Part 13

20 2 0
                                    

Anak-anak panti asuhan Sejahtera Sentosa menyanyikan lagu ulang tahun untuk Danu dengan semangat diiringi petikan gitar oleh Dion. Yang ulang tahun tidak boleh protes dengan permainan gitar yang ala kadarnya, namanya juga baru belajar dadakan semalam lewat youtube. Di pesta sederhana itu, selain teman-teman dekat Danu, juga hadir Ayah dan Bunda Danu yang merupakan sahabat lama Bu Linda, pemilik sekaligus ibu panti. Mereka bertiga tampak bercakap-cakap serius, entah apa yang mereka bicarakan. Tapi beberapa kali mereka melemparkan pandang penuh ingin tahu ke arah Dion. Tidak banyak yang memperhatikan karena yang lain sibuk menyanyi dan tertawa, mungkin hanya Aya yang tidak sengaja kebetulan melihat Bundanya Danu tadi berbisik ke Bu Linda sambil menunjuk Dion diam-diam. Lalu Bundanya Danu mencolek suaminya, dan sejurus kemudian mereka bertiga mengobrol serius. Ada apa ya?

Perhatian Aya terpecah saat acara tiup lilin dan anak-anak panti bergiliran mengucapkan selamat kepada Danu. Lalu Danu bercerita kepada teman-temannya dan juga di hadapan anak-anak panti bahwa ia pernah menjadi bagian dari panti asuhan Sejahtera Sentosa sebelum akhirnya diadopsi oleh Ayah dan Bundanya pada usia 5 tahun. Aya ikut bertepuk tangan dan mengacungkan jempol bersama teman-teman lainnya memberikan penghargaan dan dukungan sementara Ayah, Bunda dan Bu Linda bergantian memeluk Danu. Luar biasa, Aya merasa salut kepada Danu. Bukan hal yang mudah untuk mengakui masa lalu yang tidak indah. Apalagi untuk mengakui bahwa ia adalah anak pungut yang tidak mengetahui asal-usulnya sama sekali. Aya melihat Tiara sama sekali tidak terkejut mendengar pengakuan Danu. Pastinya Danu sudah memberitahunya paling duluan.

Setelah itu mereka makan bersama di ruang makan dengan menu prasmanan yang disiapkan oleh catering milik kakak Andy. Saat mereka sedang makan tiba-tiba Aya melihat Bu Linda berjalan menghampiri Dion dari ujung ruangan meninggalkan Ayah dan Bunda Danu yang sedari tadi mengobrol dengannya. Aya yang kebetulan duduk di sebelah Dion menarik lengan kemeja cowok itu memberitahu.

"Dion ya?" tanya Bu Linda ramah.

Dion mengangguk. "Iya Bu, saya Dion, teman tim basketnya Danu."

Bu Linda tersenyum, "Iya, saya tahu dari Bundanya Danu. Maaf, apa Dion ada hubungan keluarga dengan David Budiman? Saya melihat ada kemiripan wajah dan gaya bicara."

"Iya, David Budiman papa saya. Apa Ibu kenal papa saya?" tanya Dion terkejut senang.

Senyum Bu Linda melebar, "Lebih tepatnya kenal dengan papa dan mama kamu. Kami bersahabat sewaktu kami sama-sama kuliah di IKJ dulu. Maaf saya tidak bisa datang sewaktu mama meninggal di Australia. Begitu mendadak, saat itu paspor saya kebetulan habis dan belum diperpanjang."

"Nggak apa-apa Bu. Memang mendadak sekali."

"Apa kabar papa? Masih sibuk bikin film?"

Dion terkekeh, "Ya begitulah Bu."

Bu Linda menepuk pundak Dion, "Salam untuk papa ya. Dari Linda Sulaeman."

Dion mengangguk.

Oh, rupanya Bu Linda kenalan lama papa dan mama Dion. Terpecahkanlah misteri yang sempat bikin Aya penasaran tadi.

"Kenapa senyum-senyum?" tanya Dion mengagetkan Aya.

Aya lalu menceritakan apa yang ada di benaknya barusan.

"Kebetulan nanti malam gue ketemu sama papa untuk bayar cicilan hutang. Nanti gue akan sampein salamnya Bu Linda ke papa. Ngomong-ngomong bokap nanyain gue nggak semalam?"

Aya memutar kedua bola matanya. "Nanyain sih. Elo ditunggu main catur lagi malam minggu depan."

Dion terkekeh. "Bisa-bisa gue pacaran sama papa lo nih. Abis mau pacarin anaknya tapi anaknya galak."

Aya melengos tak menjawab. Ia lalu mencari teman-teman satu gengnya yang mendadak pada menghilang. Dilihatnya Tiara yang duduk berdampingan dengan Danu tak jauh darinya.

"Dina kemana ya?" tanya Aya sambil pindah duduk di sebelah Tiara.

"Tuh," tunjuk Danu ke arah pojok ruangan dimana Dina kelihatan sedang mengobrol dengan beberapa anak panti ditemani oleh Andy.

Aya dan Tiara lihat-lihatan penuh arti.

"Tadi Andy yang jemput Dina. Elo tau kan Dina nggak biasa nyetir sendiri. Selama ini kemana-mana kalau nggak diantar supir ya diantar Rizky. Kalau hari minggu begini supirnya libur," kata Tiara sambil nyengir.

"Elo pasti mau nyomblangin mereka berdua ya," tebak Aya sambil berbisik.

Tiara mengangguk.

"Apa sih bisik-bisik?" tanya Dion yang menguntit Aya.

"Cowok nggak usah tahu," kata Aya tanpa melepaskan perhatiannya dari Dina dan Andy dengan senyum jahil.

Dion langsung paham. "Udah jangan elo liatin terus. Nanti mereka berasa."

Aya langsung mengalihkan pandangannya dan nyengir.

"Serius Ra, Dina dibonceng pakai motor sama Andy ke sini?"

"Serius. Gue rasa baru kali ini Dina ngerasain naik motor. Nanti kalau Dina minta anterin elo pulang, cari alasan ya, bilang elo nggak bisa, biar dia dibonceng Andy lagi."

Aya menyenggol lengan Dion, "Elo juga jangan mau kalau Dina minta anterin pulang nanti."

"Iya, iya. Nggak usah cemburu gitu deh Ya," ledek Dion cengengesan.

"Yeeee, siapa yang cemburu?"

"Elo barusan kan bilang gue nggak boleh nganterin Dina pulang."

"Maksud gue biar Andy aja yang nganterin."

Dion tergelak.

Playboy Versus TomboyWhere stories live. Discover now