LIMA

9.7K 241 1
                                    

Sambil memandangi handphone-nya, Arisa memasang senyum kecut luar biasa. Kemudian ditusuk-tusukkannya pulpen yang sedang dia gunakan sedari tadi untuk meringkas ke layar handphone-nya itu. Seolah dengan begitu dia bisa menyakiti foto orang yang ada disana.

"Cih..." Decihnya kemudian, "tidak masuk akal katamu." Arisa kemudian berdecak kesal pada foto yang ternyata menampilkan sosok Altana disana. "Aku tidak peduli soal umur atau apapun itu, pak Altana pikir setelah sore itu aku akan menghilangkan kesempatan ini?" Masih lanjut berbicang pada foto Altana di handphone-nya Arisa kemudian menyandarkan tubuhnya ke punggung kursi belajarnya.

Dengan tatapan yang tertuju pada langit-langit kamarnya yang dihias dengan nuansa bawah laut, Naura terbayang kembali kejadian beberapa tahun yang lalu. Kisah sebenarnya Arisa bertemu pertama kali dan langsung jatuh cinta kepada Altana karena bukan dikampuslah semua itu terjadi, tapi disuatu tempat yang memang sangat rare.

Kejadian itu terjadi beberapa tahun yang lalu, tepatnya ketika Arisa masih duduk di kelas satu SMA dan dia baru pulang dari bimbingan belajar. Sore itu dia terlalu malas untuk langsung pulang kerumahnya, memilih untuk nongkrong di café yang dekat dengan gedung pusat bimbingan belajarnya Arisa mengambil posisi yang sangat dekat dengan jendela café. Sehingga dia bisa memandang dengan leluasa kondisi dan suasana yang ada diluar café.

Saat itulah sosok Altana mencuri perhatian Arisa.

Arisa tidak tau sebenarnya apa yang benar-benar terjadi, hanya saja dari tempatnya duduk Arisa melihat Altana meninggalkan tempat duduknya di café hanya untuk menahan seorang wanita. Wanita itu tengah menggendong seorang anak namun tampak ditarik paksa dan hampir dipukul oleh pria yang penampilannya terlihat seperti preman. Tidak banyak yang dilakukan Altana saat itu, dia hanya menangkap tangan pria yang hampir memukul wanita tadi dan mengucapkan sesuatu yang Arisa tidak tau apa persisnya. Dan saat itu juga si pria pergi walau tampak masih marah dan tidak terima dengan si wanita dan Altana juga.

Kagum, terpesona dan 'wow' rasanya Arisa untuk Altana saat itu karena dari sekian banyak orang terutama laki-laki yang ada disana hanya pria itu yang mau membantu wanita yang tidak dikenalnya. Awalnya Arisa pikir perasaannya hanya sekedar itu saja, sampai akhirnya dia mulai membandingkan setiap pria yang coba mendekatinya.

Disitulah Arisa merasa gila karena menyukai orang yang tidak dia kenal.

Jangankan kenal tau namanya saja dia tidak tau. Gilakan? Bisa bayangkan seaneh apa orang-orang melihatnya jika dia bilang dia jatuh cinta pada stranger yang telah melakukan sesuatu yang baik untuk wanita lain?

Itulah kenapa perasaan dan kenangannya itu dia sembunyikan, hanya satu buah foto yang dia simpan di handphone-nya semasa SMA-lah yang menjadi kenangan sekaligus bukti kalau ternyata dia cukup gila. Sampai dia masuk di kampusnya sekarang, dia bertemu kembali dengan pria yang membuatnya berpikir kalau dia gila.

Tidak salahkan kalau dia memastikan perasaannya?

Dan setelah dia yakin dengan perasannya dan memiliki jalan untuk memiliki Altana, dungu rasanya kalau dia melepaskannya.

"Tidak, apapun katanya aku tidak akan melepaskan kesempatan ini." Arisa berkata setelah menegakkan tubuhnya dan menatap kembali layar handphone-nya yang menampilkan gambar Altana. "Kalau pak Altana bilang perjodohan kita ini tidak masuk akal, aku akan membuatnya masuk akal untuk pak Altana."

Berdiri di kursi belajarnya sambil berkacak pinggang dan memasang senyum lebar terlihat penuh semangat Arisa kemudian dengan sangat percayadiri menunjuk dirinya dengan jempolnya sambil berkata, "Dengan kekuatan cinta kamehameha cinta Arisa, aku akan buat pak Altana cinta kepadaku."

I Want You Sir!Where stories live. Discover now