'AOM; 8'

102K 11.4K 1.9K
                                    

BERITA mengejutkan yang akan kalian dapatkan dariku hari ini, aku memutuskan kedua pacarku secara bersamaan dengan alasan klise nan pasaran ‘aku sudah kelas akhir, mau fokus belajar’

Jawabanku kepada Bunda Aruna lah yang membuat aku melakukan tindakan itu. Aku ... benar-benar merasa tidak enak membohonginya terlebih mengingat Jessica yang sudah mengatakan yang sebenarnya kepada wanita itu.

“Woy!” Sebuah teriakan beserta pukulan di mejaku membuat aku yang sedari tadi menaruh kepala di atas meja otomatis duduk tegak. “Lo ngapain sih ke rumahnya Cakra waktu itu? Gue sampe sekarang belum dapat jawaban loh.” Kuputar bola mataku kemudian merapikan peralatan menulisku yang bercecer di atas meja.

Mendengar perkataan Dipo tadi aku jadi menduga bahwa Alastair juga tidak memberitahu cowok itu.

Cani menepis tangan Dipo yang bertumpu di mejanya. “Dipo apaan sih kepo amat jadi orang, minggir sana!”

Dipo langsung meminggirkan kedua tangannya. Tanpa adanya ba-bi-bu atau sedikit candaan yang biasa ia lemparkan untuk Cani.

Jadi begini, setelah melihat Dipo dan Billy di KFC waktu itu, aku melihat mereka akhirnya mulai seperti biasa. Hanya saja, Dipo tidak terlihat baik-baik saja dengan Cani. Entahlah alasan pastinya seperti apa. Namun, Cani menduga bahwa Dipo terlanjur sakit hati dengan dirinya atau Dipo sengaja melakukan ini agar lebih mudah move on.

Beberapa temanku yang sedari tadi memenuhi meja guru kini berangsur-angsur kembali ke tempat duduk. Biasalah, selain menanyakan materi yang tidak dimengerti sekalian modus mencari muka.

Bel pulang yang telah berdering membuat Bu Dessi langsung merapikan peralatan mengajarnya juga. Tak lupa ia memberitahu Ringgo agar segera mengomandoi kami untuk memberi salam kepadanya.

Selain berita mengejutkan yang kuberitahu tadi, aku juga akan memberitahu berita mengejutkan lain. Yaitu, hari ini aku pulang bersama Alastair.

Aku ulangi.

Hari ini aku pulang bersama Alastair.

Sekitar pukul sembilan pagi tadi aku mendapatkan pesan dari Bunda Aruna kalau hari ini aku pulang bersama Alastair saja. Toh, sepulang sekolah aku akan menggantikan pekerjaan Ibuku dulu seperti biasa.

Bersama ketiga gadis berbeda tinggi itu, aku berjalan menuju kelas Alastair. Sebelumnya, guru yang mengajar di kelasku meminta tolong agar aku memberikan titipan darinya untuk Bu Mia.

Kelas Alastair berada tepat di samping kelasku. Saat kepala Ghea menyembul sedikit di pintu yang terbuka, ia melihat kalau yang tengah mengajar adalah Bu Mia. Aku bersyukur lega karena tidak harus mencapekan diri lagi berjalan naik turun tangga ke ruang guru mencari Bu Mia.

Padahal bel sudah berdering sedari tadi tetapi mereka tak kunjung juga keluar, kasian sekali.

“Ada Bu Mia di dalam, Than, samperin gih.”

“Gak ah, gue nunggu dia keluar aja.”

“Idih gak sopan banget njir, sana masuk sekalian liat bebeb lo.” Sebuah tatapan geli kulemparkan ke arah Jessica. Sedangkan Cani, cewek itu mengetuk pintu kelas 12 IPA 2 yang langsung mendapat sahutan dari dalam sana.

Sejujurnya, alasan mengulur waktu untuk memberikan titipan Bu Dessi bukan karena Bu Mia galak atau apa lah itu--Bu Mia salah satu guru favoritku di sekolah ini karena dia friendly dan cara mengajarnya yang mudah dimengerti--Akan tetapi, ada Alastair di dalam sana, aku tidak mau jadi bahan godaan teman-temannya yang absurd.

“Masuk.”

Mataku melotot seakan-akan ingin keluar menatap Cani. “Ngapain lo ketuk njirr!”

Alastair Owns MeWhere stories live. Discover now