SEBELAS

6.5K 188 4
                                    

Suasana hening mengisi perjalanan pulang Altana, Arisa dan Sashi. Bukan karena ada kecanggungan atau apa diantara ketiganya hingga ketiganya memilih diam, hanya saja baik Altana dan Sashi memilih sibuk dengan pikiran mereka, sedangkan Arisa sibuk dengan handphone-nya.

Sampai akhirnya Arisa melepaskan fokusnya pada apa yang dikerjakannya tadi. “Pak aku nggak jadi minta diantar pulang deh, aku ikut ke rumah pak Altana aja. Gimana?” Tanya Arisa setelah memutarkan tubuhnya untuk menghadap Altana.

Alatana yang sedang mengemudi melirik Arisa sebentar sebelum kemudian melirik Sashi yang ada di kursi belakang yang ternyata juga melakukan hal yang sama dengannya. Memutuskan acara saling tatap itu, Altana kemudian fokus dengan jalanan didepannya. “Kamu kenapa tiba-tiba mau ke rumah saya?” Tanya Altana penasaran alasan Arisa tiba-tiba mengubah tujuan pulangnya, padahal gadis itu sendiri yang bilang kalau dia sangat mengantuk dan ingin segera sampai kerumahnya tadi.

Arisa menyengir lebar.

“Allie meminta bertemu, katanya dia ingin menunjukkan sesuatu padaku.” Jelas Arisa sambil menunjukkan riwayat obrolannya di WA bersama adiknya.

Altana menyempatkan diri melihat layar handphone Arisa itu sebentar karena kebetulan lampu lalu lintas sedang berwarna merah.

“Baiklah kalau begitu, tapi kamu hubungi orang rumah kamu agar mereka tidak kebingungan mencari kamu.” Saran Altana karena tidak mau membuat orang rumah Arisa khawatir.

Dan sepertinya Arisa sepemikiran dengannya, makanya gadis itu langsung melakukan apa yang dikatakannya.

“Oh iya, nggak papakan mbak kalau kita ke rumah pak Altana dulu buat mengantar aku?” Tanya Arisa kini sudah memutarkan seluruh tubuhnya untuk berhadapan dengan Sashi.

Sashi yang tidak menyangka mendapat permintaan ijin dari Arisa, terlihat terkejut dan tidak menyangka. Membuat sahabat Altana itu terlihat terbengong sebentar, “Eng… ehhh apa kamu yakin?” Setelah sadar dari keterkejutannya Sashi malah balas Arisa dengan pertanyaan.

Kembali wajah Arisa meringis, kali ini menunjukkan kalau dia merasa tidak enak.

“Mbak Sashi nggak mau ya?” Kembali Arisa bertanya, mungkin karena merasa tidak enak harus membuat teman Altana itu menuruti permintaannya. “Maaf kalau aku…”

“Tidak. Bukan begitu maksud aku,” potong Sashi yang tampaknya menangkap kesalahpahaman Arisa yang berpikir kalau dia keberatan dengan permintaan gadis itu. Padahal Sashi hanya tidak ingin gadis itu nantinya salah paham karena sesjujurnya dia tidak bisa meraba perasaan dan pemikiran Arisa bagaimana kedia sebenarnya. Entahlah, Sashi pikir Arisa seharusnya berhati hati. Tapi sepertinya Altana belum memberitahu semuanya pada Arisa tentang mereka berdua. “Kalau kamu maunya begitu, saya nggak papa kok ke rumah Altana terlebih dahulu.” Jawab Sashi sambil tersenyum yang dibalas Arisa dengan senyuman juga.

“Makasih ya mbak,” katanya kemudian memutarkan kembali. Membuatnya tidak melihat perubahan senyum dan pandangan Sashi yang menjadi sendu, hanya Altana yang menyadari itu karena dia memang melihat dan mendengar pembicaraan keduanya.

Melihat itu Altana seketika merasa jahat karena bagaimanapun dia ingin mengingkarinya, ada sesuatu yang terasa tidak nyaman dalam hatinya melihat wajah sedih Sashi. Dan sekarang dia merasa bersalah sudah memaksa sahabatnya itu menerima keadaan mereka yang tidak mungkin kembali seperti keinginan sahabatnya sejak kecil itu. Seharusnya dia menunggu waktu yang tepat untuk menegaskan pada Sashi tentang kenyataan mereka yang tidak mungkin bersama lagi.

Tapi sebelum kamu menegaskannya, kenapa kamu tidak menanyakan pada dirimu terlebih dahulu. Apakah kamu benar-benar tidak memiliki perasaan lagi pada Sashi? Apakah kamu benar-benar akan melepaskannya? Sebelum kamu menyesali semuanya.’ Altana menggelengkan kepalanya pelan menghilangkan bisikan yang tiba-tiba saja melintas dipikirannya. ‘Tidak, aku tidak perlu melakukannya karena hanya Nicholas yang bisa membuat bahagia Sashi.’ Jawab Altana dalam hatinya.

I Want You Sir!Where stories live. Discover now