1♡ Scratch in His Heart

2.5K 255 11
                                    

Tuhan, jika Kau benar-benar ada,
akan kuperbaiki semuanya
Aku benar-benar terluka

•••

Seorang lelaki berseragam SMA berjalan dengan semangat memasuki area sekolahnya. Ia tidak bisa memungkiri kalau sekarang dirinya merasa sangat bersemangat. Hatinya menggebu-gebu. Rasa penasaran lebih mendominasinya.

Ya, hari ini adalah hari pengumuman kelulusan beserta nilai-nilai yang di peroleh. Lelaki bernama Kim Taehyung itu sangat penasaran dengan nilainya dan ada di peringkat ke berapa dirinya.

Taehyung sampai di depan papan pengumuman yang sudah di banjiri ratusan murid yang ingin melihatnya juga. Ia memilih sabar menunggu kerumunan itu bubar sehingga ia bisa melihat namanya dengan leluasa, tanpa ada yang mengganggunya.

30 menit lebih Taehyung bersabar menunggu semua orang pergi. Akhirnya penantiannya tidak sia-sia. Ia segera mendekati papan pengumuman.

Langkah Taehyung terhenti dua meter di depan papan pengumuman saat seorang gadis baru saja berdiri disana.

"Kak Taehyung memang hebat." Gumam gadis itu yang masih bisa terdengar oleh telinga Taehyung. Namanya disebut membuat Taehyung penasaran siapa gadis itu. Seingatnya ia tidak pernah dekat dengan gadis manapun. Dan yang lebih penasarannya lagi gadis itu menyebutnya 'kak'. Itu artinya gadis itu adik kelas Taehyung.

Sadar dari lamunannya, Taehyung kembali melihat ke depan. Namun gadis yang membuatnya penasaran sudah tidak ada lagi. Ia menelisik seluruh area dan menemukan seorang gadis yang berjalan menjauh dari pandangannya. Gadis itu berambut hitam panjang dengan sedikit gelombang.

Tak ingin ambil pusing, Taehyung kembali ke rencana sebelumnya, melihat papan pengumuman. Ia mencari namanya dari bawah. Namun, sampai tengah pun ia belum menemukan namanya.

Mata Taehyung membelalak. Namanya berada di garis paling atas. Itu artinya ia berada di peringkat pertama. Taehyung senang bukan main. Keluarganya pasti bangga padanya. Setidaknya itu yang Taehyung pikirkan.

"Aku berhasil!" Taehyung memekik senang dengan tangan terkepal di udara. Usahanya selama ini membuahkan hasil yang memuaskan.

Lelaki itu segera melangkahkan kakinya keluar gerbang sekolah untuk pulang ke rumahnya. Ia ingin segera memberitau kabar gembira itu pada seluruh keluarganya.

Di sepanjang perjalanan Taehyung bersenandung ria. Hatinya berbunga-bunga. Wajahnya pun ikut berseri-seri.

"Hei, Taehyung! Apa kau gila?!" Hardik seseorang di depan Taehyung.

"Apa masalahmu?" Taehyung malah balas bertanya.

"Harusnya aku yang bertanya. Kau itu kenapa? Senyum-senyum tidak jelas. Dasar orang aneh!" Orang itu mencibir.

"Suka-suka aku! Ini kan hidupku! Kau tidak berhak mencampuri urusanku!" Balas Taehyung sarkastik. Terdengar bahwa orang di depan Taehyung mendesis tak suka.

"Minggir! Kau menghalangi jalanku, Park Jimin!" Taehyung mengusir.

"Cari aja jalan lain!" Orang yang diketahui bernama Park Jimin itu malah semakin menghalangi jalan Taehyung.

Taehyung lelah selalu berdebat dengan orang di hadapannya. Jadi ia memutuskan untuk jalan memutar. Lagi pula ia juga tidak ingin Jimin merusak hari ini.

Sekitar lima ratus meter lagi Taehyung sampai di rumahnya. Lelaki itu benar-benar tidak sabar untuk menyampaikan kabar bahagia pada keluarga kecilnya.

Di persimpangan jalan, Taehyung melihat seorang gadis yang menunggu lampu lalu lintas berubah menjadi merah. Ia tertarik dengan gadis itu karena di musim panas ia malah memakai hoodie dan menutupi kepalanya. Bahkan ia memakai celana olahraga di balik rok sekolahnya. Taehyung berpikir, apa gadis itu tidak kepanasan?

Ia yang menunggu lampu berubah pun memilih untuk mengalihkan pandangannya sebelum gadis di sebrang menyadari tatapannya.

Lampu berubah menjadi merah sehingga semua kendaraan berhenti. Orang-orang mulai berjalan menyebrang. Begitu juga dengan Taehyung dan gadis aneh itu. Taehyung melirik ke arah gadis aneh itu. Ternyata gadis itu juga melirik ke arahnya. Taehyung di buat salah tingkah. Ia seperti penjahat yang ketauan berbuat kriminal. Segera Taehyung mengalihkan pandangannya kembali ke depan.

