Chapter 2

2.9K 401 11
                                    

"Uwaa, pakaian Sakura benar-benar nyaman. Aku harus membeli beberapa pakaian seperti ini saat aku berada di Jepang nanti."

Hinata mengusap lengan sweater rajut milik Sakura dengan tatapan kagum. Gadis itu berjalan di koridor kelas tiga tanpa pandangan yang mengarah ke depan.

Hinata berhenti mendadak saat mendengar suara seseorang yang sedang marah dalam bahasa perancis. Gadis itu merapat di dinding sebelah pintu yang terbuka sedikit. Di dalam kamar yang pintunya terbuka itu, Hinata dapat melihat seorang pria berambut pirang yang sedang berdiri membelakangi seorang wanita paruh baya yang berteriak tadi.

"Bagaimana jika ibumu tahu tentang apa yang sedang kau lakukan ini?"

"Ibu tidak akan melakukan apapun, atau memarahi kita, jika bibi tidak pernah mengatakan tentang ini pada ibuku."

"Tuan—"

"Bibi!" pria pirang itu berdiri di balik pintu. Hinata berjalan ke depan pintu dan menempelkan telinganya disana. "Aku tidak melakukan apapun yang berbahaya, jadi jangan khawatir. Aku berjanji tidak akan pernah mengecewakanmu dengan apa yang akan ku lakukan."

"Tapi—"

"Aku pergi." pria pirang membuka pintu dengan cepat, hingga membuat tubuh Hinata terdorong masuk karena tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya. Namun pria pirang itu segera menangkap tubuhnya sebelum terjatuh.

"Astaga!" pekik Hinata.

Wanita paruh baya itu terkejut. "Hei, siapa kau?"

Hinata baru saja akan membuka mulutnya untuk berbicara namun pria pirang itu langsung menariknya pergi dari kamar itu. Hinata membelalakkan kedua matanya. Sebelum berbelok ia menoleh ke belakang untuk melihat wanita paruh baya itu yang berteriak memanggil si pria pirang.

Mereka berdua terus berlari hingga berhenti di dek belakang paling ujung. Hinata bersandar di pagar dek, napasnya terengah-engah, bersamaan dengan pria pirang itu.

"Siapa kau?" tanya si pria pirang dalam bahasa inggris. Hinata mendongak dengan wajah yang berkeringat.

"Maafkan aku. Apakah aku telah mengganggumu?"

"Tidak sama sekali. Sepertinya aku harus berterimakasih karena kedatanganmu."

Hinata mengernyit. "Maaf?"

"Namaku Naruto Uzumaki," pria pirang mengulurkan tangannya. "Aku dari Cina."

"Aku—"

Seorang anak kecil dari kelas tiga tampak sedang menendang bola ke arah Hinata. Dengan sigap Naruto menarik tubuh gadis itu agar tidak terkena tendangan bola anak kecil yang sudah berlari entah kemana karena merasa bersalah. Hinata merasakan pipinya menempel di dada bidang Naruto. Jantungnya tanpa di duga berdegup dengan sangat kencang. Ia segera menarik diri dan membungkuk.

"Terimakasih... dan maaf."

"Jangan-jangan kau orang Jepang?"

Hinata menggigit bibir bawahnya. "Aku memang orang Jepang, tetapi aku lahir di Perancis karena nenekku orang Perancis. Bisa di bilang darah Perancis mengalir di dalam diriku."

"Karena itu lah kau bisa mendengar percakapan kami?"

"Maafkan aku." Hinata meringis dan menatap Naruto. "Aku tidak sengaja melakukannya. Sungguh—ah, tidak. Sebenarnya aku sangat penasaran dengan apa yang kalian bicarakan. Aku hanya sedikit bingung karena tidak pernah menemukan warga Perancis yang berasal dari kelas tiga sebelumnya."

Naruto mengangguk kecil. "Tapi sepertinya kau juga dari kelas tiga."

"Maksudku, selain diriku."

Hinata menarik napas panjang. Ia melirik Naruto yang ikut menyandarkan punggungnya ke pagar dek. Rambutnya yang acak-acakkan tampak beterbangan terkena angin malam yang sangat dingin. Entah kenapa ia merasa senang saat melihat rambut pirang itu yang melambai-lambai. Seperti memberikan ketenangan untuknya.

Naruto berdeham dengan tiba-tiba, membuat Hinata tersentak dan mengalihkan pandangannya. Gadis itu membenarkan topi wol abu-abu milik Sakura dengan gugup.

"Ngomong-ngomong, kenapa kau bisa berbicara bahasa perancis?" tanya Hinata.

"Sebelum berada disini, aku adalah seseorang yang mencari pekerjaan hingga ke Perancis untuk membiayai keluargaku."

"Apakah kau sudah berkeluarga?"

"Maksudku, aku adalah kepala keluarga sekarang."

Hinata mengernyit, namun dia memilih untuk mengabaikannya. "Lalu sekarang kau akan kembali ke negaramu karena kontrakmu di Perancis sudah habis?"

"Begitulah."

"Kalau boleh tahu, kenapa kau memilih untuk naik Titanic? Kenapa kau harus repot-repot terbang ke Inggris hanya untuk menaiki kapal ini dan tidak langsung pergi menggunakan pesawat dari Perancis ke Cina?"

W A L T Z ✔Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora