LIBURAN

8 9 2
                                    

Tak terasa sudah satu tahun berlalu. Liburan kenaikan kelas tiba, Ina akan segera menjadi kakak kelas tetapi juga masih menjadi adik kelas. Sudah satu tahun pula tak ada kabar sama sekali dari Rei. Edo dan Ina tak tahu dimana temannya yang satu itu berada. Mereka memutuskan tak meminta tolong pada siapapun karena memang Rei pergi atas kemauannya sendiri, bukan diculik atau apalah.

Ina dan Edo bilang pada mama dan kakeknya kalau Rei pindah ke rumah pamannya yang baru di luar pulau, mama dan kakek tak curiga karena memang paman Rei sering pindah-pindah rumah. Rei tak sempat pamit karena sangat mendadak. Rei hanya menitipkan salam untuk mama dan kakek, dia bilang kalau dia akan mengunjungi mreka secepatnya jika ada waktu. Kebohongan yang sempurna.

Edo dan Ina merencanakan liburan ke sebrang pulau mengajak Lily dan Arka. Biasanya mereka pergi kesana ditemani Mama Ina, kakek Edo, dan paman Rei sebelum paman Rei menghilang tanpa aba-aba. Kali ini mereka pergi sendiri karena mama Ina harus pergi ke luar negeri ada urusan mendadak dan kakek Edo sedang banyak pekerjaan.

Kebetulan pulau tujuan mereka milik sahabat mama Ina, sehingga disana mereka akan dilayani dengan maksimal. Rencananya mereka akan menghabiskan empat hari berlibur di pulau itu.

"Jaga dirimu Nak. Edo, tante titip Reina padamu ya"

"Tenang saja Tante, aku akan selalu mengikuti Ina kemanapun dia pergi"

Mama Ina dan Ina tertawa. "dasar penguntit"

"Andai saja Rei ikut dengan kalian pasti akan makin seru"

Ina seketika diam, Edo langsung menjawab. "Rei kemarin katanya masih belum sempat kesini karena pamannya masih sangat sibuk"

"Begitu ya, semoga dia baik-baik saja disana. Ya sudah, hati-hati ya kalian, jangan lupa bawa oleh-oleh"

"Iya Ma"

Pukul Sembilan mereka berangkat menaiki mobil milik mama Ina menuju pelabuhan. Arka yang pertama menyetir, bergantian dengan Edo. Kurang lebih delapan jam perjalanan, karena memang letaknya lumayan jauh dari kota mereka tinggal. Di dalam mobil, mereka berbincang kesana kemari, bahas ini itu.

Edo yang selalu membuat seluruh isi penumpang mobil tertawa sangat cocok dengan Lily yang banyak bicara. Arka yang mulai membaur dengan perbincangan seru mereka, sekali dua kali melemparkan joke sederhana. Sedangkan Ina hanya mampu mengikuti arah pembicaraan mereka tanpa beragumen. Ya memang hanya itu kemampuan Ina dalam bergaul.

Setengah perjalanan berlalu, Edo yang menyetir. Lily dan Arka sudah terlelap. Arka mungkin capek sudah menyetir selama kurang lebih empat jam, meskipun itu adalah hal biasa bagi kebanyakan orang tetapi dia masih satu tahun bisa mengendarai mobil. Lily ajuga mungkin juga capek, capek bicara. Hanya Ina yang masih terjaga dan Edo yang fokus menyetir.

"Kau lapar Ina ?"

Ina menggeleng, dia asik melihat pemandangan jalan raya yang mulai tergantikan dengan pohon-pohon tinggi.

"Kau sudah memastikan bawa barang-barang keperluan mu kan ?"

Ina mengangguk.

"Jangan sampai kau nanti merepotkanku karena tak bawa sikat gigimu"

Ina tertawa.

Tak terasa matahari akan segera bersembunyi. Memancarkan cahaya terakhir paling indah miliknya. Entah mengapa kebanyakan semua yang indah selalu berada dibagian akhir dan sebelum akhir pasti akan ada banyak masalah-masalah yang harus dihadapi dengan hati yang lapang. Sabar. Ikhlas. Tuhan mengatur alur cerita se menakjubkan itu.

"Kau merindukannya ya"

Ina diam sejenak. "Tidak" katanya lirih.

"Jangan mengelak, aku juga merindukannya"

1000 Bangau [COMPLETED]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu