27

591 84 63
                                    

Dohyun kini tengah duduk manis di teras rumahnya. Sehabis dari rumah sakit, mood nya langsung down gitu aja. Dia benar-benar takut jika Jinwoo tidak bisa sembuh.

Maksudnya gini, karena memang setiap penyakit pasti ada obatnya. Tapi dia dengan memikirkan hal yang lain, jadilah ia berpikir bahwa Jinwoo tidak akan sembuh dari Leukimia.

Dohyun cuma diam duduk diluar dengan hembusan angin malam. Tidak ada bintang, apalagi bulan yang menjadi lampu bagi langit malam yang gelap. Yang menyinari seluruh bumi.

Nyatanya, hati Dohyun kini tengah gelap. Semuanya gelap. Bahkan feeling-nya tentang Jinwoo aja gelap.

Dia hanya bisa menghembuskan nafasnya kasar dan menyimpan dagunya diatas lipatan tangannya dan tumpuan diantara kedua lututnya.

Kakaknya sudah pulang dan kini tengah mengerjakan tugas. Maklumlah, semester 6 sekarang, persiapan buat skripsi.

"Kalo Jinu emang gak bisa sembuh..." Gumamnya pelan. Dohyun kemudian menggelengkan kepalanya cepat.

"Apaan si mikirin kek gitu. Gak guna," gumamnya lagi.

Sampai akhirnya kakaknya datang dari dalam menuju keluar. Melihat sang adik yang terlalu lama berada di luar.

Hangyul duduk disamping Dohyun dan kini menatap adiknya yang seharian ini tidak mood. Hangyul tau Dohyun dan Jinwoo adalah sahabat karib dari TK. Jinwoo pindah ke Tempuran waktu SD dan itu membuat Dohyun sedih selama 6 tahun.

Dan saat tau Jinwoo sekolah di SMP 1 Karawang, Dohyun kegirangan karena mereka kembali satu sekolah. Dan kembali satu kelas.

Selama ini, mereka saling berkomunikasi lewat SMS. Saling melempar kabar. Dan saat mereka mengenal sosial media, mereka saling membagikan foto untuk mengetahui kegiatan mereka.

Tapi untuk saat ini, Dohyun merasa persahabatannya kini agak aneh dan tidak seperti dulu. Jinwoo yang sakit, Dohyun yang terkadang selalu menghindar. Membuat kedua sahabat itu sedikit lebih, ya begitulah. Merenggang.

Bahkan untuk saat ini, mereka tidak saling melempar kabar. Jarang-jarang aja sih.

Pengumuman PPDB jalur prestasi akan diumumkan dua hari lagi. Membuat Dohyun deg-degan sendiri. Apakah Jinwoo akan lolos atau tidak.

Tapi padahal dia cek lagi, Jinwoo masih berada di posisi ke tiga dan itu sudah mutlak. Jinwoo positif masuk ke SMA 1 lewat jalur prestasi.

Dohyun juga kalau sertifikat nya di kasih dulu, dia juga bakal masuk lewat jalur prestasi. Sama seperti Jinwoo.

Bagaikan saudara kembar, mereka berdua tidak pernah terpisahkan.

"Dohyun," panggil Hangyul. Dohyun menoleh. Hangyul memang sengaja tidak membuka percakapan terlalu cepat. Dohyun masih terdiam.

"Jinu kondisinya gimana sekarang?" tanyanya.

"Stabil. Begitulah kata kak Jinhyuk," kata Dohyun dengan nada lemas.

"Kalo kondisinya stabil, kenapa kamu gak seneng?"

"Aku, aku selama ini mikirin banyak hal. Sekolah dan Jinu. Udah enam tahun sejak Jinu pindah ke Tempuran dan sekarang, aku bisa ketemu dia lagi," kata Dohyun.

"Enam tahun gak ketemu. Pas masuk SMP ketemu dia lagi. Di sekolah dan di kelas yang sama. Kek waktu TK dulu. Aku sama dia selalu bersama. Lengket kaya lem. Aku gak bisa bayangin kalo ini adalah tahun ketiga sama dia,"

"Cuma, aku takut pertemuan aku sama Jinu berakhir. Dan buat sekarang, jauh lebih nyakitin kalo dia mau pergi." Dohyun menghapus air matanya. Entah sejak kapan ia menangis saat menceritakan hal itu.

Call Me To Heaven - Lee Jinwoo[✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang