40 [Ego dalam Diri]

Mulai dari awal
                                    

Satu jam.

Dua jam.

Tiga jam.

Nami sudah mulai lelah dan mengantuk, matanya beberapa kali tertutup dan kepalanya mulai merunduk. Hingga pada akhirnya, wanita itupun jatuh tertidur di atas sofa. Penantiannya malam itu menjadi sia-sia.

🍂🍂🍂


Mata bulat itu mengerjap, menyipit kala bias cahaya lampu masuk ke dalam retinanya. Ia mengangkat tangan, menghalau cahaya tersebut.

Ketika nyawanya dirasa sudah terkumpul sepenuhnya, Nami barulah mengangkat tubuh, terduduk bersandar pada bahu ranjang.
Nami menatap sekeliling, seingatnya ia tidur di sofa tadi malam, mengapa sekarang ada di dalam kamar?

Wanita itu menoleh ke samping, terkejut ketika mendapati pria itu masih tertidur dengan lelap.
Segera ia melihat jam yang menggantung di dinding, belum subuh ternyata, pantas Fahmi belum bangun dan bersiap ke masjid.

Tapi ia teringat sesuatu, bila Fahmi pulang tadi malam, berarti yang membawanya ke dalam kamar adalah pria itu?
Ya ampun! Kenapa ia sampai ketiduran sih? Gagal sudah rencananya untuk memberitahu Fahmi perihal kehamilannya.

Sibuk merutuki diri, Nami tak sadar bahwa mata itu perlahan mulai terbuka. Masih dengan kesadaran yang belum sepenuhnya terkumpul, ia memperhatikan Nami yang sibuk menggigiti jari kukunya.

Dan lengkuhan yang keluar dari bibir Fahmi sukses membuat Nami menjengit terkejut.

"Astagfirullah!" Nami mengelus dada, menoleh dengan mata membulat sempurna.
"Astaga Kakak bikin kaget!" Protesnya saat mendapati Fahmi yang mulai mengangkat tubuhnya untuk kemudian duduk bersandar pada bahu ranjang.

"Kamu sudah bangun, Nam?" Ujar Fahmi seraya menguap.

Nami mengangguk kecil, masih berusaha menormalkan detak jantungnya yang tak keruan akibat terkejut tadi.

"Semalam, kenapa tidur di sofa?" Tanya Fahmi, nyawanya sudah terkumpul penuh, kini ia menatap lekat Namira yang duduk di sampingnya.

Mendengarnya Nami menghela napas, rasa kecewa tiba-tiba menyerangnya. Ia sudah bersusah payah membuat makan malam, menunggu pria itu dengan dada yang berdebar kencang, namun Fahmi malah takkunjung datang dan itu membuatnya agak kesal.

"Aku... nunggu Kakak." Jawab Nami pelan, ia menunduk berusaha meredam kekecewaannya pada pria itu.

Setidaknya, Fahmi bisa mengiriminya pesan kalau ia pulang telat 'kan? Sehingga tidak membuat Nami menunggu seperti semalam.

"Kenapa harus nunggu aku? Bukannya kamu biasanya akan langsung tidur kalau aku pulang telat."

"Tapi semalam Kakak nggak hubungin sama sekali. Aku kira Kakak bakal pulang."

"Hpku baterainya habis, lupa dicharge. Lain kali jangan kayak gitu lagi, langsung masuk kamar, di ruang TV udaranya dingin, kamu bisa masuk angin."

"Aku tahu. Maaf, aku emang salah."

Menangkap ada nada jengkel dalam ucapan Nami tadi membuat kening Fahmi bertaut bingung.
"Kamu kenapa marah?" Tanya Fahmi.

Nami mengangkat wajah, "Siapa yang marah?" Jawabnya, namun matanya tak menatap ke arah Fahmi, sepertinya tembok lebih menarik untuk ditatap.

Melihatnya membuat Fahmi menghela napas lelah, mencubit pangkal hidungnya guna mengusir sakit yang kini menyerang kepalanya, "Ok, aku yang salah. Aku minta maaf kalau sudah buat kamu kesal, ya?"

"Apaan sih? Kok malah Kakak yang minta maaf?"

"Terus kamu maunya apa? Aku lagi pusing, tolong jangan buat kepalaku tambah pusing lagi."

Nami tertegun. Ini pertengkaran pertama mereka selama menikah, dan ini kali pertama Fahmi menaikkan nada suaranya.
Entah mengapa hatinya terasa sakit, seperti ada belati tajam yang menancap dalam dadanya.
Genangan air menyeruak keluar dari bola matanya, susah payah Nami bendung agar tak tumpah.
Ia memalingkan wajah, menyembunyikan kesedihannya dari pria itu.

Terdengar helaan napas panjang dari Fahmi, pria itu sudah tak mengerti lagi dengan sikap aneh Nami, pada akhirnya memilih beranjak lalu berjalan mengambil handuk, masuk ke dalam kamar mandi.

Sayup-sayup, terdengar suara air menyala dari dalam sana.

Dan Nami masih diam di tempatnya, sibuk menghapus air matanya yang mengalir deras membasahi pipi.




Hai hai hai~
Assalamu'alaikum
Buat yang masih penasaran kapan Fahmi tahu kalau Nami hamil harap bersabar sebentar ya
(/ω\*) Soalnya memang gini konsep awal cerita FahmiNami yang aku buat..
Jangan bosen mampir ya ^^
Terimakasih sudah baca ❤

28 Agustus 2019

Takdir Dua Hati | END ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang