19

678 97 50
                                    

Sekarang Jinwoo tengah berada di rumah sakit. Lagi-lagi, Jinwoo pingsan sebelum bel masuk pelajaran kedua berbunyi. Dan seperti biasa, waktu terbangun dari pingsannya akan lama.

Mungkin lebih lama dari biasanya. Karena kondisi Jinwoo, mulai memburuk.

Sebelum USBN, kondisi Jinwoo perlahan membaik dan stabil. Tapi kini, semuanya berbalik.

Ada Jinhyuk di ruang rawat. Menemani Jinwoo yang masih terlelap dalam tidurnya. Dokter bilang belum ada kepastian kapan Jinwoo akan sadarkan diri.

Jinhyuk juga memberitahu kedua orangtuanya dan mereka akan datang sebentar lagi.

Jinhyuk duduk di samping bangsal sambil mengusap kepala Jinwoo. Jinwoo dipasang selang oksigen di dua lubang hidungnya. Kondisi Jinwoo naik turun. Kadang stabil, kadang nggak.

Untung saja, skripsinya sudah selesai dan tidak perlu di revisi lagi. Dia lega dan tinggal menunggu sidang. Mungkin dia tinggal mengejar beberapa SKS untuk IPK nya. Sidang masih lama lagian, bulan Juni. Dan sekarang masih pertengahan April.

Harusnya dari awal, Jinhyuk tidak mengizinkan Jinwoo ikut USBN. Meskipun emang, dari awal ikut USBN Jinwoo tidak mengalami mimisan sama sekali. Padahal hampir setiap hari Jinwoo mimisan.

"Assalammu'alaikum."

Jinhyuk menoleh. Itu Minkyu yang datang sambil membawa kantong plastik berisi makanan. "Wa'alaikumssalam."

Minkyu berjalan menghampiri Jinhyuk dan mencium tangan kakak sepupunya itu.

"Kamu gak sekolah?" tanya Jinhyuk.

"Lah, aku kan sudah selesai sekolah nya. Tinggal pengumuman buat acara perpisahan aja sih," kata Minkyu.

Jinhyuk menepuk jidatnya. "Ah iya lupa. Ya kirain kan kamu ada urusan di sekolah," kata Jinhyuk.

"Udah nggak. Tapi ntar tanggal dua puluh tiga mau ke kampus," kata Minkyu.

"Ngapain?" Jinhyuk mikir bentar. "Eh, pemberkasan ya?" Minkyu mengangguk sebagai jawaban.

Bulan Maret lalu, Minkyu di terima di Unsika, kampus tempat Jinhyuk kuliah sekarang. Dia masuk dengan mengambil jurusan ilmu hukum. Sayangnya, Minkyu masuk kuliah, Jinhyuk sudah jadi alumni. Jadi Minkyu tidak bisa main bareng sama Jinhyuk.

"Ntar aku yang anter ya." Minkyu ngangguk lagi.

Minkyu menyimpan kantong plastik itu dan berjalan menghampiri Jinwoo yang terngah tertidur.

"Kalo dilihat, Jinwoo tuh masih terlalu kecil ya kak. Buat rasain kek beginian," kata Minkyu sambil mengusap kepala Jinwoo.

Jinhyuk cuma bisa diam. Pertanyaan itu sudah begitu asing dan dia sudah tau jawabannya. Jinhyuk tidak mau membahasnya.

Karena dia tau, Jinwoo adalah anak yang penyabar dalam menghadapi segala hal.

Hampir mirip dengan Jinwoo, Minkyu juga dulu waktu kecil pernah kena usus buntu dan harus di operasi pemotongan usus buntu itu.

Minkyu dan Jinwoo itu sebelas duabelas. Banyak sekali kemiripan diantara mereka. Bahkan, tiap main bareng mereka tidak pernah kepisah. Selalu bareng.

Jinhyuk menghampiri Minkyu dan berdiri disamping anak itu. Merangkul anak itu.

Jinhyuk senang memiliki saudara sepupu seperti Minkyu. Ditengah kesibukannya, Minkyu masih ada waktu senggang untuk melihat adiknya.

"Aku heran deh sama Jinu. Dia tuh anaknya penyabar banget. Segala masalah dan ujian seberat apapun, tetap dia hadapi dengan sabar. Aku aja kalah sama dia," kata Minkyu.

Call Me To Heaven - Lee Jinwoo[✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang