The Wedding Day My Brother

4 0 0
                                    

"Please don't kill Her. Dia tidak bersalah apa-apa, kalian yang salah menilainya."

"Omong kosong, kalian berdua telah membohongi kami."

"I'm sorry. Apa tidak ada cara lain untuk masalah ini?"

"Kami sudah bosan dengan penawaran kalian. Rasakan ini."

"Tidaaak, Anna jangan tinggalkan aku. Nooo..."

Aku terbangun dengan nafas terengah-engah dan keringat bercucuran memenuhi wajah dan badan. Aku tidak habis pikir, sudah hampir satu bulan lebih aku mimpi buruk tentang Anna dan suku Olyxan. Kulihat waktu menunjukkan pukul 8.14 am, aku masih terdiam duduk ditempat tidur, menenangkan hati dan pikiranku sambil memejamkan mata, sesekali kutarik nafas dan menghembuskannya perlahan.

Hari ini adalah hari sakral bagi kakakku Lucas yang akan menikahi Gillian gadis yang dipacarinya selama 5 tahun. Gillian  adalah wanita yang dicintainya sejak dibangku kuliah fakultas kedokteran, sungguh perjalanan yang sangat panjang. Sementara perjalanan cintaku sendiri tidak tahu dengan siapa aku akan menikah. Ketika pikiranku sedang bereksplorasi terdengar ketukan pintu dari luar.

"Sayang, kau masih belum bangun?" Mama menghampiriku dan memegang tanganku.

"Logie, apa yang terjadi denganmu?" Mama  memegang wajahku yang penuh dengan peluh.

"Mukamu pucat, kau sakit?" I nodeed.

"Aku ;aik-baik saja ma." Aku meyakinkan mama dengan senyuman.

"Menurut mama usia 24 tahun apakah sudah matang?"

"Maksudku mandiri." Aku menambahkan.

"Mandiri, dewasa dan bijaksana itu tidak dilihat dari usia, jika dia sudah bisa menghadapinya dengan baik tanpa putus asa, dia sudah termasuk kategori itu. Apa maksudmu bertanya demikian?"

"Umm, nothing. Thanks mom."

***

Aku sudah siap dengan kemeja light grey dan jas hitam, sambil berdiri kurapikan dasi dan rambutku. Tepat pukul 9.00 am terdengar suara ketukan pintu lagi.

"Aku tahu didalam otakmu kau memikirkan Anna. Came on guys, ini hari pernikahan Lucas, tak bosakah kau terlihat bahagia sejenak?" Aku tak menanggapi omongannya.

"Coba kau tebak, Anna ada dimana?"

"Wait, kenapa kau bertanya begitu?"

"Cova kau cek twitternya." Aku mengambil ponselku dan mulai membuka keberadaan Anna.

"Terlalu banyak tulisan yang aku tidak mengerti."

"Dia menulis dengan bahasa Tamil."

"Menurutmu dia ada di India?"

"Yeah."

"Aku punya ide." Aku tersenyum tipis.

"Hei, kau punya ide apa? Ceritakan padaku." Aku berlalu dari hadapan Deans lalu Deans mengejarku menuju ruang tengah dimana keluaga besarku sudah berkumpul disana dan kulihat Lucas sudah siap dengan tuxedo hitamnya.

"Akhirnya kau menikahinya juga." Lirihku

"Yeah."

"Aku segera menyusulmu." Jawabku, Lucas hanya tersenyum.

Lalu kami mendampingi Lucas menuju church of the good shephered tempat dimana dia akan menikahi wanita yang dicintainya dan berjanji sehidup semati dihadapan tuhan dan kami semua. Rasa bahagia terlihat dari wajah keluarga besarku, namun ketika keluar aku melihat keluarga Woodley sudah menunggu dan yang paling memvuatku tidak nyaman adalahdisana ada Zoya Oliseiya Woodley gadis yang menciumku didepan Anna, sebab itu aku membencinya. Aku sungguh muak mengingat kejadian itu. Aku bersikap tenang dihadapan semuanya namun Deans mengetahui bahwa aku tidak suka pada Zoya.

"Kau harus bersikap tenang guys." Deans berbisik ditelingaku aku membalasnya dengan tarikan nafas panjang.

***

Kami akhirnya tiba di church of the good shephered, kedua mempelai akhirnya mengikrarkan cinta sehidup semati dihadapan keluarga dan tamu undangan. Lucas dan Gillian saling menyematkan cincin nikah ke jari masing-masing penuh rasa haru dan berakhir dengan ciuman yang romantis.

Setelah prosesi pernikahan selesai, keluarga dan tamu undangan mulai meninggalkan ruangan menuju halaman church. Mempelai melemparkan bouquet bunga ke kerumunan orang-orang, disana termasuk ada aku, Deans, Lian, Harry dan keluagaku yang lain. Zoya yang antusias dia mengambil posisi berdiri disamping kananku. Terdengar suara hitungan oleh seseorang yang menyegerakan mempelai melemparkan bouquet bunganya, terdengar riuh diantara kerumunan orang, berharap untuk mendapatkan bouquet bunga itu. Aku memilih diam diantara mereka namun entah kenapa bouquet bunga mawar itu menimpa dadaku dan kupegang dengan ekspresi kaget. Sontak semua yang melihat tepuk tangan riuh, aku mungkin terlihat canggung didepan mereka.

"Logie, nanti kau akan menyusul Lucas." Suara paman David terdengar jelas sehingga semua orang bertepuk tangan sambil tersenyum dan aku dibuatnya tersipu.

"Bouquet bunga itu akan kau berikan pada siapa?" Papa menatapku.

"Mungkin yang lebih pantas adalah Lian." Aku memberikan bouquet itu pada Lian, orang-orang terlihat heran atas apa yang aku lakukan.

"Lian lebih pantas mendapatkannya." Semua orang terdiam dan menatap heran padaku termasuk papa, mama dan Lian. Namun paman David membuyarkan suasana hening menjadi seperti semula.

"Logie, kau tidak suka mendapatkan lemparan bouquet itu?" Tiba-tiba Zoya sudah berada disampingku.

"Nope."

"Lalu kenapa kau memberikannya pada Lian?"

"Itu bukan urusanmu." Jawabku sambil berlalu dari hadapan Zoya.

Kami akhirnya menikmati pesta yang diadakan Lucas dan Gillian. Terdengar the wedding music song. Ada orang yang berdansa, makan dan minum bahkan ada yang fokus berbincang dengan keluarganya.

"Lucas, ku harap kalian secepatnya memberiku keponakan." Bisikku diiringi tawa Lucas dan senuman Gillian.

----

Tbc...

The Curse Of LoveWhere stories live. Discover now