💞 Guru Ganteng 💞

Beginne am Anfang
                                    

Tidak ada respon apapun, selain pelukan yang semakin di eratkan gadis itu. Namun, tampaknya si pemanggil adalah orang yang keras kepala, tak peduli berapa kali panggilan itu di abaikan, tetap saja muncul kembali

"Guru ganteng?" tanya Bi Ana ragu karena tak sengaja melihat hape Chaeyoung yang berada di atas kasur menampilkan nama si pemanggil.

Chaeyoung berhenti terisak dan saat itu juga melesat kearah sumber suara. Bi Ana melepas pelukan nya dengan raut wajah bertanya. Namun tak mau ambil pusing, wanita paruh baya itu ikut duduk di samping majikan kecilnya.

Chaeyoung mengatur napas nya terlebih dahulu agar bisa setenang mungkin untuk menjawab telepon, bahkan Bi Ana membantu menghapus jejak air mata yang tersisa di pipinya.

Setelah ia rasa sudah tenang, dengan yakin Chaeyoung menerima panggilan tersebut.

Halo.”

Terdengar suara lembut menyapa dari seberang, suara khas lelaki dewasa yang sudah sangat familiar di telinganya, namun gadis itu tetap bungkam, tak berani menyahut, takut pertahanan nya runtuh.

Saya tahu kamu masih di sana, sekarang dengerin saya, saya tidak tahu seberat apa masalah kamu, apa yang kamu alami sampai kamu bisa di juluki murid bermasalah, yang saya tahu, kamu murid saya paling pintar yang punya coretan tangan indah dan sangat menghargai orang tua, sekalipun itu pembantu kamu sendiri, bagi saya, kamu itu Son Chaeyoung, si cantik yang menggemaskan. Jangan sampai cantik kamu itu hilang karena terlalu lama menangis.”

Chaeyoung merebahkan tubuhnya kembali diatas kasur, meringkuk sambil masih mempertahankan telepon di telinga. Dengan Bi Ana yang masih setia mengelus puncak kepalanya, menyalurkan ketenangan yang sangat ia butuhkan.

Air mata tidak diciptakan untuk di buang sia-sia, kalau memang perlu menangis, tidak apa-apa, menangis saja jangan ditahan, tapi jangan lama-lama, dan kalau kamu perlu sandaran, saya ada, tinggal minta.”

Detik itu juga Chaeyoung tak kuasa menahan tangis nya, isakan itu mulai terdengar di telinga Seokjin, gadis itu menangis dengan kencang pada akhirnya, melepaskan semua beban yang menyesakkan dadanya.

Pertahanan Bi Ana pun runtuh dibuatnya. Meskipun ikut menangis, Bi Ana tetap dengan lembut nya mengelus puncak kepala majikan kecilnya, tanpa jeda sedikit pun.

Tangisan yang tidak terdengar secara langsung itu tetap terdengar begitu memilukan di telinga Seokjin, Pria yang berada di seberang telepon, masih terduduk di ruang guru sambil menenggelamkan wajahnya di kedua tangan nya, dan dengan setia mendengar isakan tangis gadis mungil yang keberadaannya kini sudah berhasil masuk ke dalam hatinya.

💞

Hari ini hari minggu, Seokjin sudah bersiap-siap dan berpakaian rapi, tak lupa ia juga menyemprotkan parfume sebagai penutup penampilannya hari ini.

Pria berbahu lebar itu menghabiskan banyak waktu dalam memilih baju, entah apa yang membuat pria tampan itu bingung harus memakai baju apa.

Namun setelah lama mencoba semua baju yang ada di lemari nya, pilihannya jatuh pada oversized shirt berwarna biru laut dipadukan dengan pants berwarna coklat susu, perpaduan warna soft pada penampilan yang ia yakini bisa menyamarkan umur nya yang sudah berkepala dua.

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.
My Pedopil Teacher ✔Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt