Pengalaman Baru Pino

Mulai dari awal
                                    

"Daun kacang taruh di tangguk plastik, lalu cuci. Cabai dicuci dan taruh di piring kecil!" kata Pak Ha. Dengan cekatan Ian melakukan tugas itu.

"Ibu Ian tidak ikut. Jadi kita harus mengurus makanan sendiri!" kata Pak Ha. Setelah menggoreng ikan, Pak Ha menumis daun kacang.

Tak lama kemudian ketiga orang itu makan. Pak Rekso sudah kembali ke rumahnya di tengah kebun. Pino tidak suka sayur. Pak Ha mengisi piring Pino, lalu ia menyendok sayur daun kacang dan menaruhnya di piring Pino. Pino terkejut.

"Pa, Pino tidak suka sayur!" protes Ian.

"Sayuran baik untuk kesehatan. Kamu harus memakannya. Begitu juga kalau di rumah sendiri nanti. Kalau belum suka sayur, saya telepon ibumu supaya kamu tinggal di rumah kami satu bulan untuk belajar menyukai sayur!" kata Pak Ha. Wah, perasaan Pino benar-benar tidak enak. Menyesal sekali ia ikut ke kebun Ayah Ian. Ia mencicipi sedikit sayuran. Rasanya aneh, dengan wajah cemberut ia memakannya, karena tak ada pilihan lain.

Selesai makan, Ian mencuci piring. Pino membantunya, padahal di rumah ia tak pernah membantu Ibu mencuci piring. Semula membayangkan mereka akan bersenang-senang, seperti waktu ia dan orang tuanya menginap di Villa Oom Bram, teman Ayah Pino. Kenyataan yang dialaminya sungguh berbeda.

Namun, sesudah itu ternyata Ian mengajak Pino bermain layang-layang. Wah, sungguh nikmat main layang-layang di pegunungan. Pino merasa senang.

Malamnya Pino harus makan sayur lagi. Karena memang sudah lapar, ternyata sayur bayam yang dihidangkan terasa lezat di lidah Pino.

"Bagus, kamu cepat belajar menyukai sayur. Kamu juga tidak takut pada Hero lagi, kan! Hero anjing baik!" kata Pak Ha. Pino senyum-senyum saja.

Selesai makan, Pino dan Ian mencuci piring lagi. Pak Rekso datang. Ia membawa senapan.

"Pak, beberapa hari ini ada dua ekor harimau berkeliaran di sekitar sini. Sudah dua ekor kambing penduduk diterkamnya. Tiga hari yang lalu ada kawanan perampok yang merampok kebun Pak Dirman. Mereka bawa mobil. Orang-orang mau berjaga-jaga dan membagi tugas di balai desa!" lapor Pak Rekso.

"Baiklah, aku juga mau ke sana!" kata Pak Ha.

"Kalian berdua tidur saja, ya. Hero akan menjaga kalian!" kata Pak Ha pada kedua anak itu.

Dug, dug, dug ... jantung Pino berdebar keras. Kalau rampok atau harimau itu datang, bagaimana? Ian tenang-tenang saja.

"Tabur garam saja, ya, Pak di sekeliling rumah?" tanya Ian.

"Ya, itu lebih baik!" jawab Pak Ha. "Kami pergi dulu, Ya!"

Pak Ha dan Pak Rekso berangkat. Ian mengambil garam kasar di lemari dapur.

"Untuk apa" tanya Pino.

"Mencegah ular datang ke sini. Ular tidak suka garam!" jawab Ian.

"Hiii, alangkah menyeramkan tempat ini! Kamu berani menaburkannya?" tanya Pino dengan mimik wajah cemas. Ian tertawa.

"Berani saja. Kamu juga harus ikut membantu. Kita bawa senter dan Hero akan menemani kita. Sudah banyak ular yang dibunuh Hero!" kata Ian.

Terpaksa Pino memberanikan diri. Masak ia membiarkan Ian sendirian. Udara dingin dan di luar gelap. Pino menyalakan senter. Ia menaburkan garam di sekeliling rumah, Hero mendengus-dengus sambil mengawal mereka. Pino merasa lega setelah tugas mereka selesai. Kemudian mereka mengunci pintu dan Hero ditinggalkan di teras.

Malam itu Pino tak bisa tidur. Ian sudah terlelap. Rasanya Pino tidak betah. Betapa inginnya ia pulang ke rumah. Tapi rasanya tidak mungkin. Rencananya mereka akan menginap tiga malam. Akhirnya Pino tertidur.

Ketika Pino dan Ian bangun, Pak Ha sudah menyediakan sarapan pagi. Roti, telur rebus, dan susu cokelat.

"Mari kita lihat apakah Hero dapat ular semalam!" kata Ian. Kedua anak itu ke depan dan memang ada seekor ular kecil yang mati.

"Bukankah Hero penjaga rumah yang baik?" kata Ian pada Pino. Pino mengangguk.

"Ayahmu hebat, hidup di tengah marabahaya!" kata Pino dengan kagum.

"He, he, he. Di kota juga banyak bahaya, Pino. Banyak penodong, tawuran pelajar, supir yang ugal-ugalan dan sebagainya. Apa pun yang kita hadapi, yang penting kita tahu cara menanganinya!" kata Pak Ha, di sela-sela kesibukannya mencatat pengeluaran-pengeluaran kebun. "Dan jangan lupa selalu berdoa mohon perlindungan Tuhan!"

Ketika sarapan pagi, Pak Ha berkata, "Maaf, kamu berdua harus pulang hari ini! Memang benar ada dua ekor harimau yang berkeliaran di daerah ini. Saya tidak mau kalian terancam bahaya; jam 8 ada mobil pengangkut tomat yang akan berangkat ke Jakarta. Kalian bisa ikut! Kali lain kalian bisa ke sini lagi." Oooh, Pino merasa lega.

Jam delapan kedua anak itu berangkat naik truk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam delapan kedua anak itu berangkat naik truk. Pino dibekali sekarung kecil sayur-sayuran. Mereka berdua duduk di depan, di samping pak supir. "Terima kasih. Aku mendapat pengalaman baru. Aku belajar berani dan belajar makan sayur!" kata Pino. "Dan belajar pentingnya membantu orang tua!"

Truk pengangkut tomat terus meluncur. Kedua anak itu sibuk melihat pemandangan di sepanjang jalan. *****

Kumpulan Cerpen dan Dongeng Bobo 2001Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang