"Lalu orang tua mereka?"

"Kedua Pemimpin semakin yakin, jika kasta mereka memang tak bisa berdampingan hingga terus melakukan persaingan sampai sekarang."

Seulgi mengangguk, tak menyangka cinta mereka serendah itu. Bukannya ia menginginkan akhir yang bahagia, ia hanya berpikir jika hal bernamakan cinta itu tak terjadi pada semua mahluk.

"Secepat itukah cinta berubah?"

Ratu Eugene tersenyum lalu mengecup kepala Sang Anak penuh kasih, "Ingin tahu sebuah rahasia?"

Seulgi menoleh, matanya membulat lucu. Ia suka rahasia.

"Serigala hanya bisa jatuh cinta satu kali, dan Elizabeth, ia sudah pernah jatuh cinta sebelumnya. Itulah mengapa hatinya mudah tergoyahkan."

"Lalu Gracious? Kau tentu tahu para Vampire sangatlah licik, seolah itu sudah mengalir pada tubuh kita. Pria malang itu memang mencintai Elizabeth, tapi melihat sang musuh mencoba bertahan hidup, ia tak terima."

"Jadi mereka berdua sebenarnya tak saling mencintai, iyakan? Karna jika memang Gracious mencintai Elizabeth harusnya ia lebih memilih mengalah dan membiarkan sang kekasih hidup."

"Ya, anggap saja seperti itu. tapi kau tak berpikir Serigala dan Vampire bisa saling mencintaikan?"

Seulgi menggeleng, memberikan jawaban pasti pada Sang Ibu. Meski dalam hati ia mengelak, dan memilih percaya pada pikirannya.

Jika Vampire dan manusia bisa saling mencintai hingga membuat keturunan, mengapa Vampire dan Serigala tak bisa? Ia berjanji ia akan berusaha mungkin untuk mencegah hal itu terjadi, tapi Seulgi kecil tak tahu, jika suatu hari nanti, ia menelan liurnya sendiri.

–THBV–

Jimin terus mengetukkan kakinya, sadar atau tidak ia bahkan datang lebih awal dan meninggalkan Nayeon. Pikirannya tak tenang sejak semalam, bahkan matanya tak pernah benar-benar terpejam hingga membuat lingkaran hitam di bawah kantung matanya itu terlihat jelas.

Cukup lama ia menunggu, gadis itu akhirnya memunculkan batang hidungnya. Oh, tentu saja bersama Kim Taehyung. Mereka kan selalu bersama?

Semakin lama ia memperhatikan, ia semakin tak bisa menampik fakta jika wajah keduanya terlihat semakin menyerupai mahluk bertaring yang membunuh orang tuanya. Sial, ia menyerah. Pria itu lebih memilih mengalihkan pandangannya. Senyum gadis itu masih sama, namun kesan manis di sana sudah mulai terkikis di matanya. Terlalu banyak teka-teki dan ia tak berani menyelesaikannya.

Jimin menggigiti kuku jarinya, suara ketukan yang di keluarkan kakinya semakin cepat dan tubuhnya bergerak tak nyaman. Bagaimana ini? Rencana yang sudah di susunnya seketika berpencar dan berusaha kabur dari pikirannya.

"Selamat pagi Jim."

Ia sedikit tersentak, lalu tersenyum kaku dan menyahut, "Pagi."

"Kau baik-baik saja? Wajahmu terlihat kusut."

"Hm, aku baik-baik saja. Hanya kurang tidur."

"Kenapa? Masih bermimpi buruk? Astaga, penyaring mimpi yang ku berikan tidak berguna ya? Ck, sudah kuduga itu hanya mitos."

Jimin kembali menarik bibirnya, ia benar-benar kikuk dan tak tahu harus bereaksi seperti apa.

"Kondisi Ayahmu bagaimana?"

"Ayahku? Baik-baik saja. Kemarin penyakitnya tiba-tiba kambuh, maaf karna aku tak sempat berpamitan padamu. Kau tahu? Penyakit tua."

Gadis itu tertawa, ia mencoba mencairkan suasana. Ayolah, Seulgi tak bodoh untuk tak menyadari jika pria itu sedang tidak baik-baik saja, ia terlalu kentara, dan ia jamin pria itu saat ini sedang berperang dengan pikirannya sendiri.

THE HALF BLOOD VAMPIRE (THBV)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin