neuf.

2K 389 189
                                    

belakangan ini kegiatan pagiku sedikit berubah. jika biasanya aku hanya bangun lalu mandi dan pergi ke kampus, mulai dari seminggu yang lalu aku dan jaemin selalu menyempatkan diri untuk mampir ke toko roti dekat kampus. kami biasanya membeli baguette untuk sarapan bersama di jalan. aku baru tahu kalau jaemin biasanya tidak pernah sarapan ketika pergi ke kampus, kata dia karena tidak sempat soalnya dia harus langsung ke apartemenku begitu dia selesai berbenah untuk ke kampus. waktu aku memarahi dia soal sarapan, jaemin hanya tersenyum sambil menatapku.

"aku lagi ngomel loh, kenapa kamu malah senyum?" omelku sambil menatapnya.

daritadi senyuman di wajah jaemin tidak pudar, ia tetap tersenyum walau tahu aku sedang mengomelinya. "gapapa. aku dengerin kok."

"kalo gitu jangan senyum-senyum. aku ngomong serius, kalo nanti kamu mimisan lagi kayak waktu itu gimana? lagian kamu gausah jemput aku tiap pagi juga gapapa kok. atau aku yang ke tempat kamu kan bisa juga. kalo gak kita langsung ketemuan aja di kampus daripada kamu ga sarapan."

"iya." jaemin menanggapi ocehanku dengan anggukan polos dan sebuah senyuman manis seperti seorang anak kecil.

aku menghela napas. aku menyerah. mana bisa aku betul-betul marah sama anak semanis ini. aku memalingkan wajahku dan tanpa sadar berdecak. jaemin tampaknya kaget mendengarnya, sehingga dia menarik ujung bajuku dengan ragu dan menatapku dengan wajah bingung.

"kamu marah?" tanya nya pelan.

"menurut kamu aja."

sebenarnya tidak. sudah kubilang aku tidak bisa marah dengan jaemin, sekarang aku sedang akting saja untuk melihat reaksinya. karena kalau dipikir-pikir selama ini jaemin tidak banyak menunjukan ekspresi nya padaku. dari ekor mata aku melihat jaemin yang masih menatapku dengan ekspresi yang sama. tangan nya juga masih memegang ujung bajuku.

"serius?" jaemin bertanya sekali lagi. aku diam. aku sengaja, supaya jaemin percaya bahwa aku benar-benar marah padanya.

"maaf. lain kali kalau kamu marah aku gaakan senyum lagi." jaemin melepaskan ujung bajuku dan mulai menundukkan kepalanya. "lain kali juga aku sarapan dulu baru ke kampus. kalau kamu gamau aku jemput lagi juga gapapa. nanti aku ke kampus sendirian saja." ucapnya pelan, takut kalau ia akan membuat aku tambah marah kepadanya.

"kamu jangan marah lagi..." suara jaemin yang mengecil membuatku ingin mengusap rambutnya dan bilang kalau aku sedang bercanda. tapi mengingat aku lagi pura-pura marah, jadi kuurungkan niatku.

"yaudah." jawabku singkat, masih enggan untuk menatap wajahnya. melihatku seperti ini, jaemin cemberut dan mengikuti poseku yang sedang melipat tangan di depan dada. aku menatap jaemin sekilas, dia menatap ke depan dengan wajah yang sama seperti wajahku dari tadi.


sungguh, wajah jaemin yang meniru ekspresiku sangat menyebalkan. apa iya daritadi aku terlihat begitu? melipat tangan di dada sambil cemberut seperti sedang sakit perut.

"dari tadi wajah kamu kayak gini. apa gak cape? kalau kelamaan nanti wajah kamu gabisa balik lagi ke awal tahu." ujar jaemin ketika menyadari tatapanku. aku mendengus dan kembali menatap orang-orang yang berlalu lalang di depan. aku jadi kesal beneran sama jaemin.

SOURIRE ÉCLATANTWhere stories live. Discover now