Tangan kananku yang sudah kuangkat siap untuk memanggil Alastair tadi kini kuturunkan secara perlahan. Dering ponsel adalah sesuatu yang menyadarkanku.

“Iya, Bun?” Bunda Aruna menanyakan kejelasannya. “Aku udah nyari Alastair, Bun. Tapi, gak ketemu, mungkin udah pulang dari tadi.”

Aku benar-benar dibuat terkejut dengan notifikasi yang muncul di ponselku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Aku benar-benar dibuat terkejut dengan notifikasi yang muncul di ponselku.

Beberapa hari yang lalu, aku dengan penuh pertimbangan awalnya, mengikuti akun Instagram milik Alastair. Sebenarnya kalau tidak ada dorongan dari tiga manusia heboh, akun Alastair tidak akan jadi ku follow.

Demi bikini bottom spogebob, setelah berhari-hari barulah cowok itu mengonfirmasi akunku. Namun, aku tidak terlalu memikirkan hal itu sebab yah, Jessica pernah berkata kalau Alastair tidak akan mengonfirmasi orang yang ia tidak kenal. Jadi, jawaban pengikut Alastair tidak sebanyak kakak-kakaknya bukan karena dia tidak famous. Catat. Tetapi, karena hidupnya terlalu privasi untuk orang lain.

Hanya dengan melihat notif sekilas tadi reaksi berlebihanku bermunculan. Baru di-follow belum dipacari namun rasanya aku sudah seperti orang gila.

cakrawardana:
Thana, temennya Ghea?

Demi apa? Ini Alastair?! Baru beberapa menit cowok itu mengikuti balik akunku, sekarang ia malah mengirimkan pesan padaku lewat direct massage.

Me:
Iya, ada apa, yahh?

cakrawardana:
Gak ada apa-apa kok. Cuma mau minta maaf tadi gak bisa barengan pulang soalnya sy ada urusan.

Iya, aku tahu kok kamu lagi ada urusan sama gebetan kamu.

Namun di samping itu, aku bahagia karena dia mau meminta maaf atas tindakannya. Walaupun menurutku dia tidak bersalah sama sekali.

Me:
Iya gak papa kok.

Senyum lebarku tercetak sempurna namun mendadak buyar kala seseorang datang. “Thana! dipanggil Ibu tuh.” Kepalaku spontan menoleh ke arah sumber suara di mana Gilang di sana, tengah menyembulkan kepalanya di balik horden kamarku.

Tanpa ba-bi-bu aku menaruh ponselku kemudian hendak melaksanakan perkataan Gilang tadi. “Denger-denger, Ayra ada yang deketin, yah?”

Kakiku spontan berhenti berjalan saat Gilang tiba-tiba menanyakan hal itu. Dari mana ia tahu?

“Than, jawab gue!”

“Gak tau.”

“Gue yakin lo tau siapa!”

“Gue gak tau! Kenapa lo maksa sih?”

“Karena gue yakin lo tau!”

“Gue udah bilang, GUE GAK TAU GILANG!” Padahal mudah saja kalau aku tinggal menjawab siapa gerangan orang tersebut. Namun, aku benar-benar tidak ingin melihat persaingan kedua orang itu. Sudah banyak kemungkinan-kemungkinan yang muncul di kepalaku kalau-kalau semuanya berubah menjadi kacau.

“Cakra, kan? Adeknya Alaska.”

Aku diam. Bingung harus menjawab apa. Pertanyaan Gilang barusan benar-benar membuatku susah untuk berkata-kata.

“Dan lo, suka sama Cakra.” Gilang melihat layar ponselku sekilas yang membuatku langsung menarik benda pipih itu dari tangannya. Aku yakin ia melihat notifikasi balasan dari Alastair yang mampu membuatku tersenyum dan terkikik tadi.

Gilang terkekeh, yang mana membuatku bergidik ngeri. Aku mengenal Gilang dengan baik, dan aku ... tidak ingin terjadi apa-apa dengan Alastair juga tidak ingin melihat Ayra dengan orang seburuk Gilang.

Ya Tuhan, aku benar-benar bingung.







Tbc.
jangan lupa difollow, yah.

jangan lupa difollow, yah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.





nisaafatm

Alastair Owns MeWhere stories live. Discover now