5

523 36 8
                                    

=Alea’s pov=
-Alea’s Apartement-

Aku tak bisa menahan senyumku saat melihat tangan besarnya mengelus lembut perut datarku. Aku dan Kris berbaring di tempat tidur, ia memelukku dari belakang.

“Aku tahu kau akan sebahagia ini. Seharusnya aku mengumumkannya sejak awal.” Aku berbalik dan mengerucutkan bibirku.

“Kenapa? Kau sudah melihat semua komentar penggemarku, kan? Mereka mendukung dan mendo’akan yang terbaik untuk kita” aku tersenyum.

“Ya, aku senang dengan itu” Kris terkekeh.

“Kau adalah mutiara yang sangat berharga bagiku. Aku tidak mungkin sampai di titik ini tanpa semangatmu. Aku tidak bisa hidup tanpamu, Alea” terdengar cringe, tapi aku menyukainya.

“Me too. I can’t life without you” Kris tersenyum dan menempelkan keningnya di keningku.

Aku mengelus lembut pipinya yang semakin tirus. “Sudah cukup kau bekerja keras. Sekarang saatnya kau menikmati hari libur. Lihatlah, pipimu semakin tirus saja” Kris memegang tanganku di pipinya.

“Tentu saja. Bagaimana dengan perjalanan ke Lombok?” aku terkejut mendengarnya. Biasanya, setelah proyek berakhir ia mengajakku berlibur ke luar negeri yang jauh dari benua Amerika.

“Ku pikir kali ini kita tidak bisa pergi” senyum yang mengembang di bibirnya perlahan luntur.

“Why?” tanyanya dengan wajah sedih.

“Ku pikir kau lupa keadaanku saat ini.” Kris membulatkan matanya dan menghela nafas panjang berulang kali.

“Sorry. Kau tidak bisa pergi jauh karena dia” aku tertawa melihat ekspresinya yang menatap datar perutku.

“Baiklah, tidak masalah. Setelah kau sedikit besar nanti kita pergi berlibur” katanya mencium perutku membuat hatiku menghangat.

“Promise?”

“Promise” aku mengelus lembut rambutnya.

“Kau akan menginap disini, kan?”

Kris mengangguk, “Tentu saja. Sudah 3 minggu aku tidak bertemu denganmu karena permintaanmu. Sekarang waktuku menebus 3 minggu itu” aku tersenyum memandang wajah tampannya yang dingin.

“Love you, Daddy Kris”

“Love you more, Mommy Alea”

#

09:00 a.m.

“Mommy, cepatlah!” aku mendengus kesal pada Kris yang berteriak memanggilku dengan nama yang belum sepenuhnya bisa ku terima.

Mommy?

Aku jadi terlihat seperti ibunya. Namun percuma saja membicarakan hal ini padanya, bicara dengannya sama seperti bicara dengan tembok. Tidak di dengarkan, tidak ada balasan, dan tidak ada gunanya.

“Wait a minute” kataku mengoleskan lipceam berwarna merah bata yang senada dengan dress yang ku pakai.

Hari ini aku dengan Kris memutuskan pergi ke supermarket untuk berbelanja bulanan. Sejujurnya aku sangat gugup mengingat ini pertama kalinya kita pergi ke tempat umum di negara ini.

Aku memandang dress bermotif garis horizontal dengan perpaduan warna merah bata dan putih selutut dengan tambahan jaket berwarna putih. Tak lupa sepatu boot berwarna merah bata selutut. Sebenarnya aku ingin protes pada Kris dengan semua ini, dia yang menyiapkannya.

“Kau cantik” kedua tangannya melingkar di perutku dan mendaratkan kecupan di pipi kananku.

Aku berbalik dan mengerucutkan bibirku, “Tidak bisakah aku memakai sweater dan jeans saja?” Kris menggelengkan kepalanya.

JulyWhere stories live. Discover now