Akhir Adalah Awal (1)

473 90 55
                                    

Hai kalongers! Bagaimana hari kalian? Semoga menyenangkan dan yang sekolah, kuliah, kerja, semoga lancar. Amin, svaha, sadhu3x.

Jangan lupa beli buku ini di Gramedia di kota kalian! Kisah misteri berbau satanisme

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jangan lupa beli buku ini di Gramedia di kota kalian! Kisah misteri berbau satanisme. Beli di aku dapat harga khusus. Btw, aku ada obral buku juga. ntar lah aku tunjukkin di chapter selanjutnya.

Kalau gak beli author gak mau up nih. *apa sih author pake maksa?* hihihihi

Jessica, Hyoyeon, dan Yoona berlari kecil ke ujung barisan sel. Terdapat dua jalur bertuliskan EXIT tapi tak tahu mana yang harus dipilih. Hyoyeon menyarankan agar pilih arah kiri lebih dulu. Krek! Pintu tak dikunci. Jessica dan Yoona sama-sama memanggut mengiyakan agar mengambil jalan tersebut.

Namun, saat dibuka lebih lebar mereka justru tercekat dan bola mata kompak membulat. Jessica sontak membekap mulut seraya mundur selangkah. Yoona tak jauh berbeda, dia menarik kerah jaket untuk menutup saluran pernapasan. Sementara Hyoyeon terasa mual reflek memegang perut.

"Ba-bangkai mayat?"

Bingo! Belasan badan tak bernyawa terkulai saling menghimpit bahkan menindih. Aroma darah, kumuh, dan peleburan organ-organ tubuh menjadi satu. Raga tak rupa raga, kulit mengelupas, dan daging terlepas dari tulang. Pasang-pasang mata memejam bak kesakitan. Ada pula bola mata mencuat nyaris keluar. Literan darah berceceran di lantai.

"Huweeekkk!" Jessica tak kuat lagi dan langsung muntah usai sekian detik memandang panorama mengerikan di balik pintu.

Yoona pun langsung menarik Hyoyeon dan menutup pintu sambil terbatuk-batuk usai menghirup udara busuk. Sekian detik kemudian dia turut muntah.

"Huuwwwkkkkk eheug!"

"Si-siapa? Siapa mayat di sana?" tutur Hyoyeon terpatah-patah.

"Ayo kita pergi ke pintu sebrang saja!" ajak Jessica tak ingin berasumsi apapun seraya menarik Hyoyeon menjauh. Dia tak ingin Hyoyeon kembali membuka pintu karena takut mayat-mayat berceceran darah dan bau busuk justru meracuni pikiran wanita ini.

"Tap-tapi..."

"Haaahhh! Tidak, jangan berpikiran tidak-tidak! Lebih baik pergi ke pintu sana. Kajja!"

Mereka berbalik arah ke pintu lajur kanan. Pintu terkunci dan di sisi terpasang mesin kotak kecil persis kalkulator tapi hanya berjajar angka 0 sampai 9.

"Sesuatu," ucap Yoona menarik perhatian keduanya. "Sesuatu di mana semua bermula. Mungkin itu clue untuk kode ini."

"Sembilan?" tebak Jessica tak berpikir panjang seraya mengetik angka '9' lalu 'enter'.

Glek! Pintu terbuka.

"Apa semudah ini?" heran Yoona seraya mendorong pintu.

Kini ketiganya masuk ke ruangan berlampu biru. Sekotak bangun mirip ruang inap rumah sakit yang terbengkalai. Sebuah ranjang berdiri kokoh tapi keempat kaki sudah berkarat dan selimut seolah tercabik-cabik. Satu ranjang lagi terjungkai menyumbu debu dari lantai yang tidak diplaster. Alat-alat seperti infus, cardiogram, dan tabung oksigen pun rusak diselimuti debu.

KUBUSWhere stories live. Discover now