Amar

17 0 0
                                    

Amar dan Arbizya sedang berada di sebuah restoran, Amar yang sedari tadi tak bosan memandangi wajah cantik milik Arbizya pun tak menyadari ekspresi wajah Arbizya yang mulai berubah, entah ekspresi apa itu.

"Gue benci kalian" ucap Arbizya lirih.

"Siapa,Zy?" rupanya ucapan Arbizya barusan terdengar ditelinga Amar.

"Thalita sama Gilang." jawabnya singkat

"Mereka kenapa?" tanya Amar yang masih saja tak mengerti.

"Nih, kamu lihat aja sendiri." Arbizya menyodorkan ponselnya pada Amar yang langsung diterima dengan baik oleh laki-laki itu.

" Arbizya menyodorkan ponselnya pada Amar yang langsung diterima dengan baik oleh laki-laki itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Thall_chyani

Thall_chyani

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Disukai oleh Gilang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Disukai oleh Gilang.72, Dira_raa, Lyen.Dyn_ dan 243 lainnya

Thall_chyani Tetaplah menjadi alasan kenapa aku merasakan cinta tanpa luka.

📸 @Gilang.72 :)

Kini Amar mengerti maksud perkataan Arbizya.

"Kamu masih cemburu,Zy?" tanya Amar yang mulai tak suka dengan topik pembicaraan ini.

"Ihh... sayang, aku bukan cemburu. Tapi, aku nggak suka lihat mereka bahagia. Kamu tau kan alasan aku ngincer Gilang?"

Amar mengangguk sebagai jawaban,meski dalam hati ia tak menyukai sifat Arbizya yang seperti ini.

Pendendam dan juga senang memanfaatkan yang ia punya demi kepentingan ego nya.

"Udah lah,Zy. Kita lupain aja, sekarang kita harus bahagia. Biarkan luka itu tetap menganga, asal kita tetap bersama, semuanya tidak sesulit yang kamu kira. Paham?" lagi dan lagi, Amar harus menjadi sosok yang lebih dewasa daripada Arbizya.

"Tapi aku nggak suka." rengek Arbizya dalam pelukan Amar.

"Ssstt... Kita semua pasti pernah kecewa, tapi nggak selamanya kita terus menerus berada didalam kekecewaan, kita butuh pendewasaan jiwa,Zy." Amar memberi jeda

"Udah ya. Aku nggak suka kamu jadi orang yang pendendam. Kalau kamu udah siap, segera berdamailah dengan Gilang juga Thalita. Urusanmu dengan Gilang sudah selesai. Sekarang hanya ada kita,Zy . Paham?" lanjutnya

Arbizya mengangguk paham. Bagi Arbizya, Amar lah laki-laki paling tulus yang mau menerimanya dengan ikhlas. Meski hubungan mereka muncul dengan cara yang salah. Arbizya berharap ia tak salah dalam memilih pasangan untuknya kelak.

Sedikit banyak, Amar lah yang telah membawa perubahan baik dalam hidup Arbizya. Memang,Arbizya akui, jika dibandingkan dengan Gilang, Amar akan kalah telak. Tapi inilah Amar, apa yang ada pada Amar, tak pernah ada dalam diri Gilang.

Hal ini yang makin memantapkan Arbizya untuk rela melepas Gilang dari genggamannya.

Dari dia yang mendekati sempurna,aku memilihmu. Semoga kamu orang yang tepat untukku,Mar.

Arbizya tersenyum ketika membayangkan betapa bodoh dirinya itu. Menyadari kehadiran Amar setelah Gilang berhasil memporak-porandakan hatinya kala itu.

"Zya, kamu sehat kan?" tanya Amar was-was

Mendengar ada nada was-was dalam suara Amar membuat Arbizya mencebik kesal.

"Ck. Emang hari ini aku harus banget ya mendadak sakit?" ujarnya dengar nada bertanya

Amar terkekeh dan menggelengkan kepalanya. Diusapnya puncak kepala Arbizya yang dilapisi hijab instan itu, membuat rona merah dipipi Arbizya tercetak jelas.

"Jangan dong. Bidadarinya Amar harus sehat,biar bisa makin taat. Ya udah buruan di minum, setelah ini kita pulang." ujar Amar lembut.

*****

Setelah mengantar Arbizya pulang, Amar pun langsung pulang ke rumahnya. Ralat, rumah orang tuanya. Sepi adalah hal pertama yang selalu ia rasakan mana kala ia menyambangi rumah ini.

"Mama ke mana Bi?" tanya Amar pada asisten rumah tangga yang sudah sangat dipercaya oleh keluarganya.

"Nyonya besar pergi ke rumah istri muda tuan besar, Den."

Amar mengernyit, bingung. Untuk apalagi Mama nya sibuk menyambangi rumah orang yang telah merusak rumah tangganya.

"Amar, ke kamar dulu Bi" ujar Amar setelah beberapa menit sibuk dengan pikirannya sendiri.

*****

Sementara itu, di sudut kamar, seorang gadis tengah meringkuk dengan berlinang air mata.

Arbizya menutup rapat telinganya, pertengkaran itu terjadi lagi. Ia bosan mendengar orang tuanya bertengkar seperti ini.

"Bagaimana pun dia masih tetap istri sahmu,Mas! Istri pertamamu." itu suara Mamanya.

"Terserah! Aku tidak peduli lagi padanya sejak dia bermain api dibelakangku!" dan itu suara Papanya.

"Gita, sudah. Ini semua salahku. Aku ke sini hanya ingin meminta maaf pada kalian." dan itu suara Ibu tirinya.

Perlu kalian tau, Gita-Ibu Arbizya adalah istri kedua dari Papanya.

"Desi, semua ini bukan sepenuhnya salahmu. Kalau kamu nggak bisa memberikan apa yang diharapkan keluarga Mas Ahmad, itu bukan keinginanmu. Aku tau itu. Semua ini takdir Des. Berhenti menyalahkan dirimu"

Lagi dan lagi, air mata Arbizya turun semakin deras seperti hujan yang kini mengguyur bumi.

Suasana hujan di malam ini entah mengapa seolah sedang menemani irama riuhnya rumah tangga orang tua Arbizya.

Mengapa Tuhan memberikan cobaan pada orang tuanya? Andai Arbizya dapat menggantikan semua cobaan yang di rasakan orang tuanya, Arbizya akan sangat bersedia menggantikan posisi orang tuanya.

MenyentuhmuWhere stories live. Discover now