4

568 46 0
                                    

=Kris’s pov=
-Rumah Sakit-

Aku berlari menyusuri lorong rumah sakit bersama Luhan. “Di ruangan mana dia?” tanyaku menatap Luhan yang berlari dan sesekali melihat ponselnya.

“Tiffany belum membalasnya. Biar ku tanyakan pada resepsionis di lobby” aku berhenti berlari dan menunduk.

Tadi saat aku take berulang kali Tiffany meneleponku, Luhan sengaja tidak mengangkatnya karena mengira aku bisa selesai satu scene sekali take, namun ternyata tidak. Berulang kali Jessica melakukan kesalahan dan itu membuang waktu berhargaku. Akhirnya, di panggilan kelima Luhan memutuskan menjawabnya dan ia terkejut mendengar berita Alea pingsan setelah mengamuk.

“Alea ada di ruang Emerald nomor 3” aku berlari menuju ruangan yang di katakan Luhan, ia pun berlari mengikutiku.

“Tenanglah, semuanya akan baik-baik saja” aku menatap Luhan dan tersenyum. Aku belum bisa tenang sebelum aku melihatnya langsung dengan mataku.

“Itu Tiffany” Luhan menunjuk Tiffany yang baru saja menutup pintu. Suara langkah kaki kami membuatnya menatap kami dan melambaikan tangannya.

“Bagaimana keadaannya?” tanyaku begitu kami berdua tepat di hadapannya.

“Duduklah dulu, kita bicara” katanya menghempaskan tubuhnya di sofa panjang depan ruang rawat Alea.

“Aku akan masuk lebih dulu”

“Tidak Luhan. Kau disini, kita pecahkan masalah ini bersama” keningku mengkerut mendengar yang di katakan Tiffany.

“Masalah apa?” Luhan duduk disamping Tiffany.

Tiffany memejamkan matanya dan menghela nafas panjang, “Dokter bilang Alea stres berat dan itu bisa berakibat buruk pada janinnya” aku bersandar dan menutup mataku, menghela nafas panjang berulang kali.

Mataku terbuka lebar begitu merasa ada yang janggal, “janin? Maksudmu?” Luhan menatap Tiffany dengan pandangan menuntut.

“Ya, Alea hamil” pandangan Luhan langsung mengarah padaku.

Jujur, aku sangat bahagia mendengar hal ini. Keinginanku memiliki seorang putri dari orang yang ku cintai sebentar lagi terwujud.

Tanpa mengatakan apapun, Luhan berdiri dan masuk ke ruang rawat Alea. Aku tak bisa menahan senyumku begitu pintu tertutup rapat. “Kau tidak khawatir?” .

“Kenapa harus khawatir? Aku sangat senang akan menjadi seorang ayah!” aku memeluk Tiffany yang menepuk-nepuk punggungku.

“Kau akan menikahinya, kan?”

“Tentu saja. Kau meragukanku?” Tifanny mengangguk membuatku menghela nafas panjang dan menatapnya dingin.

“Kau tahu, sejak kemarin aku sangat khawatir dengan keadannya setelah rumor itu beredar, ditambah foto-fotomu dengannya. Itu memperkeruh keadaan. Tapi dia tersenyum dan tertawa seolah tanpa beban.”

Dia menatapku tajam, “Jadi apa yang kau katakan tadi sore? Kalian bertengkar?”

“Maksudmu?” Mataku membulat terkejut, bertemu dengannya? Tiffany mengerjap-ngerjap.

“Kau mengajaknya bertemu di kafe sekitar lokasi shootingmu dan....” Tiffany menutup mulutnya yang terbuka saat aku menggelengkan kepala.

“Lalu dia bertemu siapa?”

Aku beranjak dan masuk ke dalam. Ku lihat Luhan duduk menatap Alea yang terbaring lemah dengan mata tertutup.

“Kau sudah memutuskan?” tanyanya berdiri dan menatapku.

JulyWhere stories live. Discover now