Jinhyuk masih muda. Tidak seharusnya dia sering marah-marah. Apalagi soal Jinwoo. Tidak ada yang tau kapan dan dimana musibah terjadi. Semuanya terjadi begitu saja.

Ini juga bukan kemauan Jinwoo kena leukimia. Jinwoo juga tidak mau. Tapi mau bagaimana lagi, anak itu sudah menerima semuanya dengan lapang dada.

Lihat saja nanti, akan sampai mana Jinwoo akan bertahan dengan penyakitnya itu.

Tok.. tok.. tok..

"Assalamu'alaikum. Jinhyuk?"

"Vebby? Ngapain dia kesini?" gumamnya. Dia akhirnya berjalan ke pintu depan. "Wa'alaikumssalam."

Jinhyuk membuka pintu dan Vebby sudah ada di hadapannya. Tatapan penasaran dari Vebby untuk Jinhyuk.

"Ngapain kamu kesini?" tanya Jinhyuk dengan nada dingin.

"Jinhyuk, aku mau ngobrol sama kamu. Please.." pinta Vebby. Jinhyuk akhirnya mengajak Vebby masuk ke rumahnya dan membiarkan pintu terbuka.

Jinhyuk pergi ke dapur untuk membuatkan Vebby minum dan cemilan. Setelah kembali dari dapur dengan membawa nampan berisi dua gelas minuman dan cemilan, Jinhyuk duduk dihadapan Vebby.

"Mau obrolin apa?" tanya Jinhyuk.

"Kamu serius mau berhenti kuliah?" tanya Vebby.

"Kenapa emang? Masalah?"

"Kok gitu sih? Bentar lagi kita wisuda, loh. Kamu gak kasian sama orangtua kamu, adek kamu, kamu sendiri? Orangtua kamu pengen lihat kamu jadi sarjana, pengen lihat kamu sukses. Kenapa sih?" Jinhyuk tidak menjawab dan memilih memalingkan wajahnya dari Vebby.

"Aku tau kamu marah, kamu kesel karena Jinu kena leukimia. Penyakit berbahaya. Tapi kamu marah juga mau marah ke siapa? Ke Allah? Gak bisa gitu." Jinhyuk menatap Vebby. Perkataannya itu, mirip dengan apa yang dikatakan ayah.

"Lebih baik kamu perbanyak doa sama Allah, Jinhyuk, buat angkat penyakit Jinu. Kamu marah-marah, stress juga gak bakal ngubah apapun. Semuanya udah terjadi," ujar Vebby. Jinhyuk semakin sadar dengan ucapan ayah dan Vebby.

"Semuanya, udah Allah atur. Kita sebagai umatnya hanya bisa menjalani semua skenarionya. Entah besok Jinu sembuh atau sebaliknya. Entah kamu yang sakit atau aku, semuanya bisa terjadi tanpa dugaan kita."

"Bencana juga tidak ada yang tau. Semuanya terjadi, begitu saja. Tanpa celah."

"Kamu harus bisa menerima semuanya. Jinu aja yang masih kecil, kena penyakit berbahaya aja bisa nerima dengan lapang dada. Masa kamu gak bisa nerima ini semua? Kita jalani aja apa yang sudah Allah atur, ya," kata Vebby sambil tersenyum.

Jinhyuk mencerna semua ucapan Vebby. Semuanya benar. Apa yang dikatakan Vebby dan Ayah ada maksud tertentu. Jinhyuk harus bisa bersikap dewasa. Ini memang masalah besar, tapi percuma saja jika Jinhyuk marah. Mau marah sama siapa?

Jinhyuk akhirnya sadar dan mengangguk. Dia tidak akan mengulangi lagi sikapnya itu.

"Aku gak jadi berhenti kuliah. Sampai wisuda."




































'Aku harap, Jinu masih ada. Agar dia bisa lihat aku di wisuda.'








































Saat ini, Jinwoo tengah menonton TV. Selama di karantina, dia tidak melakukan apapun. Kedua kakinya sudah tidak kuat untuk berjalan. Badannya lemas ketika diajak beraktivitas.

Tangannya saja yang masih kuat bergerak. Apalagi kalau memegang remote dan memindahkan channel TV.

"Ini channel TV isinya bucin semua. Malesin."

Jinwoo tidak suka nonton sinetron. Apalagi sinetron bucin.

"Nonton berita, beritanya itu-itu aja. FTV, bucin semua. Nonton kisah nyata, problem kehidupan mulu. Spongebob ae dah."

Akhirnya Jinwoo nonton Spongebob, kartun favoritnya dari kecil. Selama nonton, Jinwoo tidak berhenti mengoceh ini itu.

"Aneh dah, perasaan dulu gak di potong-potong gini deh scene nya. Parah nih. Payah!"

Clak!

Jinwoo merasakan tangannya terkena cairan. Cairan merah.

Jinwoo segera mengambil tissue dan mengelap hidungnya. Darahnya keluar banyak, seperti sebelum dia di karantina.

Satu lembar, dua lembar, hingga satu box dia habiskan untuk membersihkan darah di hidungnya.

Jinwoo tidak tahan lagi. Apalagi disini, dia sendirian. Jinhyuk di rumah karena masalahnya. Tidak ada yang bisa Jinwoo minta tolong.

Akhirnya, dia terpaksa harus meminta tolong pada perawat jaga. Saat hendak memencet tombol pemanggil, tangannya tiba-tiba turun karena tidak bisa digapai.

Jinwoo merasakan kepalanya pusing dan dia tidak sadarkan diri di atas bangsal nya.














































Jinwoo pingsan dalam keadaan mimisan. Seperti biasa, darahnya sukar untuk berhenti.







































7 Agustus 2019



















































Rencananya, aku ga bakal bikin lapak ini lebih dari 30 part.

Ikutin aja terus ya, semoga ga bosen ^_^

Ikutin aja terus ya, semoga ga bosen ^_^

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.
Call Me To Heaven - Lee Jinwoo[✔️]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora