TUJUH

8.2K 254 5
                                    

"Apakah kamu terlambat bangun tadi?"

Begitu pertanyaan Alkan begitu Arisa memasuki mobilnya masih dengan keadaan yang menurutnya tidak siap sama sekali. Bayangkan saja roll rambut masih menempel diponinya, lalu rambutnya pun masih dia gulung acak-acakan. Tidak hanya itu wajah Arisa pun masih terlihat polos, tampa sentuhan makeup sedikitpun. Padahal dari yang diperhatikannya, gadis type yang peduli dengan penampilannya. Itulah kenapa dia menanyakan hal itu karena terlambat bangun adalah alasan yang paling masuk akal jika mahasiswa tidak siap seperti Arisa ini ini.

"Hmmm, tadi malam aku tidak bisa tidur saking senangnya." Jawab Arisa tersenyum lebar sambil mengambil peralatan makeup yang terlihat sangat banyak buat Alkan. Membuat Alkan meringis sendiri karena tidak bisa membayangkan bagaimana kalau pria harus hidup seribut wanita.

"Apakah kamu sesenang itu?" Tanya Alkan mulai menjalankan mobilnya karena dia tidak mau terlambat menuju kampus.

"Hhhmmm..." Jawab Arisa mengangguk masih sambil terus mengaplikasikan makeup diwajahnya.

Melirik gadis yang sibuk dengan wajahnya itu, Alkan mengulum senyumnya. Selain karena lucu dengan wajah yang ditunjukkan Arisa ketika memasang maskaranya, Alkan juga cukup salut dengan kemampuan gadis itu karena mampu menghias wajahnya dengan rapi dalam keadaan mobil berjalan begini.

"Oh iya pak Alkan sesuai perjanjian kita kemarin malam," kata Arisa yang ternyata sudah selesai dengan makeupnya. Kemudian dia mengambil sebuah buku tulis panjang dari dalam tanya lagi, "Aku sudah membuat daftar yang aku katakan kemarin malam,"

Lagi-lagi Alkan melirik pada Arisa, tapi kini bukan wajah gadis itu yang menjadi fokus Alkan, tapi buku yang ada ditangan gadis itu. Melepas satu tangannya pada setir, Alkan kemudian mengamati buku itu sebelum kemudian mengangguk tanda iya. Sesuai dengan kesepakatan mereka kamarin malam, Alkan akan bersikap koperatif dalam usaha Arisa untuk membuatnya menyukai gadis itu. Walau dia yakin kalau Arisa tidak akan berhasil karena merasa terlalu mengenal dirinya, setidaknya dia ingin mencoba karena mengecewakan banyak orang.

"Aku akan membacanya nanti," katanya kembali konsentrasi pada mobilnya yang akan memasuki daerah kampus.

"Oke," jawab Arisa kini sudah terlihat rapi dan cantik.

Tanpa disadari Altana dia tersenyum kecil melihat bagaimana Arisa bersenanggung kecil terlihat begitu bersemangat. Memarkirkan mobilnya di parkiran kampus khusus daerah staff dan dosen, Altana bersiap untuk turun dari mobilnya. Namun gerakannya terhenti saat dilihatnya sebuah kotak berbungkus sapu tangan sulaman makanan disodorkan oleh Arisa untuknya.

"Aku membuatkannya khusus buat pak Altana," katanya sambil tersenyum lebar.

Lagi-lagi Altana terdiam, tidak tau harus bagaimana karena selama dia menjalin hubungan dengan wanita lain dia belum pernah mendapat yang seperti ini.

"Pak Altana!"

Mungkin karena Altana diam, makanya Arisa memanggil namanya. Dan Altana hanya bisa melihat Arisa dan kotak makanan yang diberikan gadis itu secara bergantian sebelum kemudian mengambilnya sambil tersenyum. "Thanks," katanya kemudian.

Arisa mengangguk, kemudian gadis itu membuka pintu mobil bersiap turun dan pergi duluan agar tidak ada yang melihat mereka. Hal ini sesuai dengan permintaan Altana yang memang tidak ingin hubungan mereka terekspose. Bukan karena dia malu atau apapun kepada Arisa, dia hanya mau semuanya sesuai dengan tempat dan waktunya.

Dia pikir Arsa benar-benar akan pergi setelah dia turun, tapi ternyata gadis itu kembali dan melakukan sesuatu yang tidak terduganya sama sekali.

Cup

Arisa mengecup pipinya, lalu tersenyum dan tersipu malu-malu. Dan lagi-lagi Altana spechless dengan apa yang dilakukan oleh mahasiswinya itu kepadanya.

"Semoga hari pak Altana menyenangkan!"

Barulah setelah itu Arisa benar-benar pergi meninggalkan Altana yang sedikit shock dengan apa yang dilakukan Arisa kepadanya barusan.

'Aku tidak mungkin takluk dengan trik-trik kecil seperti itukan?' Tanya Altana pada dirinya sendiri didalam hati.

I Want You Sir!Where stories live. Discover now