SESAAT ATAU SELAMANYA

23 21 5
                                    

"PERHATIAN! PERHATIAN!..."

Terdengar Pemberitahuan petugas kereta api melalui pengeras suara. Memberitahu calon penumpang kereta bahwa kereta api jurusan Ibukota telah tiba. Diharapkan para calon penumpang mempersiapkan barang bawaan serta tiket.

"Terimakasih telah mengunjungi perpustakaan stasiun kota. Silahkan datang kembali. Nak Reihan" Penjaga stasiun yang sudah menjelang tua tersenyum hangat.

Rei balas senyum. "Sama-sama." Senyuman yang sama hangatnya.

Rei menyiapkan barang-barangnya. Mengecek kembali barangkali ada yang tertinggal di perpustakaan. Dia segera menuju kereta api yang baru saja tiba, mengambil tiket yang ada di kantong celananya, memberikan kepada petugas kereta api. Silahkan. Petugas itu tersenyum hangat. Memang stasiun kota menanamkan budaya 3S yaitu Senyum, Salam, Sapa.

Rei masuk ke dalam kereta. Suasana masih sepi, hanya ada tiga atau empat penumpang. Entah karena keretanya masih baru saja tiba atau karena memang hari ini stasiun kota sedang sepi. Ada satu pedagang asongan yang lebih dulu masuk ketimbang Rei. Duduk di pojok kereta api. Melamun, menatap keluar cendela. Merasa di perhatikan, pedagang tersebut menoleh. Rei sedikit tersentak.

Pedagang tersebut tersenyum. "Mas mau beli ?"

Rei sedikit canggung namun bisa mengendalikan diri. "Saya beli air mineralnya satu." Selain karena sapaan 'Pak' lebih sopan, pedagang itu juga terlihat berusia paruh baya.

Pedagang itu mengambil salah satu air mineral yang dibawanya. "Ini Mas"

"Terimakasih" Rei mengambil dan memberikan ongkosnya.

Rei memilih tempat duduk di bagian tengah kereta, dekat cendela. Meletakkan tas ranselnya di bagasi atas kereta api.

"Haah.." Rei menghempaskan tubuhnya di sofa kereta api. Mengamati keadaan di luar melalui cendela kereta yang masih belum berangkat. Terlihat sedikit keributan di bangku tunggu penumpang. Dua orang pemuda laki-laki.

Rei mengamati mereka. Salah satu pemuda sedang mencengkram krah baju pemuda yang lain. Rei menegakkan posisi duduknya, mendekatkan wajahnya ke cendela kereta, melongo. "Edo? Apa yang dilakukannya disini ?"

Untungnya tak sempat security tiba. Keributan telah usai. Tampak Edo meminta maaf dan segera pergi.

Rei berfikir. Mengamati pemuda lain yang membuat keributan dengan Edo. Hampir mirip dengannya. Dan tadi Edo hampir saja memukul wajah pemuda itu. Rei sedikit panik. "Jangan-jangan... Dia tau kalau aku ada disini"

"PERHATIAN! PERHATIAN!..." Terdengar Pemberitahuan petugas kereta api melalui pengeras suara. Memberitahukan bahwa kereta api jurusan Ibukota akan segera berangkat.

"Syukurlah" Reihan kembali menghempaskan tubuhnya pada sofa kereta api. "Hampir saja... bagaimana dia tau kalau aku ada disini ?" Melepas jaket yang membuatnya penat.

Pelan-pelan kereta api mulai meninggalkan stasiun dengan suara khasnya. Rei mengambil botol air mineral yang baru saja dibelinya. Meminumnya. Kembali menatap jendela. Tentu saja Rei tidak mau ketinggalan momen itu. Momen dimana dia melihat kota tempatnya tinggal selama hampir tujuhbelas tahun menjauh dari pandangannya. Entah dia meninggalkan untuk sesaat atau untuk selamanya.

***

INFO TERBARU READERS !!!

Update part setiap hari ^^

Jangan lupa kasih vote sama comment yaa

Next part 'Berhenti'

1000 Bangau [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang