendengar bercandaan teman-temannya.

Dion juga ikut tertawa-tawa, tapi ia tidak banyak bicara. Diam-diam Aya berapa kali mencuri pandang padanya dan mendapati Dion sibuk dengan handphone-nya. Aya memperhatikan cowok yang telah menyelamatkan nyawanya itu dengan mata baru. Penuh rasa hutang budi dan juga sesuatu yang lain. Hatinya terasa hangat. Tiba-tiba Dion mendongak dan menangkap basah Aya yang sedang memperhatikannya. Cowok itu langsung tersenyum dan Aya merasa pipinya memerah.

"Woooi, pandang-pandangan aja berdua kayak di sinetron," tegur Danu jahil sambil menepuk bahu Dion.

Tiara buru-buru mencolek pacarnya, "Biarin aja kenapa sih?"

"Siapa yang lihat-lihatan sih?" elak Aya dengan pipi makin merah, "dari tadi Dion sibuk sama hape-nya kok."

"Ciyeee..., merhatiin nih ya," Tiara tidak tahan akhirnya ikut meledek. Danu pun pecah tawanya.

Aya cemberut, benar-benar cocok mereka berdua jadi pasangan. Kompak banget kalau soal meledek teman.

"Sori, gue dari tadi chating sama Bu Bertha, minta waktu ujian susulan," ujar Dion tanpa mengindahkan candaan teman-temannya.

"Loh, emang elo kemarin nggak ikut ujian mata kuliah Bu Bertha?" tanya Aya mengerutkan keningnya.

"Dia kan kemarin seharian nemenin elo Ya, sampai Papa elo datang sore hari, otomatis dia skip ujian mata kuliahnya Bu Bertha deh," ujar Dina sebelum Dion sempat menjawab.

Aya mengerjap-ngerjapkan matanya terharu, "Makasih ya Dion, elo baik banget."

Dion nyengir, mendadak kehilangan kata-kata.

"Terimakasih juga udah nyelamatin gue kemarin, kalau nggak ada elo...."

"Eeittts, tahaaan, nanti aja kalau berduaan bilang terimakasihnya," Tiara menyela tiba-tiba.

"Emang kenapa?"

"Biar lebih intim doooong. Up, close and personal gitu deh."

Aya mengambil dompet tissue di samping tempat tidurnya dan melemparkannya ke arah Tiara. Teman-temannya semua tergelak. Untung Aya menempati ruang eksekutif sehingga tawa dan becandaan mereka tidak mengganggu pasien lainnya.

"Eh, ngomong-ngomong Andy kemana ya?" tanya Aya untuk mengganti topik obrolan.

"Andy nggak bisa ikutan nengokin karena dia lagi bantuin katering kakaknya yang dapat pesanan acara kekahan. Tapi dia titip salam untuk elo Ya," jawab Dina.

"Oooh sekarang Andy punya juru bicara ya?" Danu kumat lagi isengnya.

"Apa sih?" kata Dina sambil tertawa, "Tadi waktu mau ke sini kita semua kan ketemuan sama Andy di parkiran kampus."

"Iya, tapi dia ngomongnya cuma ke elo doang."

Dina memonyongkan bibirnya, "Halah nggak penting amat sih omongan lo Dan. Nih yang penting menurut gue, sekarang kita bantu usaha catering kakaknya Andy dengan menawarkan ke orang-orang terdekat. Gue udah nawarin ke bokap gue, in syaa Allah minggu depan mau pakai jasa catering kakaknya Andy untuk makan siang rapat di kantornya."

"Setuju tuh," Dion ikut nimbrung, "Gue juga udah nawarin ke bokap biar nyoba catering kakaknya Andy kapan-kapan untuk acara di kantornya."

Danu tertawa-tawa, "Siap...siap. Kita juga bisa nawar-nawarin sekalian kalau ada yang mau booking kita untuk nyanyi di acara mereka ya Tiara?"

Tiara mengangguk setuju.

"Wah sepertinya kita bisa bikin perusahaan wedding organizer nih," celetuk Dina, "Ada catering, ada make up artist, ada wedding singer, lengkap deh."

"Lulus kuliah dulu yang bener kali Din," Danu mengingatkan.

"Hehehe pastinya dong."

Mereka terus saling melemparkan candaan segar hingga Papa Aya tiba bersama seorang pria berseragam polisi yang langsung diperkenalkan ke Aya dan teman-teman sebagai AKP Surya, penyidik dari kepolisian yang akan mengajukan beberapa pertanyaan kepada Aya dan Dion terkait dengan peristiwa kebakaran di rumah singgah. Teman-teman Aya pun lalu berpamitan kecuali Dion.

Aya berinisiatif turun dari tempat tidurnya supaya mereka bisa mengobrol dengan mudah di sofa di sudut kamar. AKP Surya tanpa membuang waktu meminta Aya menceritakan bagaimana ia bisa berada di lokasi kejadian pada malam naas tempo hari. Aya pun menceritakan apa adanya dengan rinci. Lalu giliran Dion yang diminta untuk bercerita bagaimana ia tiba di lokasi kejadian dan menemukan Aya yang tak sadarkan diri di ruang makan di rumah singgah. Aya mendengarkan cerita Dion dengan penuh minat. Ia sudah tahu Dion menyelamatkannya tapi ingin tahu ceritanya dengan lebih detail. Selesai mendengarkan cerita Dion Aya merinding, kalau saja Dion tidak datang tepat waktu, mungkin Aya sudah ikut hangus terlalap api seperti kondisi sebagian ruangan yang ada di rumah singgah saat ini. Papa Aya seolah memiliki perasaan yang sama, ia langsung menepuk-nepuk bahu Dion penuh rasa terimakasih.

Wawancara tidak berlangsung selama yang Aya kira, tidak juga berbelit-belit. Begitu mendapatkan keterangan yang diperlukan, AKP Surya langsung pamit diri. Dion tak lama kemudian pun ikutan pamit karena harus kembali ke kampus untuk ujian susulan. Sambil mengawasi Dion yang menghilang dari pandangannya, Aya harus menelan kekecewaannya, rasanya ia belum cukup mengucapkan rasa terimakasihnya kepada cowok yang sudah menyelamatkan nyawanya itu. Seribu kali ucapan terimakasih juga rasanya belum cukup. 

Playboy Versus TomboyWhere stories live. Discover now