Sampai di penghujung jalan, Taehyung kembali melihat ke arah gadis aneh itu. Di sebrang jalan, Taehyung melihat penutup kepala gadis itu terbang tertiup angin sampai Taehyung bisa melihat rambut sang gadis. Rambut hitam panjang dengan sedikit gelombang.

"Itu gadis yang sama dengan yang tadi di sekolah." Taehyung bergumam. Tak berselang lama, Taehyung kembali melanjutkan perjalanannya menuju rumah.

Tinggal beberapa langkah lagi sampai Taehyung masuk ke pintu rumahnya. Lelaki itu mengernyit bingung saat ada dua mobil hitam terparkir di halaman rumahnya. Seingatnya orangtuanya tidak mempunyai mobil.

Di rundung rasa penasaran, Taehyung segera masuk ke dalam rumah untuk melihat siapa pemilik mobil tersebut.

"Tae pulang." Taehyung memberi salam.

"Taehyung?" Itu suara ibunya. Terdengar berbeda dari biasanya. Kali ini suara ibunya agak parau dan bergetar. Taehyung segera mencari ibunya yang ternyata sedang berada di ruang keluarga bersama anggota keluarganya yang lain. Namun ada beberapa orang berjas hitam duduk di sebrang mereka.

"Siapa mereka, ibu?" Tanya Taehyung penasaran.

"Taehyung, kemari!" Perintah sang ayah. Taehyung berjalan menghampiri ayahnya dan duduk di sebelah ibunya.

"Ada apa, ayah?"

"Taehyung, ibu..kita..." Ibunya tidak melanjutkan kata-katanya. Hanya air mata yang mengalir dari kedua matanya. Tak tega, Taehyung langsung menghapus air mata itu.

"Ibu kenapa menangis?" Taehyung tersenyum pedih.

"Biar ayah yang ngomong." Ayahnya mengambil alih pembicaraan. Sang ayah memegang bahu Taehyung erat, membuat sang pemilik bahu kebingungan.

"Taehyung, maafkan ayah. Ini semua salah ayah. Kau boleh membenci ayah." Suara ayahnya sangat dalam dan terasa berat.

"Apa maksud ayah? Kenapa ayah bicara begitu?" Taehyung tidak mengerti.

"Kau harus ikut mereka." Ayahnya menatap pada orang-orang berjas hitam itu.

"Kenapa? Apa Tae buat salah? Tae minta maaf kalau Tae buat salah. Jangan usir Tae, ayah!" Pinta Taehyung memelas. Ibunya sudah menangis tersedu-sedu sedari tadi, memikirkan nasib anak sulungnya.

"Tidak, Tae. Ini salah ayah. Maafkan ayah. Ayah tidak bisa menjagamu dengan baik. Maaf." Sesal ayahnya.

"Maaf, tapi anda harus ikut kami sekarang." Seseorang memegang bahu Taehyung dan mencoba untuk menariknya, memisahkan dari keluarganya.

"Lepaskan saya! Saya tidak mau pergi kemanapun!" Taehyung mencoba memberontak. Tapi apa daya, orang-orang itu lebih kuat dan lebih banyak darinya.

"Saya kembalikan semua harta dan kebebasan kalian." Ucap seorang pria yang mengenakan pakaian yang sangat mahal. Taehyung berpikir itu adalah bosnya.

"Aku di jual?" Tenggorokan Taehyung tercekat. Ia belum percaya bahwa keluarganya menjual dirinya demi kepentingan pribadi.

"Maaf, Tae." Suara ayahnya begitu lirih. Perasaan kecewa menumpuk di dada Taehyung. Sakit. Perih. Sedih. Luka yang di torehkan keluarganya sangat besar.

"Ayo ikut!" Seseorang berjas hitam mendorong punggung lunglai Taehyung. Lelaki itu tidak melawan. Dirinya sudah terlanjur hancur sampai tidak ada yang tersisa.

"Tae!" Tangis ibunya meraung-raung. Taehyung sakit mendengarnya. Namun apa boleh buat. Ibunya turut andil dalam menjual dirinya.

"Terima kasih untuk segalanya. Ibu, Tae menepati janji. Tae peringkat satu." Taehyung tersenyum getir. Begitu juga dengan ibunya.

Taehyung tidak menengok lagi ke belakang. Ia takut hanya akan semakin kecewa. Dirinya memutuskan untuk melupakan keluarganya. Itu pilihan terbaik untuknya dan untuk keluarganya.




################################

Maaf updatenya kelamaan

Jangan lupa voment biar aku makin semangat nulisnya!

Love you, readers!

My Last Target (TaeRin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang