04. Everything Begins Here

Start from the beginning
                                    

"Ini kamar gue Jer! Ada koper gue di sana!" teriaknya sambil menunjukkan sebuah koper berwarna merah.

Jerome yang masih memegangi kepalanya itu perlahan menoleh pada arah yang ditunjuk Chelsea. Setelah beberapa saat kemudian, lelaki itu kembali menatap Chelsea dengan cermat. Lalu pandangannya mulai beralih menyapu seisi kamar. Baju yang ia pakai semalam berjatuhan di atas lantai marmer kamar itu, bercampur dengan baju Chelsea.

"Semalem kita ngapain?"

Kali ini suara Chelsea terdengar lirih dan bergetar. Ia terlihat mengigit bibirnya dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya setelah melihat baju-bajunya berserakan di atas lantai. Sangatlah jelas ia merasa ketakutan membayangkan apa yang telah terjadi di antara mereka semalam.

"Gue gak inget." Jerome tak kalah shock, tubuhnya juga melemas seketika. Dan demi Tuhan ia tak mampu untuk melihat Chelsea yang kini sudah menangis sambil memukul kepala wanita itu sendiri.

Tak ada yang mengingat kejadian semalam, baik Chelsea maupun Jerome.

Setelah beberapa menit berlalu, Chelsea menutup matanya dan menyuruh Jerome untuk memakai pakaiannya. Dan begitupun sebaliknya, hingga kini mereka sudah duduk di sofa dengan pakaian yang utuh.

Mereka berdua terdiam cukup lama untuk benar-benar memulihkan kesadaran mereka, dan juga mengingat apa yang telah terjadi semalam. Chelsea sesekali masih meneteskan air matanya. Wajar, dia sangat terkejut dengan paginya kali ini. Meskipun mereka berdua tidak mengingatnya, tapi cukuplah jelas apa yang terjadi semalam jika saat pagi mereka berdua terbangun tanpa busana yang melekat.

"Chel,ㅡ" Jerome mengawali pembicaraan dengan nada frustasi, "Sumpah, gue gak inget. Berapa botol kita minum, dan apa yang terjadi sampai gue tidur di sini. Dan tanpa baju,ㅡ"

"Stop!" Chelsea menghela napasnya dalam. Ia ingin berbicara, tapi rasanya tercekat dan tertahan begitu saja. Tubuhnya melemas bersender di sofa, sedangkan kedua matanya memerah menahan air matanya.

Oke, siapa yang tidak menangis menghadapi situasi ini? Pagi-pagi menemukan seorang laki-laki asing di tempat tidurnya, dan lagi mereka tidak berbusana. Meskipun kini usia Chelsea sudah 25 tahun, tapi di dalamnya ia hanyalah seorang gadis polos yang belum pernah melakukan dosa-dosa besar seperti ini. Berpacaran saja ia belum pernah. Oh Tuhan, ampuni Chelsea.

Kedua orang itu terdiam lagi cukup lama. Jerome memijit pelipisnya dan berkali-kali menggumam kata-kata kasar, mengumpat untuk dirinya sendiri. Bagaimana bisa Jerome Hadinata melakukan perbuatan bodoh semacam itu?

Sesaat setelahnya, deringan ponsel memenuhi ruangan yang tadinya sunyi itu. Jerome yang tadinya sempat acuh, kini akhirnya berdiri untuk mengambil ponselnya yang masih tergeletak di atas nakas.

Sambil mengamati Chelsea yang masih duduk tidak bergerak di sofa, ia menjawab panggilan dari seseorang itu. Jerome mengusap wajahnya kasar ketika panggilan itu terputus setelah beberapa menit. Ada masalah di perusahaannya, dan ia harus segera kembali ke Jakarta siang ini juga. 

"Gue harus balik ke Jakarta, siang ini." kata Jerome.

Chelsea masih mematung, seakan tidak memedulikan Jerome yang sedang berbicara.

"Gue yakin, kita gak sebodoh itu semalem,ㅡ" Jerome sempat berdehem, dan mengatakannya dengan ragu. "Lo gak akan hamil."

"Gimana kalau gue hamil?"

Pertanyaan Chelsea membuat Jerome berhenti berjalan mendekati wanita itu. Lelaki itu tidak menjawabnya, karena sungguh Jerome tidak dapat mengingat kejadian semalam.

"Lo bisa cari gue. Kita bisa bicarakan semuanya baik-baik setelah di Jakarta." jawab Jerome kemudian meninggalkan kartu nama di sebelah Chelsea.

Awalnya Chelsea hanya melirik kartu nama yang tertera jelas nama panjang Jerome dan juga jabatan CEO di perusahaan H&N.

Perfect Strangers (✔)Where stories live. Discover now