9

483 41 3
                                    

=Kris’s pov=

Hening

Begitulah suasana di ruang rawat Alea saat ini yang hanya dihuni aku dengannya. Tom dan Jensley langsung pulang setelah menceritakan semuanya. Aku masih menatap Alea yang tidak mengatakan apapun setelah mendengar penjelasan Tom dan Jensley dengan pandangan masih mengarah pada jendela.

Sepertinya, kami sibuk dengan pikiran kami sendiri. Aku dengannya membutuhkan waktu mencerna semuanya. Bosan dengan keheningan, aku bangkit dan berjalan mendekatinya. Ku hempaskan tubuhku di kursi sebelahnya dan menggenggam tangan kanannya.

Alea mengalihkan pandangannya padaku dengan mata berkaca-kaca. “Hey, why you cring?” aku mengusap air mata yang meleleh dan menuruni pelipisnya.

Tak ada kata keluar dari mulutnya, hanya tatapan mata lekat-lekat yang tidak ku ketahui kenapa. “Jangan menangis.” Aku tersenyum dan mengecup lembut bibirnya. Alea memejamkan mata dan genggaman tangannya mengerat.

“Lupakan semua yang terjadi. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu, aku selalu disini bersamamu. Kita sudah kehilangan Baby Wu, aku tidak ingin kehilanganmu juga.” kataku membuatnya membuka mata, air matanya masih saja mengalir deras.

“I am so sorry. It’s my fault” aku menempelkan keningku di keningnya. Aku tak mendengar apapun selain isakannya.

#

01:00 p.m.

“Bagaimana keadaannya?” tanya Luhan begitu melemparkan tasku di sofa dan langsung duduk di hadapanku.

“Kau sudah bicara dengan dokter? ” aku mengangguk.

“Dia bilang Alea tertekan dan itu menyebabkannya tak mau bicara.” Luhan menutup mulutnya yang menganga.

“Dokter itu menyuruhku menemui psikiater dan melakukan beberapa tes” Luhan menatap Alea yang tertidur pulas.

“Dia tidak mau makan dan tidak mau meminum obatnya” aku memijat keningku, kepalaku sangat pening sekarang.

“Aku akan membantumu bicara padanya” aku hanya mengangguk mendengarnya.

“Aku akan cari pskiater profesional untuknya” Luhan berdiri dan melangkahkan kakinya menuju Alea. Ia duduk dan hanya memandangnya dalam diam. Alea dan Luhan cukup dekat, dia sudah seperti kakak untuk Alea. Aku senang melihat manager dan kekasihku kompak, bahkan tak jarang mereka berdua bekerjasama mengerjaiku.

“Jaga dia, aku akan menelepon Mama” Luhan mengangguk, aku berdiri dan berjalan keluar untuk menelepon wanita yang paling ku cintai. Beliau pasti khawatir dengan keadaan Alea saat ini.

#

09:00 a.m

“Ayolah, buka mulutmu. Kau belum makan sejak kemarin” aku masih berusaha membujuknya makan.

“Alea, katanya kau ingin sembuh. Buka mulutmu dan makanlah”. Tidak ada respon, pandangannya masih lurus menatap jendela.

“Kau ingin makan ditaman?” Alea mengalihkan pandangannya padaku dan mengangguk. Aku mendekat, tanganku terulur mengelus rambutnya.

“Listen, sebenarnya aku juga ingin mengajakmu jalan-jalan. Tapi aku tidak bisa. Dokter bilang selama satu bulan penuh kau harus berbaring.

“Tapi, itu bisa berkurang jika kau mau makan dan minum obat. Kau tahu kan penyembuhan tulang sangat lama? Jadi, makan makananmu dan minum obat. Aku janji membawamu liburan kemanapun kau mau setelah kau sembuh” aku tersenyum dan mengecup bibirnya.

JulyWhere stories live. Discover now