'AOM; 33'

131K 15.5K 10.6K
                                    

Rasanya aku ingin pingsan saja ketika mengecek ponselku tepat hari di mana aku resmi menjadi pacar seorang Alastair. Gila, aku ingin mengutuk anak Batalyon yang malam itu mengetag akun Instagramku di postingan Batalyon. Ia menuliskan 'Officially the next Alana, yas? @eugeniathana'

Aku bukan selebgram namun, malam itu ponselku full akan notifikasi anak Batalyon yang berbondong-bondong mengikuti akunku. Entah itu karena penasaran atau pun suruhan.

Dan perlu kalian ketahui, lo-gue kepada Alastair sudah berganti aku-kamu. Yang awalnya memancing godaan penuh oleh cowok tersebut, kala itu.

Saat ini sedang istirahat. Bukan kantin lantai tiga namanya kalau tidak gaduh apalagi anak-anak Batalyon yang bersemayam di bagian pojok. Aku tidak melihat Si Ketua, hanya anak Batalyon yang lain.

Suara anak-anak Geng itu menggelegar di segala penjuru kantin, seakan-akan hanya mereka yang menghuni tempat ini. Lagu band dalam negeri Last Child yang berjudul Indahkan Perbedaan benar-benar membuat mereka riuh. Kalau sudah Dipo yang mulai menyanyi mereka bisa apa? bisa mengikut, karena harus kuakui, selera musik cowok itu jauh dari kata buruk.

For you information, temanku yang bernama lengkap Dipo Panji Tirtayasa itu selain pecinta kartun Jepang ia juga suka musik. Dan lagu-lagu dari Last Child ini menjadi favoritnya. Kalau kamu bertanya mengapa? ia akan menjawab karena lagunya sangat realistis, juga karena ia anak terakhir. Ya, kurang lebih seperti itu.

Setelah sekian lama yang sedari tadi kucari-cari muncul juga. Ia berjalan santai memasuki kantin hendak bergabung dengan para gengnya.

"Ketua Geng!" Panggilan menggelegar dari Bu Mia mampu membuat Alastair yang baru saja hendak melanjutkan langkahnya berhenti dan menoleh. Penghuni kantin pun tiba-tiba mengalihkan pandangan ke arah mereka.

"Seragam kamu itu udah rapi, tapi dasinya mana?"

Cowok itu mengeluarkan sesuatu dari saku celana abunya. "Ada kok, Bu."

"Bentar-bentar, Thana? Mana Thana?"

Aku mengernyit saat Bu Mia memanggil namaku tiba-tiba. Ia guru yang cukup gaul dan aku sudah mewanti-wanti ide-ide gilanya.

"Itu Thana, Bu! Pacarnya Cakraaa!" sahut Billy keras yang mana membuat seisi kantin gaduh, lagi.

"Iya, Ibu juga tau, kan Ibu nge-follow IG-nya Batalyon." Ya Tuhan, aku sudah tidak habis pikir lagi dengan Geng satu itu, sampi Bu Mia pun mengikuti akunnya. "Sini Thana pasangin dasi pacarmu ini."

Seolah-olah tidak ada yang mendukungku sekarang, ketiga sahabatku malah ikut-ikutan memaksaku untuk segera menemui Alastair.

Heyy, dia masih punya tangan!

"Ayoo Thana."

"I-iya, Bu."

Sialan, kenapa juga Alastair tidak menolak.

Akhirnya aku berjalan menemui Alastair. Bukan, bukannya aku tidak mau melakukannya tapi ini di kantin loh ... di tonton banyak orang dengan penuh godaan dan aku yakin ini akan menjadi berita trending di grub Batalyon sebentar.

Alastair memberikanku dasinya dengan senyum tertahan. Cowok bertubuh tinggi itu sedikit menunduk agar aku bisa mencapai lehernya. "Pendek juga yah kamu."

Alastair Owns MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang