24

1.1K 51 3
                                    


CALVIN


-Happy Reading-


Jangan pernah berfikir aku tidak peduli, aku punya alasan kenapa betsikap seperti ini.

------

Berjalan menyusuri koridor kelas X dengan tatapan kosong,  itulah yang saat ini Alana lakukan, Semenjak pertengkaran nya dengan Calvin di lapangan, gadis cantik itu terlihat murung. apa itu bisa di sebut pertengkaran? Bukannya cowo itu yang marah-marah tidak jelas pada Alana? Alana menegerti Calvin tidak ingin dirinya berurusan dengan anak ricord. Tapi apa Alana juga salah jika mengkhawatirkan Calvin, cuma karna rasa khwatirnya dengan Calvin, cowo itu sampe membentaknya dan yang paling Alana gk bisa terima adalah Calvin bicara begitu kasar padanya.

Perkataan demi perkataan cowo itu seakan begitu membekas di ingatannya begitupun dengan hatinya.

Demi apapun Alana merasa terlihat begitu bodoh saat ini, ucapan terakhir dari cowo yang akhir-akhir ini membuatnya bahagia, adalah yang paling membuat hati Alana begitu sakit.

Membuatnya bahagia, itu benar, Alana tidak ingin munafik. Semua perlakuan sederhana dari cowo itu memang  mampu membuatnya merasa bahagia.

Sudah lima menit berlaru saat jam istirahat berakhir, bukan nya mempercepat langkahnya, Alana justru berjalan begitu santai.

"Al!"

Terdengar teriakan dari arah belakang. Suara yang tidak asing bagi Alana.

Sang gadis yang mendengar nama nya disebut lantas menoleh, ternyata itu sahabatnya.

Reviska berlari menghampiri Alana. Setelah samapi gadis itu menaruh kedua tangan nya di lutut, menopang badannya napasnya memburu, seperti habis lari maraton.

"Al lo dari mana sih? Gue cariin dikantin, gue pikir lo disana tapi ternyata gk ada." Ujar Reviska sambil berusaha mengatur deru nafasnya.

"Tadi gue di taman belakang sekolah."

Reviska mengernyit. "Taman belakang sekolah?" Tanya gadis itu bingung.

Alana mengangguka kepalanya sebagai jawaban.

"Ngapain?"

"Kepo! Udah yuk, udah telat lima menit nih." Alana menarik paksa Reviska agar berjalan bersamanya.

"Bentar dulu Al. W kepo banget nih."

Alana menghentikan langkahnya, menoleh ke Reviska." Lo lebih milih kepoin gue atau di hukum. Lo tau kan guru fisika kita gimana?.

Alana punya alasan mengapa dirinya enggan untuk menceritakan ataupun membagi apa yang  sedang ia rasakan saat ini kepada sahabatnya itu. Selain malas untuk membahasnya, menurutnya ini juga bukan waktu yang tepat untuk berbincang lagi pula jam pelajaran sedang berlangsung.

Reviska memutar bola matanya malas. Bener kata Alana dari pada tinggal bergosip, mending ke kelas sekarang atau kalo gk malam ini betisnya bakal bermasalah.

Saat kedua gadis itu melangkah kan kakinya masuk ke kelas, guru fisika mereka sudah di dalam duduk dengan manis. Jangan tanyakan ekspresinya, kedua bola matanya seperti ingin melompat keluar menatap gadis yang berdiri tak jauh dari pintu itu.

CalvinWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu