30||Lomba Nyanyi

419 23 0
                                    


Happy reading :)

Part terpanjang uhuyyy

Kadang, kita hanya memikirkan bagaimana caranya membuat orang lain bahagia. Sampai lupa, bahwa diri kita sendiri harus bahagia juga.

Pukul masih menunjukkan jam 6 pagi, dan itu waktunya untuk bersiap siap dengan seragam sekolah. Tapi berbeda dengan Kenzi yang masih nyaman dengan bantal gulingnya. Mengabaikan suara pintu yang di gedor dan juga suara cempreng khas mamanya.

"Kenzi!!" teriak Ratna memanggil nama anaknya. Sudah lima menit lamanya dia meneriaki nama Kenzi tapi gak ada sahutan apa pun.

"Papa, kesini buruan!" teriak Ratna memanggil suaminya.

"Apaan teriak - teriak, masih pagi juga." Diego melihat heran kepada istrinya ini.

"Ini anak kamu, dipanggil dari tadi gak sahut sahut. Masih napas gak dia?"

"Masa iya dia gak napas, ya udah berarti udah innanillahi," ucap Diego sambil bersedih hati.

"Ih anak sendiri di doain meninggal, buruan sana di cek!" suruh Ratna sambil menyuruh Diego memanggil Kenzi.

"Anak Papsquee bangun!! Udah jam 6 ini!! Woii bangun!!" teriak Diego sambil menggedor gedor pintu kamar Kenzi.

"Kan gak di sahut, apa benaran meninggal ya pa?"

"Mungkin iya."

"Apaan sih doain anak nya meninggal, masih pagi udah teriak - teriak aja. Ada apa sih? ada yang nyuri sempak papa?" tanya Kenzi yang keluar membuka pintu dengan tampang kusut.

"Iya mama kamu yang nyuri! Masa dijadikan pajangan di ruang tamu, kan papa jadi malu ntar dilihat tamu lagi," ucap Diego sambil menunjuk ke ruang tamu yang berada di bawah.

"Astaga mama, malu atuh sama tamu masa yang dilihat sempak papa nanti salah fokus lagi." Kenzi berdecak sambil geleng - geleng kepala.

"Bapak sama anak sama aja, udah sinting!" Ratna mencubit perut Diego dan Kenzi membuat mereka mengaduh kesakitan.

"Apaan sih ma, sakit tau! Kalau mau pajangin sempak papa pajangin aja di kamar jangan di ruang tamu bikin malu aja! Aku mau tidur dulu, masih pagi gini udah dibangunin karena hal yang memalukan. Dasar orang tua zaman now!" Kenzi berniat menutup pintu kamar tapi tak jadi karena mamanya memilin telinganya.

"Udah jam 6 ini! Masih pagi dibilang? Sana jadi gelandangan aja!" ujar Ratna sambil memilin telinga Kenzi sampai merah.

"Apa?! Udah jam 6?! Kenapa gak dibangunin sih?! Orang tua macam apa kalian ini, tak patut tak patut," ucap Kenzi sambil berdecak.

"Mau papa gantungin sempak kamu di rumah tetangga ha?!" tanya Diego sambil ingin masuk ke kamar Kenzi, berencana mengambil sempak Kenzi.

"Anjir, maluin astaga, orang tua siapa sih."

"Apa kamu bilang?!" Diego menarik telinga sebelah kiri Kenzi dan Ratna menarik telinga kanan Kenzi sampai membuat Kenzi kesakitan. Sungguh orang tua yang kompak.

"Hehe maaf aduh, maaf papsquee sayang maaf mamsquee sayang, lepasin dong." mohon Kenzi. Setelah beberapa menit, baru lah orangtuanya melepaskan tangannya dari telinga Kenzi.

"Sana buruan mandi!" suruh Ratna kepada Kenzi. Kenzi lalu mengangguk dan berniat menutup pintu, tapi papanya menahan pintu tersebut.

"Kenapa?" tanya Kenzi yang heran.

"Papa mau ikut," ucap Diego sambil mengerlingkan matanya.

"Astagfirullah papsque aman kan?mamsque gak kasih jatah ya ke papsque sampai papsque belok gini?" tanya Kenzi alay dramatis.

Be With You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang