Eps 13 | Hugo-Justin

911 100 10
                                    

Cerita ini real karangan Ficky Fahrizal tanpa membawa atau menyangkut pautkan dengan karya orang lain. Pihak penulis tidak mengijinkan siapapun untuk mengcopy atau mempublikasikan ulang lewat akun orang lain tidak atau dengan mencantumkan nama penulis asli.

Tidak menggunakan kaidah dan tata cara penulisan sesuai KBBI. Karena cerita ini bebas bahasa baku yang mungkin akan mengundang kebosanan pihak pembaca. Selain itu Saya selaku penulis merasa kurang mampu dan kurang ahli dalam menggunakan kaidah yang benar. Mohon dimaklumi

Isi cerita bertemakan percintaan gay dan sejenisnya. Jika anda tidak menyukai cerita ini maka tinggalkan lapak tanpa menghujat. Karena saya ingin berkarya bukan beradu argumen tentang pilihan saya ini.

Bila terjadi kekeliruan dan kesalahan dalam penulisan mohon dimaklumi. Peringatan keras! Ini adalah bacaan untuk orang dewasa. Tapi kalo ada yang bandel silahkan saja. Resiko ditanggung sendiri. Saya tak menyiapkan tisu, lap atau bahkan lawan main.

Selamat membaca...




Dua pria berbeda usia dan status itu terlihat sedang duduk makan berdua disebuah restoran milik sang pemuda yang lebih tua itu.

"Berhentilah menatapku Tuan!". Seru Hugo tak kala dirinya terus ditatap oleh Justin. Lelaki yang tak sengaja ia tabrak saat berjalan dan ia bantu saat menghadapi pembunuh yang akan mencelakainya.

"Aku hanya aneh saja melihatmu. Dan stop memanggilku Tuan". Jawab Justin. Hugo menghentikkan acara makannya.

"Ahh kenyang! Aku harus pulang. Terima kasih traktirannya". Kata Hugo. Hendak bangkit dan pergi namun Justin menahannya.

"Ayolah bocah. Aku sedang galau. Kau tidak mau menghiburku? Aku baru saja menjebloskan kekasihku ke penjara. Itu sangat sulit". Keluh Justin.

Hugo nampak malas. Tapi kasihan juga jika melihat pria dihadapannya ini mati mengenaskan. Ia bisa terseret karena orang terakhir yang bersama Justin adalah dirinya.

"Dia pantas masuk penjara bukan?". Hugo duduk kembali. Justin menyunggingkan senyumnya.

"Ya dia memang pantas. Untung aku cepat mengetahui kebusukannya". Balas Justin.

"Aku heran. Mengapa hidupku sekarang dikelilingi pria gay? Apakah stok wanita di dunia ini berkurang? Ahh aku lupa sepupuku sendiri lesbian! Huhft". Hugo mendengus.

"Are you gay?". Tanya Justin.

"Kau dikelilingi banyak gay. Ada kemungkinan kamu juga seorang penyuka sesama jenis". Lanjutnya. Argumen itu membuat Hugo naik darah.

"Dengar ya Tuan. Aku ini bukan gay. Aku tidak akan pernah berhubungan seperti itu. Menjijikan. Terserah kau mau galau atau bahkan mati juga. Bukan urusanku!". Hugo menggebrak meja lalu pergi. Semua orang memperhatikan mereka. Pemilik restoran ini dibentak oleh remaja SMA yang baru saja lahir kemarin sore.

Justin bangkit dan mengejar Hugo. Tak susah menemukan bocah itu. Ditariknya dengan kasar.

"Tarik ucapanmu anak muda". Tegas Justin.

Hugo menghempaskan tangan itu lalu berkata "Aku. Tidak. Mau!". Katanya penuh penekanan.

Ia berlari pergi meninggalkan Justin. Baru pertama kali ia diperlakukan seperti ini. Bocah kelas 2 SMA berani berkata kasar didepannya? Bahkan mempermalukannya didepan pelanggannya? Astaga. Justin memijit pelipisnya.

"Anak itu harus aku beri pelajaran!". Justin tersenyum licik. Ia pasti mendapatkan apa yang ia mau.

Sebelumnya pada malam itu, setelah mengetahui dalang dari semua ini adalah kakak beradik yang saling dendam. Dan terbawanya dia dalam skenario itu. Justin langsung menghubungi polisi agar pergi menangkap keduanya ditempat yang dituju.

Oh Baby StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang