Chapter 8 (END)

3.5K 354 26
                                    

Four years later...

"Sakura, apa bahasa Jepang dari tidak pernah? Seseorang mengirimkanku pesan lewat sosial media, dia bertanya apakah aku pernah menikah sebelumnya."

Sakura masih sibuk dengan gaun berwarna ungu muda saat Luvena masuk ke dalam ruangannya dan duduk di salah satu kursi di dekat jendela. Gadis itu memegang ponsel berwarna putih di kedua tangannya. Sakura tersenyum.

"Luvena, apa kau akan berkencan lagi?"

Luvena tampak memikirkan perkataan Sakura. "Aku belum berkencan lagi semenjak aku putus dengan Sota."

"Oh ya, apakah kau merasa aneh pada tingkah Ino akhir-akhir ini? Entah kenapa ia selalu pulang larut malam di hari sekolah." Sakura membuka laci untuk mencari gunting kecil. "Aku khawatir ia melakukan sesuatu yang tidak baik."

Luvena mengerutkan dahi. "Kau benar-benar tidak mengerti masa remaja, ya? Adik sepupumu itu sedang mengagumi actor Jepang seperti Yamazaki Kento, Mackenyu Arata, Sakaguchi Kentaro dan boy band Hey! Say! JUMP. Mungkin ia terlambat karena untuk hadir di acara fanmeeting mereka yang kebetulan di lakukan hampir berurutan."

"Uwaa, ternyata kau tahu banyak tentang artis Jepang."

Luvena menggoyang-goyangkan ponselnya. "Sejujurnya aku sempat terpikat pada salah satu pemain film Ao Haru Ride. Tapi setelah ku lihat profilnya, ternyata dia sudah menikah!"

"Oneechan,"

Sakura menoleh. Seorang gadis berambut pirang yang masih mengenakan seragam sekolah itu menjulurkan kepalanya di celah pintu ruang kerjanya. Gadis itu tampak tersenyum lebar melihat apa yang sedang di lakukan Sakura.

"Ada apa, Ino?"

Ino membuka pintu lebih lebar. "Apakah itu gaun yang kau buatkan untukku? Maksudku, gaun yang akan ku gunakan untuk prom night nanti?"

Sakura mengangguk. "Ya, kenapa?"

"Tidak, aku hanya bertanya. Oh ya, ibuku menyuruh kalian untuk turun. Makan siang sudah siap."

"Setelah aku memutuskan benang ini," Sakura memperlihatkan benang di gaun ungu milik Ino. Gaun itu sudah selesai ia jahit, tinggal menambahkan beberapa perhiasan atau apapun agar tidak terlalu polos.

"Ino," Luvena beranjak berdiri lalu memandang Ino dengan senyum lebar. "Shanderia terasu akari ni ayashiku hikaru kamen no oku...."

Kedua mata Ino berbinar-binar mendengar Luvena bernyanyi. "Ah, sister! Bukankah Ryo-chan sangat mengagumkan? Aku benar-benar jatuh cinta padanya!" gadis itu lalu berjalan keluar dari ruangan Sakura sembari melanjutkan nyanyian Luvena.

"Ah, apakah aku harus menambahkan sedikit manik-manik di bagian dadanya?" Sakura memandang gaun itu dengan mata menyipit. "Entahlah... tapi aku ingin membuatnya tampak elegan."

"Kau benar-benar sudah berhasil, ya."

"Ya?"

Luvena menatap Sakura sembari tersenyum lebar. "Impianmu menjadi seorang designer. Meskipun sudah menjadi designer terkenal, tapi kau tidak pernah berhenti menjahit dengan tangan sendiri. Selama empat tahun ini kau sudah bekerja keras. Sekarang yang kau butuhkan adalah pendamping hidup."

Mendengar perkataan Luvena, tiba-tiba Sakura teringat pada Sasuke. Pipi gadis itu bersemu merah. Luvena tertawa kecil menyadari reaksi Sakura. Ia pun berjalan ke arah pintu.

"Sepertinya kau sudah selesai. Ayo turun, aku lapar sekali dan ingin cepat-cepat mencicipi sup jagung buatan Yamanaka auntie."

Sakura mulai meninggalkan meja jahitnya kemudian merapihkan rambutnya di dalam cermin besar di samping lemari tempat ia menyimpan kain dan bahan-bahan lain. "Kesshite."

"Apa?"

"Kau tadi menanyakan tentang tidak pernah dalam bahasa Jepang, kan? Aku bilang Kesshite."

Luvena menatap Sakura yang berjalan menghampirinya. "Bagaimana menulisnya? Apakah menggunakan huruf Kanji atau Hiragana...."

∞∞∞

Sebuah mobil jenis mercedes berhenti di halaman rumah saat Sakura baru saja menyelesaikan pekerjaannya menanam bunga tulip dan mawar di taman kecil samping rumah. Ino dan Luvena pergi satu jam yang lalu untuk menonton konser Hey! Say! JUMP dan meninggalkan Sakura seorang diri karena orangtua Ino sedang pergi ke Osaka untuk mengunjungi nenek dari ibu Ino yang sakit. Sementara kakek dan nenek Sakura sedang berada di Roma untuk memenuhi undangan pesta pernikahan teman baik kakeknya dan akan menginap disana selama dua minggu. Sakura mengangkat topi lebarnya dan mengusap keringat dengan punggung tangannya. Matanya menyipit karena sinar matahari pagi yang mengarah langsung padanya.

"Siapa, ya?"

Sakura tidak siap jika yang berkunjung adalah tamu kakek dan neneknya atau tamu orangtua Ino. Ia bukan tidak ingin menerima tamu, hanya saja ia tidak tahu harus melakukan apa pada mereka yang mungkin harus di perlakukannya dengan sangat sopan. Mengingat ia baru tinggal di Jepang selama empat tahun.

W A L T Z ✔Where stories live. Discover now