20

614 99 27
                                    

Mungkin kita tau bahwa Jinwoo Arkasena sudah melantur disetiap perkataannya. Secara tidak sadar, Jinwoo mulai menyadari setiap perkataannya itu membuat keluarganya semakin khawatir.

Termasuk Jinhyuk.

Jinwoo menangis sejadi-jadinya setelah mengatakan hal itu. Di dalam hatinya, dia sudah lelah melawan penyakitnya itu. Meskipun harus menggunakan 1001 cara untuk membuatnya sembuh.

Jujur saja, selama dia kena Leukimia, itu membuatnya makin sakit. Apalagi saat dia pingsan sewaktu USBN hari terakhir.

Jinwoo sudah mengikuti USBN susulan untuk satu mata pelajaran. Dan sekarang, dia tengah belajar untuk UN besok.

Ibu senantiasa menjaga dan merawat Jinwoo dengan sepenuh hati. Apalagi Jinwoo adalah putra bungsunya yang begitu ibu sayangi.

"Jinu, mau makan gak?" tanya Ibu.

"Ah," Jinu menggelengkan kepalanya. "Aku belum laper, Bu." Ibu mengangguk. Baru saja Jinwoo makan cemilan yang di antar oleh perawat yang bertugas di bagian gizi.

"Iyalah, kamu kan abis makan puding sama roti tadi." Jinwoo terkekeh. Abis makan puding, nyambung makan roti sama jus. Hmm gembul banget ya.

Roti dan jus sendiri, itu Ibu yang beli di minimarket samping rumah sakit.

"Oh iya, Bu, aku mau daftar ke SMA 1 Karawang," kata Jinwoo.

"Serius kamu? Sekolah itu kan favorit banget. Ibu takutnya nilai kamu gak ke kejar buat daftar ke situ," kata Ibu khawatir.

"Insyaallah aku pasti bisa, Bu. Aku kan pinter hehe," kata Jinwoo sambil cengengesan.

"Ibu percaya sama kamu. Waktu buat belajar sama istirahat di atur ya. Ibu gak mau kamu kecapean karena kelamaan belajar."

"Iya Bu." Ibu tersenyum dan mulai menonton TV.

Jinwoo mengambil buku catatannya yang lain untuk di pelajari.

Sebenarnya, Jinwoo sudah merangkum semua pelajaran dari kelas 7 sampai kelas 9 dari bulan-bulan kemarin. Jadi saat hampir mendekati UN, Jinwoo tidak ribet lagi mengurus semuanya.

Jinwoo orangnya rapi dan selalu prepare. Maka tak heran jika dia sudah mengatur semuanya dari jauh-jauh hari.

Tak lama, pintu ruangan terbuka. Menampakkan sosok anak seusianya sambil membawa dua kantong plastik dan tas di punggungnya.

"Assalammu'alaikum," salamnya. Itu Dohyun.

Jinwoo menoleh, "Wa'alaikumssalam. Dohyun." Dohyun tersenyum.

Ibu langsung menyambut Dohyun dengan hangat. "Assalammu'alaikum, Tante."

"Wa'alaikumssalam, Dohyun." Dohyun mencium tangan ibu dan tersenyum hangat.

"Ngapain kamu kesini?" tanya Jinwoo.

"Belajar bareng sama kamu dong. Nih aku bawa cemilan banyak buat kita berdua," kata Dohyun sambil memperlihatkan dua kantong plastik yang di penuhi makanan.

Jinwoo yang melihatnya juga, hmm gitu deh.

"Jangan munafik deh. Biasanya juga gak nolak makanan kan?" tanya Dohyun. Jinwoo cuma cengengesan aja.

Dohyun berdecak, "udah lah. Kuylaa kita mulai belajarnya." Jinwoo mengangguk.

Dohyun menyimpan dua kantong plastik itu di bawah dekat sofa dan tasnya juga. Dia mengambil buku yang sama dengan Jinwoo dan bangku di samping bangsal dan duduk disana.

Mereka mulai belajar. Ibu yang melihat mereka begitu gemas. Ibu melihat jam yang tertempel di tembok. Sudah jam 11 siang. Ibu beranjak dari duduknya untuk berniat beli makan siang.

Call Me To Heaven - Lee Jinwoo[✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang