O7

3.6K 328 9
                                    

Sehun memilih tidak masuk kantor, untuk menemani Irene periksa kandungan. Sehun sangat excited karena Irene akan melakukan USG untuk mengetahui jenis kelamin calon anak mereka.

“Minum dulu susunya." Sehun datang memberikan segelas susu yang baru dia buat.

“Terima Kasih. Kau tidak lupakan kita akan ke rumah sakit nanti siang?"

“Tidak, mungkin malah aku yang paling semangat untuk pemeriksaan kali ini.” beritahu Sehun, ia tengah memotong buah apel untuk Irene.

“Kenapa?"

“Karana kau akan melakukan USG.” Irene mengangguk dan memakan apel yang sudah dipotong Sehun.

“Kamu akan tetap sayang kan sama anak kita, walaupun jenis kelaminnya tidak sesuai seperti yang kamu harapkan?”

“Tentu, bagaimana bisa aku membenci darah dagingku sendiri.” jawab Sehun. “Apa aku boleh memegang perutmu?”

“Tentu saja boleh."

“Boleh?” Irene tersenyum kemudian mengangguk memberikan persetujuannya kepada Sehun.

Sehun langsung bangkit dari duduk dan berjalan mengitari meja untuk mendekat ke arah Irene. Sehun berjongkok di samping Irene yang tengah duduk di kursi meja makan. Sehun memegang perut Irene dengan hati-hati. Dia tersenyum saat merasakan pergerakan di dalam perut sang istri. Sehun memberanikan diri untuk mengusap perut Irene.

“Dia bergerak, sepertinya dia tahu kau sedang memegangnya.” Sehun mendongakkan kepala menatap Irene yang tersenyum padanya. Tangan Sehun masih di atas perut Irene.

“Ayah tidak sabar menantikan kehadiran mu.” Sehun mencium perut Irene dari balik baju secara spontan.

***

Sehun begitu bahagia, hasil USG kata dokter anaknya laki-laki.

“Saya akan memberikan resep vitamin untuk menguatkan kandungan, Nyonya Oh.” Dokter menuliskan resep obat di kertas yang kemudian di berikan kepada Sehun. “Jangan melakukan aktivitas yang berat dan banyak makan sayur dan buah.”

“Terima kasih dok, kalau begitu kami permisi.” Sehun dan Irene keluar dari ruang pemeriksaan.

Setelah menebus resep di apotik yang ada di rumah sakit, mereka langsung menuju parkiran untuk pulang. Sehun melajukan mobilnya ditengah keramaian kota Seoul.

“Mau pergi ke mall dulu?" tawar Sehun.

“Aku ikut saja, terserah."

“Oke, kita mampir ke mall." balas Sehun, Irene perhatikan Sehun sangat semangat dari tadi pagi.

Mobil Sehun berhenti di area parkir mall, tempat yang sama dimana Irene pernah melihat Sehun datang ke toko perlengkapan bayi.

Mereka turun dari mobil dan berjalan beriringan mengelilingi mall. Irene yang cantik dan Sehun yang tampan, membuat mereka menjadi pusat perhatian pengunjung lain, terutama ibu-ibu.

Sehun yang berhenti tiba-tiba membuat Irene yang berjalan tertinggal di belakang pun tertabrak punggung lebar Sehun. Irene mengeram kesal karena hal itu, dia memegang keningnya yang terasa sakit.

“Kau seharusnya bilang dulu kalau mau berhenti! Jidatku jadi sakit.” gerutu Irene kesal. Tangannya mengusap keningnya.

“Maaf, coba aku lihat kening mu." kata Sehun, berjalan mendekat ke Irene.

“Tunggu! Kenapa kita pergi kesini?” tanya Irene, begitu dia sadar kalau mereka berdiri di depan toko perlengkapan bayi.

“Aku ingin membelikan baju untuk calon anak kita. Lagi pula kita juga belum menyiapkan apa-apa. Ayo, masuk!” Sehun menggandeng tangan Irene masuk ke dalam.

Irene bingung memilih barang yang ingin dia beli, karena semuanya terlihat menggemaskan dia lihat. Saat ini Irene dan Sehun sibuk melihat baju bayi.

“Rene, lihat! Lebih bagus yang biru atau yang kuning?” Sehun datang membawa setelan baju bayi untuk meminta pendapat Irene.

“Lebih bagus warna biru.”

“Kau benar, aku akan membeli yang warna biru.” Sehun mengangguk, memasukkan baju itu kedalam tas belanja.

Sehun terus meminta pendapat Irene barang mana yang lebih bagus sejak tadi.

Rene, lebih menggemaskan yang gambar gajah atau jerapah?

Menurutmu sepatu warna mereh atau coklat yang cocok nantinya?

Peralatan makannya aku suka warna biru tapi warna hijau juga terlihat bagus.

Untuk strolly kau ingin bentuk yang seperti apa?

Irene hanya bisa bersabar untuk menjawab setiap pertanyaan sang suami. Bahkan beberapa kali Irene menghela nafas merasa bosan dan lelah karena terus berjalan.

“Apa masih belum selesai juga? Aku sudah capek."

“Sebentar, Rene. Tinggal mencari kaos kaki.” balas Sehun yang pergi meninggalkan Irene ketempat kaos kaki bayi.

Irene menghela nafas, memilih untuk mencari tempat duduk sambil menunggu Sehun kelar memilih perlengkapan bayi yang dia mau.

***

Sehun sangat puas membeli banyak perlengkapan bayi untuk sang calon anak. Mereka tidak langsung pulang, Sehun mengajak Irene untuk makan dulu. Irene sangat semangat karena sudah lapar, terlebih porsi makannya yang bertambah semenjak hamil.

“Aku tidak sabar menantikan kelahiran anak kita dan membesarkannya bersama.” kata Sehun di tengah acara makan mereka.

“Apa hubungan pernikahan kita akan tetap bertahan walau tanpa cinta di dalamnya?” balasan Irene membuat mood Sehun jadi berubah.

“Bukankah cinta akan hadir sering dengan berjalannya waktu? Kita hanya perlu menunggu dan belajar untuk saling mencintai.” Perkataan Sehun membuat Irene tersadar akan lamunan sesaat. Dilihatnya wajah Sehun yang sudah kesal.

“Maaf, kalau perkataan ku menyakitimu. Hanya saja aku takut cinta itu tidak bisa hadir.”

“Kita bisa sama-sama untuk mencobanya, Rene.” kata Sehun. Tangannya bergerak untuk menggenggam tangan Irene yang ada di atas meja.

love story ; hunreneWo Geschichten leben. Entdecke jetzt