Part 30

22 2 0
                                    

Dion dan Papanya baru saja selesai check in di terminal keberangkatan internasional sewaktu Dion melihat sosok yang familiar diantara calon penumpang lainnya yang sedang antri di depan konter check-in.

Dion segera mencolek Papanya, "Pa, sepertinya Bu Linda juga mau ke Singapura."

Papanya yang sedang mengechek ponselnya langsung celingukan dan menemukan orang yang dimaksud Dion berdiri tidak jauh dari mereka.

"Oh iya. Waduh."

Dion mengernyitkan keningnya, "Kok waduh? Bukannya terakhir kali kita nonton konser baik-baik aja ya?"

Papa Dion nyengir, "Sepertinya Bu Linda masih marah sama Papa, beberapa kali Papa telpon setelah pulang konser itu tidak pernah diangkat."

"Oya? Marah kenapa?"

Papanya menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, "Sepulang dari konser Papa cium pipi dia."

Dion terbahak. Papanya buru-buru menarik Dion menjauh takut tawa Dion mengundang perhatian calon penumpang lainnya, terutama Bu Linda.

"Papa nekat sih," Dion menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Papa sudah minta maaf, tapi dia tetap ngambek. Papa sudah kirim bunga segala tapi nggak digubris."

Dion tersenyum, ia jadi teringat Aya yang juga galak, sepertinya Bu Linda juga model-model seperti itu. Ditariknya tangan Papanya dan ia pun, sambil setengah menggeret Papanya, melangkah lebar-lebar menuju ke tempat Bu Linda masih antri.

Bu Linda terkejut melihat kedatangan mereka, tapi tak urung ia tersenyum pada saat Dion menyapanya manis. Setelah basa-basi sejenak, Dion pun sengaja meninggalkan Papanya ngobrol berdua dengan Bu Linda dengan alasan ingin ke toilet.

Dion sengaja berlama-lama di toilet, setelah itu ia memesan kopi di sebuah kedai kopi sebelum akhirnya kembali ke tempat ia meninggalkan Papanya dan Bu Linda. Ternyata Papanya masih asik mengobrol dengan Bu Linda setelah urusan check in tiket Bu Linda selesai. Sepertinya Papanya dengan piawai sudah berhasil melumerkan hati Bu Linda. Nggak sia-sia belasan tahun pengalaman jadi playboy.

Melihat kedatangan Dion membawa kopi panas yang mengepul-ngepul Bu Linda langsung kepingin. Setelah menanyakan letak kedai kopi tempat Dion membeli kopinya, Bu Linda pamit untuk membeli kopi dan cemilan. Papa Dion pun dengan senang hati mengantar. Mereka lalu janjian bertemu lagi dengan Dion di waiting area gerbang keberangkatan pesawat mereka setengah jam ke depan. Sambil meninggalkan Dion, papanya diam-diam mengedipkan sebelah mata ke arah anaknya. Dion nyengir sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Saat masuk ke pesawat setengah jam kemudian, Dion dengan sukarela bertukar kursi dengan Bu Linda supaya Papanya bisa lebih lama lagi mengobrol dengan pujaan hatinya sementara Dion duduk di kursi tak berapa jauh dari mereka yang semula milik Bu Linda. Dari tempat duduknya Dion bisa melihat sepanjang perjalanan Papanya tampak asik mengobrol dengan Bu Linda. Wah Papa menang banyak nih, batin Dion geli.

Setibanya di hotel dan menyimpan tas ranselnya, Dion mencoba menelpon Aya sambil menunggu Papanya yang masih di kamar mandi. Rencananya setelah ini Papanya akan mengajaknya makan malam. Ternyata Aya sedang dalam perjalanan pulang dari ujian susulan di kampus. Dion buru-buru menyudahi telponnya takut mengganggu konsentasi Aya menyetir.

"Ternyata Bu Linda diundang istri Dubes Indonesia untuk Singapura yang akan mantu anaknya besok di kedutaan. Mereka berteman saat sama-sama sering ikut misi kebudayaan dulu," info Papa Dion saat mereka makan malam berdua di sebuah restaurant menditerania di kawasan Newton Food Centre.

"Papa nggak diundang juga?" tanya Dion sambil melahap nasi gorengnya.

"Papa nggak kenal. Bukan dari kampus yang sama."

"Tapi Bu Linda sudah nggak marah lagi kan sama Papa?"

Papanya nyengir, "Nggak dong. Kapan-kapan kamu harus belajar rayuan-rayuan gombalan Papa."

Dion terkekeh sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, "Katanya mau insyaf."

Papanya mengangguk, "Iya, Papa memang mau insyaf. Papa pingin serius sama Bu Linda. Doakan ya."

"Beneran nih Pa?"

"Serius. Papa capek sendirian. Papa pengin di masa pensiun nanti ada yang menemani."

Dion mengangguk-angguk setuju.

"Kamu gimana dengan Aya? Luluh dong hatinya Aya setelah kamu jadi pahlawannya...."

"Hehehe, mudah-mudahan."

Dion lalu menceritakan obrolan terakhir mereka di telpon sebelum berangkat ke Singapura kemarin yang membuat hatinya bungah. Papanya mengacungkan jempol sambil tertawa.

Playboy Versus TomboyWhere stories live. Discover now