INTP's parents

644 66 49
                                    

Hi, guys...
Ogut menyapa dari kesyahduan heningnya malam. Membuat hati ogut tergugah untuk nulis dikit. Jadilah ogut ngetik-ngetik sendiri di kamar. Mumpung lagi mood, ye kan?

Ogut baru aja nelpon nyokap a.k.a emak a.k.a ibunda tercinta. O ya, ogut anak rantau dalam rangka menuntut ilmu yang tak bersalah, jadi sering nelpon ortu karena nggak tinggal bareng.

Jadi gini, ogut sejak tahun lalu mulai suka mengamati dinamika perpolitikan negara kita ini. Dulu ogut mah anti banget bahas politik. Bahkan ogut suka lupa siapa wapres kita. Tapi sejak banyaknya gejolak perpolitikan beberapa waktu belakangan dan sampai bawa-bawa isu SARA, sisi kemanusiaan dan moralitas ogut tergugah. Ogut pun mentengin akun-akun sosmed yang bahas politik. Ogut mulai bacain undang-undang (ini keajaiban), baca artikel dan buku-buku yang bau-bau politik. Pokoknya dalam fase Ti maksimal.

Nah, sayangnya nafsu ogut dalam membahas politik ini enggak diimbangi dengan teman yang bisa diajakin ngobrol tentang topik tersebut. Teman-teman ogut nggak terlalu tertarik. Nggak seru dan bikin pusing, kata mereka. Hanya ada satu orang yang bisa nyambung sama ogut (konon, dia pernah tes MBTI hasilnya INTJ, tapi ogut nggak yakin sih). Tapi dia pun tak bisa sering-sering diajak ngobrol.

Akhirnya ogut ngelampiasin semuanya ke nyokap waktu beliau nelpon. Segala tetek bengek isi kepala ogut, ogut beberkan panjang lebar. Untungnya ibu ogut orangnya nggak apatis, masih peduli dengan yang gini-gini. Trus karena juga sejak pemilu kemaren marak the power of emak-emak, emak ogut pun rada tertular virusnya juga. Ogut nggak yakin sih ibu ogut ngerti apa yang ogut bicarain, karena ogut sendiri nggak ngerti apa yang ogut omongin. Kalian mungkin bisa bayangin gimana INTP kalau udah tertarik sama sesuatu, mereka benar-benar tenggelam di kepala mereka. Kalau ngomong suka nggak jelas poinnya.

Begitulah ogut ngomong panjang lebar di telpon dan ibu ogut mendengarkan dengan setia di seberang sana. Sesekali nanggepin omong kosong, ide-ide, dan pertanyaan-pertanyaan ogut. Meski ogut nggak selalu mendapatkan tanggapan yang memuaskan, tapi itu sudah lebih dari cukup bagi ogut karena ada yang bisa diajak tukar pikiran.

Barusan ogut juga lagi-lagi debat soal isu-isu hangat dengan ibu di telpon. Tiba-tiba hubungannya terputus karena jaringan, tapi ibu ogut nggak nelpon balik lagi. Kayanya udah capek dengerin celotehan ogut (sadar diri). Ini sering terjadi. Wkwk.

Trus entah gimana ogut mikir, beruntung banget ogut punya ibu yang bisa diajak diskusi gini meskipun ilmu beliau tak lebih banyak dari ogut. Beliau cerdas dengan caranya sendiri, bisa menghadapi anak banyak tanya gini.

Kalau dipikir-pikir ogut selalu mengutarakan pikiran-pikiran ogut ke beliau dan beliau selalu bisa nanggepin dengan baik dan bisa ogut terima. Tidak seperti respon dari orang dewasa pada umumnya yang buat ogut geleng-geleng.

Setelah ogut baca-baca, adalah suatu tantangan yang besar bagi orangtua dengan anak berkepribadian NT. Ogut ngebayangin repotnya ngurus anak dengan kepribadian seperti kepribadian ogut sendiri. Repotnya bukan repot ngejagain biar nggak berkeliaran kemana-mana, atau salah pergaulan, jadi anak bandel, dll. Tapi repot menghadapi rasa ingin tahu mereka. Orang dewasa kudu pintar-pintar ngasih jawaban agar si anak nggak salah tafsir atau malah menyesatkan cara pikirnya; atau yang lebih parah malah membuat mereka kehilangan respect karena si anak sadar betapa tidak masuk akalnya jawaban yang mereka terima.

Bagi ogut, seorang INTP, meskipun mereka masih sangat muda, sebaiknya diberi jawaban yang jujur atas pertanyaan-pertanyaan mereka. Meski rumit, jelaskanlah segala sesuatu sesuai apa adanya. Jika si bocah INTP nggak ngerti, suatu saat nanti mereka akan ngerti (mereka bakal mikirin itu terus dan berusaha sendiri untuk paham).

Orangtua INTP sebaiknya harus punya pengetahuan yang luas dan pikiran yang terbuka. Harus siap menghadapi mode Ti-Ne nya INTP, ngejawabin "Kenapa gini...? Kenapa gitu..? Gimana caranya? Kok bisa..? Kenapa, kenapa, kenapa..???". Lalu kemudian diam seribu bahasa, hanyut dengan pikiran sendiri.
Di kasus ogut sendiri, ogut masih begini ke ortu ogut. Masih kaya bocah lima tahun yang nanya kenapa di dalam lagu warna pelangi cuma merah kuning hijau. Cuma bedanya sekarang nanyain hal-hal yang lebih melekat di kehidupan dan valuable.

Kalian merasa ini kaya bacaan untuk orangtua tentang cara mendidik anak nggak sih? Maap dah..
Ogut tau kok ini yang baca pada masih sekolah dan ogut yang nulis sendiri juga belum pernah punya anak (jomblohh...) LOL

Tapi suatu saat kita semua (insyaallah) akan jadi orangtua juga. Nggak ada salahnya ya kan ngobrolin cara ngasuh anak dari sekarang. Hitung-hitung persiapan masa depan.
Hihi...

***

Guys, enaknya bahas apalagi ya selanjutnya?
Bukannya ogut nggak ada bahan obrolan lagi sih, tapi ogut nggak tau mau omongin yang mana duluan.

Mungkin ada usul sebaiknya omongin apa?
Melenceng dikit pun nggak papa deh. Misal omongin proyek migrasi manusia ke Mars (retjeh).

Atau tentang kehidupan harian, sekolah, kuliah, asmara (meski q jomblo akud), dll.

Atau kalau ultah ogut maunya dikasih apa, suka apa, tidur jam berapa, sarapan makan apa, sukanya warna apa... (Oke, ini ga penting banget, berasa jadi yutuber dengan sejuta sabskreber :v)

Intinya ogut cuma mencari ilham untuk catatan berikutnya :')

Ada saran?

- itsfrqn, INTP

The INTP's NotesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang