Saat tengah asyik menyimak, Jinwoo merasakan ada sesuatu yang keluar dari hidungnya. Jinwoo mencoleknya, dan ini yang dia takutkan. Jinwoo segera menutup hidungnya.

"Teh, ambilin tissue di laci, maaf," titah Jinwoo.

"Oh iya bentar." Yuri mengambil tissue di laci. Jinwoo membuka telapak tangannya yang menutupi hidungnya. Darah yang keluar semakin banyak.

"Teh, buruan."

Yuri berhasil mengambil tissue dan membuka bagian atas tissue nya. Memberikan satu box tissue itu pada Jinwoo.

Dia mulai membersihkan hidungnya dari darah yang keluar begitu banyak.

"Astaghfirullahaladzim. Kamu mimisan. Teteh panggil suster ya," kata Yuri.

"Aku aja," kata Wonjin. Yuri mengangguk dan Wonjin keluar dari ruangan.

"Dek, ini darahnya banyak banget. Sering kek gini?" tanya Yuri. Jinwoo mengangguk.

Dadanya mulai sesak. Kepalanya mulai pusing karena kehabisan darah. Bisa mati dengan cepat kalau begini terus.

Wonjin datang dengan suster di belakangnya. Suster itu membawa obat rutin punya Jinwoo. Untung saja Jinwoo segera di tangani. Jika tidak, Jinwoo akan pingsan dalam jangka waktu yang lama.

"Terimakasih, sus."

"Sama-sama."

Jinwoo dibaringkan oleh Yuri. Membiarkan anak itu tenang karena darahnya yang keluar banyak. Yuri jadi kasihan. Anak seumuran Jinwoo harusnya main sama anak-anak seumurannya.

Jinwoo mengatur nafasnya. Dadanya akhir-akhir ini sering sesak entah kenapa. Yuri mengambil selembar tissue dan membersihkan darah dari hidungnya Jinwoo. Jinwoo memejamkan matanya, berniat untuk tidur.

Setelah membersihkan hidungnya Jinwoo, Yuri kembali duduk di kursinya dan menatap Jinwoo. Memperhatikan wajah imut anak itu. Mengingatkan pada adik sepupunya yang seumuran sama Jinwoo.

Tak lama, pintu ruangan terbuka. Menampakkan Jinhyuk dan Seungyoun. Jinhyuk terkejut karena ada dua orang asing dan Jinwoo yang terbaring lemas diatas kasur. Seungyoun sendiri terkejut karena ada Yuri disini.

"Ngapain kamu disini?" tanya Seungyoun ke Yuri. Yuri mencium tangan kakaknya.

"Diajak Binjin," kata Yuri. Binjin adalah nama kesayangan Yuri ke Wonjin.

Seungyoun menatap Wonjin. Wonjin cuma nyengir aja. "hai calon kakak ipar."

"Kakak ipar, kakak ipar. Apaan si," kata Seungyoun jutek. Raut wajah Wonjin jadi asem lagi.

"Becanda anjir. Serius mulu," kata Seungyoun sambil menjitak kepala Wonjin.

"Sakit anjir!" Seru Wonjin sambil mengusap kepalanya.

Jinhyuk menghampiri Jinwoo yang tengah tertidur. Dia melihat tissue bekas membersihkan darah dari hidungnya Jinwoo. Jinhyuk sudah menduga kalau Jinwoo tadi mimisan.

"Dia gak pingsan kan?" tanya Jinhyuk.

"Nggak, kak. Tadi pas mimisan, Wonjin langsung bawa suster kesini," ujar Yuri.

Jinhyuk bernafas lega. "Alhamdulillah."

"Cuma ya, kita khawatir aja kak tadi. Nafas dia sesak pas mimisan tadi." Jinhyuk tau, akhir-akhir ini memang ada yang dirasain Jinwoo selain leukimia nya itu.

Jinhyuk mengusap kepala adiknya yang tengah terlelap. Tanpa sadar, air matanya mengalir, menetes dan mendarat di telapak tangan Jinwoo.

Jinhyuk menggenggam erat tangan Jinwoo yang dingin. Jinhyuk sangat, sangat, sangat berharap Jinwoo bisa sembuh. Tidak selamanya penderita leukimia harus berakhir meninggal dunia.

Call Me To Heaven - Lee Jinwoo[✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang